Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Wanita yang Jatuh Cinta



Wanita yang Jatuh Cinta

0"Biar dia menginap di rumah Nico bersamaku saja," kata Raka, membantu Della untuk memutuskan pilihannya.     

Della tidak bisa memutuskan sendiri sehingga akhirnya ia memilih untuk mengikuti Raka kemana pun ia pergi. Di tempat ini, hanya Raka satu-satunya orang yang dikenalnya. Tinggal bersama kakaknya akan membuatnya merasa sangat canggung.     

Mungkin akan lebih baik jika ia memilih tinggal bersama dengan seseorang yang dikenalnya.     

Hujan di luar semakin deras, akhirnya semua orang meninggalkan teras dan kembali ke ruang keluarga. Luka Della sudah selesai diobati dan mereka sudah siap untuk pulang.     

"Paman, bibi, kalian istirahatlah. Kami akan pulang. Raka dan Della akan menginap di rumahku malam ini karena hujannya terlalu deras," saat hendak pulang, Nico langsung mengambil sebuah botol champagne yang masih belum terbuka di atas meja. Ia juga mengambil botol anggur yang ia minum tadi, meski isinya hanya sisa sepertiga.     

Tara melihat tunangannya mengambil dua botol, tetapi tidak membawa makanan sama sekali. Jadi, ia langsung meminta pelayan untuk membawakan kotak makan agar ia bsia membungkus makanan di atas meja. Ia melakukannya di depan semua orang, sama sekali tidak malu.     

"Dasar kalian memang pasangan sejati," Nadine menggelengkan kepalanya melihat kelakukan kakak dan kakak iparnya. Tetapi meski mengeluh seperti itu, ia mengambil inisiatif untuk membantu Tara membungkus makanan. Kakaknya dan Raka akan lanjut berpesta di rumahnya. Tidak mungkin kalau mereka tidak membawa makanan.     

Nico merangkul pundak Raka dan pergi terlebih dahulu. Namun, Della tidak mengikuti mereka dan memilih untuk tetap tinggal bersama dengan Tara.     

Setelah melihat sosok kakaknya dan Raka menghilang dari pandangannya, Nadine langsung memandang ke arah calon adik iparnya. "Della, apakah Raka jahat padamu?" tanya Nadine, membuka obrolan.     

"Apakah ia sering memarahimu? Apakah ia cerewet?" tanya Tara, menyambung pertanyaan Nadine.     

"Apakah kamu menyukainya?" tanya Anya secara langsung.     

Della merasa kebingungan saat mendapatkan begitu banyak pertanyaan. Ia tidak tahu mengapa pesta ini tiba-tiba saja berubah menjadi tempat gosip. Ditambah lagi, sekarang ia yang menjadi bahan gosipnya.     

"Kalian mengobrol saja. Aku akan naik ke atas dan melihat anak-anak." Aiden mendengar suara tangisan Arka dan Aksa, langsung naik ke lantai atas. Ia tidak tertarik untuk mendengar gosip para wanita. Lebih baik ia melihat anak-anaknya dan menemani mereka.     

"Sekarang semua laki-laki sudah pergi. Hanya ada kita di sini," Nadine bertepuk tangan dengan senang.     

Tetapi tidak semua laki-laki sudah pergi dari sana. Masih ada Harris yang menemani Nadine di sana. Dan Harris bukanlah laki-laki sembarangan, melainkan kakak kandung Della sendiri.     

Della memandang ke arah kakaknya dengan canggung. Harris balas memandang ke arah adiknya dengan sama canggungnya. Memang pembicaraan mengenai cinta sulit untuk dilakukan oleh kakak beradik, apalagi yang baru mengenal setelah bertahun-tahun lamanya.     

"Aku adalah kakakmu. Kalau kamu memang menyukai Raka, kakak bisa membantumu."     

"Jangan salah paham. Ia hanya membantuku. Raka tidak menyukaiku," kata Della sambil menggelengkan kepalanya dengan lemah.     

"Raka tidak menyukaimu, tetapi kamu menyukainya, kan?" Tara bertanya sambil tersenyum. Ia sudah biasa melihat reaksi wanita yang sedang jatuh cinta dan Della terlihat seperti salah satunya.     

Della tidak bisa menjawab pertanyaan itu dan melirik ke arah Anya.     

Anya tersenyum, memahami apa yang ada di pikiran Della. "Aku sudah punya suami dan punya dua anak. Selain itu, Aiden sudah tahu mengenai masa laluku dengan Raka dan ia tidak keberatan dengan masa laluku. Apakah kamu keberatan?"     

Masa lalunya memang sangat berantakan dan Raka terlibat di dalamnya. Untung saja, Aiden bisa menerimanya apa adanya.     

"Aku tidak keberatan," bisik Della dengan suara pelan, tetapi semua orang bisa mendengarnya.     

"Berarti benar kamu menyukainya! Apakah Raka sudah tahu kalau kamu menyukainya?" Nadine memasukkan kotak makan di hadapannya ke dalam tas kresek dan memberikannya pada Della.     

Della menerimanya sambil menjawab setiap pertanyaan yang dilemparkan padanya. Tetapi entah mengapa pertanyaannya semakin lama semakin menyulitkan. "Aku … Mana mungkin aku bisa bilang padanya …"     

Tara mengingat kembali dua botol alkohol yang Nico bawa pulang dan mendapatkan sebuah ide. "Aku punya cara untuk mencari tahu apakah Raka tertarik padamu atau tidak."     

Della memandang Tara dengan cemas. "Apa yang akan kamu lakukan?"     

"Biasanya, orang akan berkata jujur saat minum! Anya, berikan aku botol anggur lagi!" setelah meminta makanan, Tara masih tidak sungkan meminta anggur pada Anya.     

"Ambil saja yang kamu inginkan. Tetapi jangan ambil anggur di rak teratas, anggur itu adalah anggur kesukaan Aiden," kata Anya.     

Walaupun Aiden tidak keberatan saat Nico, Tara, atau Nadine mengambil makanan atau minuman apa pun di rumahnya atau pun menumpang makan setiap hari, Aiden tidak suka kalau ada yang mengambil anggur kesukaannya itu.     

Bahkan Nico pun yang suka melawan pun, tidak berani melanggar aturan yang satu ini.     

Nadine memandang botol anggur tersebut dan merasa mengenalnya. "Mengapa botol itu familier, ya? Sepertinya aku mengenalnya. Bukankah itu …" begitu Nadine ingin menanyakannya, Harris langsung menghentikannya.     

"Ada apa dengan botol anggur itu? Katanya anggur itu sangat mahal sehingga Aiden menyimpannya. Itu dari teman Aiden," kata Anya.     

Nadine ingin membuka mulutnya dan memberitahu Anya. Tetapi saat teringat kembali mengenai depresi yang Anya alami, ia memutuskan untuk menutup mulutnya. Ia tidak mau membuat Anya semakin sedih.     

Setelah itu, Tara dan Della segera menuju ke rumah Nico. Nadine dan Harris pulang, membiarkan Anya agar bisa segera beristirahat.     

Anya langsung naik ke kamarnya dan mandi. Sementara itu, Hana menyuruh para pelayan untuk membereskan rumah Aiden.     

Saat masuk ke dalam kamar, Anya tidak menemukan Aiden. Aiden masih tetap berada di kamar anak-anaknya, tidak kembali hingga kedua putranya itu tertidur.     

Malam ini, Anya merasa sangat senang. Memang benar, semakin banyak keluarga yang menemaninya, ia akan semakin bahagia dan suasana hatinya akan semakin stabil.     

Ia begitu lelah hari ini, tetapi kelelahan itu terbayarkan lunas dengan kebahagiaan yang ia rasakan.     

Malamnya, ia tertidur dengan senyum di wajahnya.     

Aiden bukanlah seseorang yang menyukai keramaian. Ia tidak suka dengna keberadaan orang banyak dan lebih memilih ketenangan. Tetapi ia menyetujui permintaan Anya untuk merayakan hari Natal di rumahnya bersama-sama.     

Dengan adanya suasana yang sangat ramai dan menyenangkan, ia berharap suasana hati Anya akan membaik.     

Aiden baru saja keluar dari kamar mandi, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk, pesan itu berasal dari Harris.     

Harris : Keara bunuh diri di penjara.     

Membeli pistol secara ilegal dan memancing Natali untuk membunuh Anya menjadi dakwaan terberat bagi Keara untuk bisa selamat. Mungkin ia tidak sanggup membayangkan harus menghabiskan seluruh hidupnya di dalam penjara dan memutuskan untuk mencari kebebasannya dengan cara lain.     

Sebelumnya, saat di rumah sakit ia sudah pernah berusaha untuk melompat dari gedung. Aiden tidak heran saat mendengar berita kematian Keara kali ini.     

Di hari Natal ini, sebenarnya Galih dan Indah tidak pergi berkencan. Mereka sudah berjanji untuk mengunjungi Keara di penjara bersama-sama.     

Tetapi karena mereka tidak mau menyakiti hati Anya dan tidak mau membuat depresi Anya semakin parah, mereka memutuskan untuk menyembunyikannya.     

Aiden melihat istrinya yang sedang tertidur, mengusap anak-anak rambut yang berterbangan ke sana kemari. Ia ragu apakah ia harus memberitahu Anya mengenai kematian Keara.     

Karena tidak bisa memutuskan sendiri, akhirnya Aiden menelepon psikiater Anya. karena tidak mau Anya sampai mendengar pembicaraan itu, Aiden pergi ke ruang kerjanya dan melakukan konsultasi melalui telepon.     

"Bisakah aku memberitahunya mengenai masalah ini? Kedua orang tuanya kehilangan putri mereka dan pasti mengharapkan hiburan dan dukungan dari Anya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.