Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mabuk Berat



Mabuk Berat

0"Bisakah aku memberitahunya mengenai masalah ini? Kedua orang tuanya kehilangan putri mereka dan pasti mengharapkan hiburan dan dukungan dari Anya."     

"Keara dulu pernah melukainya, memisahkan kalian dan membunuh anaknya. Jadi, kematian Keara mungkin bukanlah sesuatu yang menyedihkan baginya, tetapi malah berita yang baik. Saat ini, ada baiknya juga untuk menanamkan rasa tanggung jawab terhadap keluarga di hatinya. Biarkan Nona Anya menjadi anak yang baik, yang menjaga dan menghibur kedua orang tuanya. Katakan saja padanya," kata psikiater tersebut.     

"Baiklah, terima kasih, Dokter." Aiden menutup teleponnya. Setelah memikirkan saran dari psikiater tersebut, Aiden memutuskan untuk memberitahu Anya mengenai kematian Keara setelah Anya bangun besok.     

…     

Malam itu, di rumah Nico, Raka sudah setengah mabuk karena Tara terus memberikan anggur untuknya.     

"Raka, lihat ini. siapa dia?" melihat Raka yang sudah terpengaruh alkohol, ia mendorong Della ke hadapannya.     

"Adik Harris, Della," jawab Raka.     

"Benar sekali. Ayo sekarang minum lagi!" Nico menuangkan anggur lagi di gelas Raka yang kosong, berniat untuk membuat Raka mengungkapkan semua perasaannya. "Terus tanya padanya," bisik Nico pada Tara.     

"Siapa yang lebih cantik? Della atau aku?" tanya Tara dengan sengaja.     

Wajah Della merona karena pertanyaan itu. Ia berbisik dengan suara pelan pada Tara, "Kak, dia sudah sangat mabuk. Jangan beri anggur lagi."     

"Apakah kamu tidak mau tahu perasaannya terhadapmu setelah kalian tinggal satu atap beberapa bulan ini?" tanya Tara.     

"Aku …" tentu saja Della ingin tahu! Tetapi, apakah memaksa Raka untuk berbicara dengan cara seperti ini adalah tindakan yang benar?     

Bagaimana kalau Raka keracunan alkohol karena terlalu banyak minum, seperti yang ia alami dulu?     

"Jangan khawatir. Aku juga seorang dokter. Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya," kata Tara.     

"Tentu saja tunanganku yang jauh lebih cantik lah!" kata Nico. Kata-katanya itu benar-benar tulus. Baginya, tidak ada yang lebih cantik dibandingkan Tara.     

"Memang Tara cantik. Tetapi menurutku masih jauh lebih cantik Della," wajah Raka sudah memerah dan cara bicaranya tidak jelas. Tetapi di saat mabuk seperti ini pun, ia masih membela Della.     

"Benarkah? Sejak kapan kalian menjadi dekat seperti ini?" Nico mengguncang bahu Raka.     

"Jangan goyang-goyang! Aku pusing," Raka langsung menepis tangannya.     

Della langsung menghampiri Raka dan mengambil gelas dari tangannya. "Kamu sudah mabuk. Jangan minum lagi."     

"Della," setelah Raka kehilangan gelasnya dari tangan, ia langsung memegang pergelangan tangan Della. "Apakah kamu tahu kamu terlihat mirip dengan seseorang."     

"Mirip Anya?" Della sudah bisa menebak apa yang ingin Raka katakan.     

"Mirip Anya. Sangat mirip dengan Anya yang berusia 17 tahun. Aku benar menyukainya pada saat itu. Tetapi mengapa ia berubah? Aku bahkan tidak bisa mengenalinya lagi. Kalau saja aku bisa kembali ke masa lalu," Raka menghela napas panjang.     

"Seperti apa Anya di usia 17 tahun? aku belum mengenal Anya pada saat itu. Ceritakan padaku!" kata Tara.     

Raka membaringkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di paha Della. Della merasa sangat gugup dan tidak berani bergerak sedikit pun.     

Raka berpikir cukup lama, dengan tatapan yang serius dan pada akhirnya ia berkata, "Anya yang dulu sangat ceria dan polos. Ia seperti matahari yang bersinar, selalu memancarkan energi yang positif. Kami berciuman di bawah pohon bergamot, kami pergi berkencan di bioskop …     

"Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? Raka, jangan tidur. Kamu masih belum selesai cerita," Nico kembali mengguncang pundak Raka.     

Della melihat Raka mengerutkan keningnya dan langsung menghentikan Nico. "Ia terlihat mual. Lebih baik kita biarkan dia tidur saja."     

"Della, kami sedang membantumu sekarang!" Nico mengedipkan matanya ke arah Della. "Tara adalah cucu pemilik rumah sakit. Kalau ada Tara di sini, Raka akan baik-baik saja. Jangan khawatir dan biarkan kami memancing informasi darinya!"     

"Raka, apa yang kamu lakukan dengan Anya di bioskop? Apakah kalian berciuman?" tanya Tara.     

"Anya tertidur di bioskop. Ia tidur dengan lelap saat lampunya mati dan bangun saat film itu berakhir. Setiap hari ia sibuk bekerja dan belajar. Ia tidak punya waktu untuk berkencan denganku. Ia butuh banyak uang. Mengapa ia tidak bilang padaku? Anya yang aku cintai telah berubah hanya karena uang. Kalau saja saat itu ia bilang padaku, aku bisa membantunya. Aku ingin kembali ke masa itu, dan tidak membiarkannya berubah," Raka menutupi wajahnya dengan sedih, terlihat seperti sedang kesakitan.     

"Jangan sedih, Raka. Semakin dewasa, semua orang akan berubah. Anya baik-baik saja sekarang. Pamanku sangat mencintainya. Ia juga sudah memiliki dua anak laki-laki yang sangat manis. Sekarang giliranmu. Sampai kapan kamu mau terjebak dalam masa lalu seperti ini? Anya sudah memiliki keluarga, tetapi kamu masih sendiri. Aku juga akan segera menikah," Nico merangkul Tara dan melanjutkan. "Aku tidak mau selamanya melajang denganmu."     

"Kamu sama sekali tidak setia. Kita sudah berjanji untuk melajang selamanya, tetapi sekarang kamu sudah punya kekasih dan mau menikah," Raka merasakan sepasang tangan memijat kepalanya dengan lembut.     

Ia membuka matanya dan melihat wajah Della. "Della …"     

"Aku di sini …" bisik Della.     

"Apakah kamu juga akan berubah?" tanya Raka.     

"Tergantung padamu. kalau kamu mau aku berubah, aku akan berubah," jawab Della.     

"Aku menyukai dirimu yang sekarang. Jangan pernah berubah," gumam Raka.     

Della menganggukkan kepalanya.     

Nico dan Tara saling pandang satu sama lain. mengapa Raka menyukai Della yang sekarang? Karena Della yang sekarang mirip dengan Anya yang berusia 17 tahun.     

Pada saat itu, kalau saja Anya memutuskan untuk menceritakan kondisi keluarganya kepada Raka, mungkin Anya tidak akan pernah bertemu dengan Aiden. Mungkin saja, cerita mereka tidak akan berakhir seperti ini.     

Saat itu, Anya sendirian, menghadapi situasi di mana ibunya dan neneknya sama-sama sakit keras. Pada akhirnya, ia memilih untuk menyerah terhadap cintanya dan menerima uang dari ibu Raka untuk berpisah dari Raka.     

Sama halnya dengan kehidupan Anya, kehidupan Della tidak jauh lebih baik. Ia besar di sebuah panti asuhan dan diasuh oleh Winda sejak kecil. Keluarga Mawardi mengadopsinya tetapi mereka tidak peduli padanya. Ia harus berjuang sendiri untuk mencari uang agar Winda yang merupakan sosok ibu baginya bisa selamat.     

Tepat pada saat Della membutuhkan, ia bertemu dengan Raka.     

Della membutuhkan bantuan Raka untuk bisa bertahan. Sementara Raka membutuhkan Della untuk menyembuhkan luka lamanya. Mereka saling melengkapi satu sama lain.     

Selama ini, Raka selalu merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Anya. Ia menyesal tidak bisa membantu Anya sehingga Anya harus kehilangan neneknya.     

Rasa bersalah itu terus menggerogoti hati Raka, sampai ia menemukan sosok yang bisa menjadi pelabuhannya.     

Mungkin dengan membantu Della, ia bisa mengobati sedikit penyesalan di masa lalunya.     

Mungkin dengan membantu Della, ia bisa menyembuhkan luka lamanya.     

"Della, terima kasih sudah membiarkan aku membantumu. terima kasih sudah mau berada di sisiku dan tidak meninggalkanku sendiri," sebelum tertidur, Raka memeluk pinggang Della dengan erat.     

Setelah itu, tidak peduli seberapa keras Nico memanggilnya, Raka tidak bangun juga.     

Tara memeriksa kondisi Raka dan menemukan bahwa Raka hanya terlalu mabuk. Tidak ada masalah lain padanya, jadi Nico langsung membawanya ke kamar tamu yang terletak di lantai dua.     

"Della, maafkan aku. Di rumah ini hanya ada satu kamar tamu. Kamu harus tidur sekamar dengan Raka malam ini. ditambah lagi, ia sedang mabuk. Takutnya nanti malam, ia mual atau terjatuh. Di rumah ini tidak ada pelayan, tolong jaga Raka," kata Nico.     

"Baiklah. Serahkan saja padaku!" Della merasa sangat senang diberi kepercayaan untuk menjaga Raka.     

Sementara itu, Tara memandang ke arah Nico, merasa bahwa Nico memiliki niat yang buruk meninggalkan seorang gadis muda yang cantik di kamar seorang pria mabuk.     

Bagaimana kalau sesuatu terjadi di antara mereka?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.