Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Depresi



Depresi

0"Jadi, selain karena sifatku, kamu membenciku karena Raka, kan?" tanya Anya sambil tersenyum tipis, akhirnya ia tahu mengapa Yura membencinya.     

"Natali menyukai Raka, tetapi hanya ada kamu di mata Raka. Memangnya apa hebatnya kamu? Kamu angkuh dan arogan, tidak ada yang bisa berteman denganmu. Kamu tidak pantas untuk Raka!" kata Yura terang-terangan.     

Anya bangkit berdiri dan bersiap untuk pergi. Ia sudah menerima jawabannya dari Yura, jawaban yang tidak masuk akal di otaknya.     

Tidak ada gunanya lagi memperpanjang masalah ini.     

Tidak peduli apa pun yang ia lakukan, selamanya Yura akan tetap membencinya.     

Ketika ia tiba di depan pintu ruangan dan hendak keluar, Anya berhenti sesaat dan memandang ke arah Yura. kemudian, ia berkata dengan suara dingin. "Hanya karena kamu teman Natali, kamu melakukan semua perbuatan yang kejam ini kepadaku. Sekarang, tanggung saja semua akibat dari perbuatanmu. Kalau kamu saja seloyal ini pada Natali, aku tahu aku tidak akan bisa mendapatkan jawaban dari mulutmu. Tetapi tidak apa-apa, aku sudah tahu kamu berusaha untuk melindungi Jessica, kan?" Anya mengatakannya sambil tersenyum.     

Mata Yura langsung terbelalak, membuat Anya yakin terhadap tebakannya.     

Ternyata benar Jessica!     

Sayang sekali tidak ada bukti nyata atas dugaannya itu.     

Untuk membalas dendam pada Anya, mustahil Yura bisa melakukan semuanya sendirian.     

Awalnya, untuk menyelamatkan Natali, Yura rela menanggung semuanya sendirian dan membiarkan Natali bebas di luar sana untuk terus mengganggu hidup Anya.     

Tidak apa-apa ia mendekam di penjara asalkan Anya tidak bisa hidup dengan tenang.     

Kali ini, walaupun Anya mencurigai Jessica, ia tidak bisa melakukan apa pun. Kalau Yura tidak membuka mulutnya, Jessica akan tetap aman.     

Anya saja bisa mencurigai Jessica. Apakah Aiden tidak pernah memikirkan kemungkinan ini?     

Tetapi Yura telah mengatakan bahwa semua perbuatan ini adalah rencananya sendiri. Anya tidak bisa melakukan apa pun pada Jessica.     

Anya merasa tidak nyaman dan tidak bisa menjalani hari-harinya dengan tenang.     

Setelah penangkapan Yura, semua masalah ini seolah mengalami kemacetan, terhenti di tengah jalan.     

Ia merasa kecewa karena Aiden tidak berbuat apa-apa.     

Padahal mati listrik yang terjadi di rumah sakit bisa saja membahayakan kedua putra mereka. Belum lagi kebakaran yang bisa saja melukai bayi-bayi tidak bersalah di rumah sakit. Selain itu, Jessica juga menggunakan fotonya dengan Raka untuk mempermalukannya di depan semua orang, di acara yang ia adakan sendiri.     

Bagaimana mungkin Anya tidak marah?     

Tetapi mengapa sampai saat ini Aiden diam saja?     

Selama perjalanan pulang, Anya sama sekali tidak mengucapkan satu patah kata pun. Ia hanya bersandar di pinggir jendela dan memandang pemandangan di luar sambil termenung.     

Harris yang melihatnya juga tidak berani menanyakan apa pun.     

…     

Atmajaya Group semakin sibuk beberapa hari ini. Aiden tidak bisa melepaskan diri dari pekerjaannya, tetapi pikirannya juga tidak tenang saat memikirkan mengenai istrinya. Ia hanya berharap kondisi Anya tidak semakin memburuk.     

Tara mulai sering membawa temannya yang merupakan psikiater untuk datang ke rumah. Ia mengatakan bahwa rumah temannya itu sedang direnovasi sehingga ia harus menginap sebentar di rumah Tara.     

Tidak hanya itu saja, Tara juga membawa temannya itu untuk ikut sarapan dan makan malam di rumah Anya.     

Anya tidak keberatan kalau ada satu orang tambahan saat mereka makan, tetapi semakin lama, ia merasa semakin kesal.     

"Harris, apa pekerjaan teman Tara?" tanya Anya mendadak.     

"Semua teman Nona Tara adalah murid-murid kedokteran. Seharusnya mereka juga dokter. Apakah perlu saya tanyakan kepadanya?" tanya Harris.     

"Tidak usah. Aku pikir kamu tahu."     

'Nyonya, kalau Anda tidak suka makan dengan orang asing, saya bisa bantu sampaikan ke Nona Tara," kata Harris dengan hati-hati.     

"Tidak usah. Aku hanya merasa temannya selalu berusaha untuk menanyakan hal-hal pribadi kepadaku dan membuatku tidak nyaman. Apakah aku hanya terlalu sensitif?" kata Anya dengan senyum pahit.     

Harris merasa cemas. Ia tahu bahwa teman Tara itu sering menanyakan hal-hal pribadi karena profesinya sebagai psikiater. Orang itu tidak datang untuk menumpang makan, tetapi untuk memonitor kondisi Anya.     

Aiden bahkan harus membayar biaya yang cukup mahal agar psikiater tersebut datang ke rumahnya dan memeriksa Anya secara langsung.     

"Mungkin saja teman Nona Tara itu penyuka parfum dan menyukai parfum buatan Nyonya," elak Harris.     

Anya berpikir sejenak dan kemudian mengangguk. "Mungkin saja. Tolong bantu aku kirimkan satu botol parfum untuknya."     

…     

Sekitar jam dua siang, Anya baru saja bangun dari tidur siangnya.     

Ia merasa takut untuk keluar dari rumah, tetapi berada di rumah saja juga membuatnya bosan. Ia tidak tahu harus berbuat apa.     

Untung saja, Diana masih berada di rumah itu. Meski masih harus dibantu dengan kruk saat berjalan, Diana terlihat lebih aktif. Ia menghabiskan waktunya untuk berjalan-jalan di rumah atau belajar masak dari Hana.     

Hari ini, ia membuat ubi panggang untuk putrinya.     

Begitu turun ke lantai bawah, Anya bisa mencium aroma ubi panggang. "Harum sekali!" katanya.     

"Kamu sudah bangun! Ibu mengambil beberapa ubi dari taman dan memanggangnya. Bagaimana kalau mengirimkannya pada ibu dan ayahmu?" kata Diana sambil tersenyum.     

Beberapa hari terakhir ini, Anya terlihat sedikit lesu.     

Ia sering duduk sambil termenung, tidak tahu apa yang membuat pikirannya kalut.     

Psikiater yang dibawa Tara mengatakan bahwa depresi yang Anya alami kambuh sehingga ia tidak tertarik pada apa pun dan semangatnya untuk melakukan hal-hal yang disukainya semakin berkurang.     

Dulu, Anya akan mengunci dirinya di ruang parfum dan menyibukkan diri dengan pekerjaan yang paling dicintainya itu. Tetapi sekarang ia jarang meginjakkan kaki ke dalam ruangan itu.     

Saat ia masuk ke dalam ruang parfum, ia hanya duduk di meja kerjanya tanpa melakukan apa pun seolah tidak tahu harus memulai dari mana.     

Ia tidak memiliki semangat untuk melakukan apa pun, tidak tertarik untuk melakukan apa pun. Sebagian besar harinya ia lewati dengan tidur, entah di sofa, di tempat tidur, atau di mana pun.     

Selain itu, nafsu makannya juga semakin berkurang dan ia tidak lagi menyukai makanan seperti sebelumnya. Meski makanan di hadapanny adalah makanan favoritnya sekali pun, Anya tidak bisa menyantapnya dengan lahap seperti dulu.     

Di siang hari, Anya hanya makan beberapa sendok nasi sebelum tidur siang.     

Melihat putrinya itu hanya bisa makan sedikit saja, Diana berinisiatif untuk membuatkan ubi panggang, makanan favorit Anya.     

Melihat ubi panggang yang berwarna keemasan itu, Anya tampak sedikit lebih senang. Ia mengambil foto ubi panggang yang terlihat lezat itu dan mengirimkannya pada teman-temannya.     

Tara adalah orang pertama yang membalasnya.     

Tara : Tolong sisakan untukku!     

Nadine : Bibi, aku juga mau! Jangan habiskan sendirian.     

Nico : Paman, tolong biarkan aku pulang lebih awal. Aku ingin membungkus ubi panggang dan membawanya pulang untuk tunanganku!     

Aiden langsung membalas pesan Nico itu.     

Aiden : Hari ini kamu harus lembur sampai jam 10 malam. Kalau kamu pulang lebih awal, satu menit saja, aku akan mencabut semua cutimu.     

Nico langsung mengirimkan stiker sedih.     

Nico : Tara, aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan ubi panggang itu. Tetapi ada iblis jahat yang melindungi istrinya dan tidak membiarkan kita untuk mendapatkan makanan gratis!"     

Della : Aku sedang libur. Apakah aku bisa mendapatkan bagian?     

Raka : Della, apakah kamu sudah membereskan rumah? Apakah ruang tamu sudah dibersihkan?     

Anya tersenyum melihat semua percakapan itu. Ia mengambil sendoknya dan memasukkan ubi panggang itu ke dalam mulutnya. Tetapi entah mengapa ubi panggang itu rasanya hambar.     

Namun, melihat teman-temannya yang rakus itu, Anya akhirnya memutuskan untuk menggoda mereka.     

Anya : Ubi panggangnya sangat manis. Sungguh beruntung, hanya aku yang bisa memakannya.     

Tidak sampai satu menit, Della langsung menjawabnya.     

Della : Aku sedang dalam perjalanan ke sana. Ubi panggang, tunggu aku!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.