Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menemui Di Penjara



Menemui Di Penjara

0"Untuk semua gadis yang mencintai seseorang, aku harap kalian menggunakan cara yang benar untuk mendapatkan cinta orang tersebut. Jangan melakukan hal yang salah seperti aku. Jangan menyakiti orang lain untuk mendapatkan kebahagiaanmu. Aku sudah menyesali semuanya dan berharap Aiden dan Anya hidup bahagia selamanya. Aku harap kalian semua tidak menyakiti mereka berdua."     

Setelah Raisa mengatakannya, tepuk tangan yang meriah terdengar di seluruh ruangan.     

Raisa menangis saat mengingat kembali perbuatannya yang konyol dulu. Ia benar-benar menyesal.     

"Anya sudah menemukan cinta sejatinya dan aku juga menemukan gadis yang aku sukai sekarang. Aku harap tidak ada yang berusaha untuk mengacaukan acara yang membahagiakan ini," Raka berjalan menuju ke arah Della sambil tersenyum. "Della, apakah kamu mau mempercayaiku?"     

"Aku percaya padamu," Della tersenyum dengan senang, karena Raka mengatakan di hadapan semua orang bahwa ia adalah gadis yang disukainya.     

Raka mengakui bahwa ia menyukainya!     

Ia sama sekali tidak peduli dengan masa lalu Raka. Yang penting, Raka mencintainya!     

Melihat bahwa hubungan Raka dan Della tidak terpengaruh oleh tindakan bodohnya, Raisa merasa sedikit lega.     

"Aku juga pernah muda dan dibutakan oleh cinta."     

"Ya benar. Setidaknya Raisa mau mengakui kesalahannya dan memperbaikinya. Itu sudah sangat bagus."     

"Raisa sudah bertanggung jawab atas perbuatannya. Orang yang lebih jahat adalah orang yang menggunakan foto ini untuk menyakiti Anya dan Raka. Ia harus dihukum."     

Ivan menghampiri Raisa dan memeluknya dengan lembut. "Jangan menangis. Nanti riasanmu rusak."     

"Kak, aku benar-benar tidak menyangka semuanya akan jadi seperti itu. Bukan aku yang merencanakan semuanya, tetapi Natali," kata Raisa dengan suara pelan.     

Anya memberikan tisu pada Raisa sambil tersenyum. "Aku tahu kamu tidak akan bisa memikirkan rencana seperti itu. Jangan menangis. Aku tidak menyalahkanmu."     

"Kak Ivan! Lihat Anya. Ia menghina aku bodoh!" Raisa menghentakkan kakinya dengan marah.     

Ivan tertawa kecil mendengar omelan Raisa. "Aku tidak keberatan kalau kamu bodoh. Sekarang hapus air matamu," kata Ivan dengan lembut.     

Raisa langsung menguburkan kepalanya di pelukan Ivan. Ditemani oleh Ivan, mereka pergi ke kamar mandi untuk memperbaiki riasan di wajah Raisa.     

Jam sepuluh lewat, satu per satu tamu mulai meninggalkan tempat acara.     

Jessica berdiri di tengah kerumunan, memandang Anya dan bersandar di pelukan Aiden dengan dingin. tangannya terkepal dengan erat. "Anya, kamu hanya beruntung saat ini. Lihat saja nanti," katanya dengan geram.     

"Jessica, sudah, jangan buat masalah lagi. Ayo kita pulang," Eka memandang ekspresi di wajah putrinya.     

"Ayah, aku tidak akan menyerah. Hanya aku yang pantas mendampingi Aiden. Anya bukan apa-apa!" dengus Jessica dengan dingin. Ia menggandeng tangan ayahnya dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi seolah ia adalah seekor angsa putih yang menawan.     

Di benaknya, ia adalah seekor angsa putih sementara Anya hanyalah ayam bodoh dari desa. Mereka tidak sebanding!     

Ia tidak akan membiarkan ayam yang rendahan itu bersanding dengan pria yang dicintainya!     

…     

Setelah pesta itu, Aiden kembali sibuk mengurus pekerjaan di kantornya. Ia sudah berjanji pada Anya akan mengajak Anya dan kedua putranya berlibur saat liburan berikutnya.     

Setiap hari, Anya hanya bisa menantikan agar liburan itu segera tiba.     

Sementara itu, Yura harus mendekam di penjara atas perbuatannya. Dengan semua bukti yang Aiden berikan pada polisi, Yura tidak bisa mengelak bahwa ia lah yang menyebabkan mati listrik dan kebakaran di rumah sakit.     

Ditambah lagi, foto yang muncul pada saat pesta Keluarga Atmajaya juga perbuatannya.     

Foto itu ia dapatkan dari Natali.     

Sebelumnya, Aiden pernah menghukumnya karena Yura dan Natali berniat untuk mencelakai Anya. saat itu, Aiden membuatnya dilecehkan oleh beberapa pria sebelum menjebloskannya ke dalam penjara.     

Setelah kejadian itu, ia hanya ingin membalas dendam pada Anya.     

Ia benar-benar melupakan kesalahannya dan alasan mengapa Aiden sekejam itu padanya. Satu-satunya yang ia inginkan hanyalah membalas dendam.     

Ia hanya ingin menyakiti Anya, sama seperti ia tersakiti sebelumnya.     

Dendam itu seolah membutakan matanya, membuatnya lupa bahwa Aiden masih ada untuk selalu melindungi Anya. Begitu Aiden menemukan ada seseorang yang berniat untuk mencelakai Anya, ia tidak akan tinggal diam.     

Yura akan merasakan akhir yang jauh lebih menyedihkan dari sebelumnya.     

Tetapi Yura sama sekali tidak peduli.     

Ia sudah dibutakan oleh kebencian dan hidup hanya untuk membalas dendam.     

Tujuannya hanya satu, menghancurkan hidup Anya dan membuat Anya tidak bisa hidup dengan bahagia.     

Meski ia dibawa polisi sekali pun, ia tidak menyesal sama sekali. Ia mengakui semua kesalahannya itu adalah perbuatannya sendiri. Tidak ada orang yang membantunya atau menyuruhnya.     

Sama seperti saat Natali berniat untuk menculik Anya. Kejadian itu jelas sekali merupakan rencana Yura dan Natali, tetapi Yura menanggung semuanya sendirian.     

"Aiden, aku ingin bertemu dengan Yura," kata Anya secara tiba-tiba.     

"Mengapa kamu ingin bertemu denganya?" Aiden merasa setelah pesta kedua anaknya, suasana hati Anya menjadi semakin sensitif. Aiden khawatir sesuatu akan terjadi kalau Anya pergi menemui Yura.     

"Aku sudah lama mengenalnya. Aku hanya ingin berbicara dengannya," kata Anya dengan tenang.     

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Aiden lagi.     

"Aku hanya ingin tahu mengapa ia dan Natali membenciku? Aku sama sekali tidak pernah mencari masalah dengan mereka. Mengapa mereka terus berusaha untuk mencelakaiku," Anya mengerutkan bibirnya. "Aku ingin meminta penjelasan darinya."     

Aiden tahu tidak ada gunanya meski ia ingin menghentikan Anya sekali pun. Anya sudah bersikeras. Kalau ia tidak mendapatkan jawaban dari semua ini, hati Anya tidak akan pernah tenang.     

Mungkin ada baiknya membiarkan Anya bertemu dengan Yura.     

…     

Keesokan harinya, Harris menemani Anya pergi ke penjara.     

Sebelum mereka tiba, Harris sudah mengatur semua pertemuan ini untuk Anya sehingga mereka langsung memasuki sebuah ruangan begitu tiba di penjara.     

Yura tidak ingin bertemu dengan Anya, tetapi ia tidak bisa menolak.     

Ia mengenakan seragam berwarna oranye. Rambutnya berantakan dan matanya bengkak. Sepertinya kondisinya kurang baik.     

"Apakah kamu datang untuk menghinaku?" Yura memandangnya dengan dingin.     

"Apakah aku pernah menyakitimu?" tanya Anya secara tiba-tiba.     

"Kamu masih tidak paham kan mengapa aku membencimu?" Yura memandangnya dengan jijik.     

"Benar. Aku tidak paham mengapa kamu membenciku. Kita tidak pernah berteman dekat, hanya saling mengenal semasa SMA. Saat ibuku sakit, aku pergi ke rumah Keluarga Tedjasukmana untuk meminjam uang. Tetapi kamu dan Natali menertawakanku dan mengusirku. Apakah aku pernah menyakiti hatimu?" tanya Anya.     

Yura memandang Anya dengan konyol. "Ibumu sakit keras dan kamu tidak punya uang, tetapi mengapa kamu masih tetap arogan dan angkuh? Sejak SMA, aku memang sudah membencimu. Aku tidak tahan melihat harga dirimu. Kalau kamu tidak punya apa-apa, seharusnya kamu belajar untuk merendahkan diri dan menundukkan kepalamu. Kamu datang ke rumah Natali dengan kepala yang terangkat tinggi, padahal kamu datang untuk meminta uang. Dasar tidak tahu diri!"     

"Kamu membenciku karena itu?" Anya tidak menyangka bahwa ini lah jawaban yang keluar dari mulut Yura.     

Memang sejak awal, ia tidak punya salah pada Yura. Tetapi memang Yura yang membencinya tanpa alasan.     

"Ya! Aku benci orang-orang sepertimu. Kamu miskin, kamu tidak punya apa-apa, tetapi kamu masih menganggap dirimu hebat, di atas segalanya. Kamu sangat angkuh. Aku tidak tahu mengapa Raka menyukaimu," kata Yura pada akhirnya.     

Anya tersenyum tipis mendengarnya. "Jadi, selain karena sifatku, kamu membenciku karena Raka, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.