Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mak Comblang



Mak Comblang

0"Tidak apa-apa kalau kamu tidak bisa membedakan Arka dan Aksa. Tetapi akan merepotkan kalau istri Arka dan Aksa nanti tidak bisa mengenali yang mana suaminya," kata Aiden.     
0

Anya mengerutkan keningnya dan bergumam. "Benar juga. Bagaimana kalau istri mereka tidak bisa mengenali mereka?"     

"Meski penampilan dan wajah mereka sama, kepribadian mereka pasti berbeda. Tidak mungkin tidak bisa mengenali mereka. Setelah mereka semakin besar nanti, pasti ada sesuatu yang bisa membedakan mereka," kata Tara.     

"Saat kecil, aku pernah memelihara ayam bersama dengan ibu. Untuk membedakan ayamku dan ayah tetangga, kami mewarnai bulunya. Aku sempat berkata pada Aiden bagaimana kalau memberi tato berbentuk tahi lalat di dekat alis Aksa, tetapi Aiden tidak setuju," kata Anya sambil cemberut.     

"Kamu tidak boleh menjadi ibu yang tidak bertanggung jawab seperti itu. Hanya karena kamu tidak bisa membedakan mereka, bukan berarti kamu bisa memberi mereka tato," pada saat yang bersamaan, Hana mendorong kursi roda Diana dan membantunya keluar dari kamar.     

Anya tidak tersinggung karena teguran ibunya itu. Ia malah tertawa. "Aku hanya bercanda."     

Diana tidak bisa duduk terlalu lama, sehingga ia hanya ingin menyapa orang-orang yang datang. Setelah itu, ia akan kembali ke kamarnya lagi.     

"Jangan khawatir ibu. Nanti aku pasti bisa membedakan antara Arka dan Aksa," kata Anya sambil tersenyum.     

"Sana kalian bisa berpesta. Ibu hanya ingin keluar karena mendengar kalian mengobrol dengan seru. Setelah ini, ibu akan kembali ke kamar," sebenarnya, kondisi Diana tidak cukup baik untuk keluar dari rumah sakit.     

Tetapi suasana hati Anya masih tidak stabil dan depresi yang ia alami semakin parah. Diana tidak ragu untuk pulang dan menemani putrinya, meski ia masih belum cukup kuat.     

"Selamat Natal, Bibi," Raka menghampiri Diana dan menyapanya.     

"Raka, bagaimana keadaan ayah dan ibumu?" tanya Diana.     

Saat dulu bertetangga, Diana dan Irena memiliki hubungan yang cukup dekat. Namun, setelah Diana bercerai dari Deny dan wajahnya rusak karena ledakan itu, ia berhenti untuk menemui siapa pun dan mengurung diri di rumahnya.     

"Orang tuaku sehat-sehat. Terima kasih sudah menanyakan," kata Raka dengan sopan.     

"Aku ingin melihat anak-anak," kata Diana sambil tersenyum.     

Aiden langsung membawa Aksa mendekat ke arahnya. Diana tidak bisa menyentuh atau menggendong kedua cucunya tetapi melihat mereka saja sudah membuatnya sangat senang.     

Della juga langsung membawa Arka mendekat, "Bibi, ini Arka."     

Della, kamu juga di sini?" Diana sangat senang melihat Della.     

Semua orang yang hadir terkejut saat mengetahui bahwa Diana dan Della saling mengenal. "Bagaimana kalian bisa saling mengenal?"     

"Della sering membantuku untuk menjual bunga di taman. Itu sebabnya aku mengenalnya," kata Diana.     

"Ternyata aku memang benar. Hanya Raka saja orang luar di sini. Raka, bagaimana pendapatmu terhadap Della? Kamu bisa bergabung dengan keluarga besar ini," kata Nico.     

Diana memandang ke arah Arka yang berada di pelukan Della. "Wajah Arka sedikit merah. Mungkin ia sedang buang air."     

"Aku yakin ia buang air besar. Aku bisa menciumnya," Nadine mengerutkan keningnya.     

Anya langsung menutup hidungnya dengan tangan. Karena penciumannya jauh lebih peka dibandingkan orang biasa, ia bisa mencium aroma itu lebih jelas.     

"Kamu ini. Itu kan anakmu sendiri," goda Diana pada putrinya.     

Aiden langsung memanggil suster Arka dan Aksa untuk mengantarkan mereka kembali ke atas dan memandikan mereka. Setelah kembali ke lantai bawah lagi, mereka sudah wangi.     

Setelah mengobrol cukup panjang, akhirnya Diana memutuskan untuk kembali ke kamarnya karena tidak mau kelelahan.     

Arka dan Aksa sedang berada di stroller mereka, menyaksikan pada orang dewasa berbincang-bincang sambil makan. Ini adalah Natal pertama sejak Arka dan Aksa lahir, sehingga Anya ingin mengajak mereka untuk merayakan bersama.     

Suasananya sangat meriah dan menyenangkan.     

Setelah makan malam, karena di luar sedang gerimis, mereka semua duduk di teras yang menghadap ke arah taman sambil minum teh dan makan buah-buahan.     

Saat pesta Natal itu, orang yang paling diam dan tenang adalah Harris dan Della.     

Harris memang terbiasa untuk diam dan Della seperti berusaha agar tidak terlihat di sana.     

Nadine dan Tara sedang mengobrol dengan penuh semangat, sama halnya dengan Nico dan Raka. Walaupun Raka adalah pria yang tenang, ia juga bisa gila saat bersama dengan Nico.     

Della bisa melihat sisi Raka yang baru saat ia bersama dengan Nico. Selama ini, Raka selalu serius dan selalu tegas kepadanya. Tetapi saat bersama dengan Nico, Raka terlihat jauh lebih kekanakan, seperti anak laki-laki pada umumnya.     

Gerimis itu membuat lantai teras menjadi sedikit licin.     

Tanpa sengaja, Nico yang sedang asik mengobrol malah menyenggol Della dan membuatnya terjatuh. Della terjatuh di dekat kursi sehingga kepalanya membentur ujung dari kursi itu dengan cukup keras.     

Raka langsung bangkit berdiri dan menghampiri Della. Ia membantunya untuk berdiri dari lantai dan kemudian menepuk-nepuk bagian roknya yang kotor. "Apakah ada yang sakit? Apakah kamu terluka?"     

Della mengedipkan matanya berulang kali, berusaha untuk menahan rasa sakit di kepalanya. Tetapi pada akhirnya ia hanya bisa menundukkan kepalanya dan menyandarkan kepalanya di pundak Raka tanpa mengatakan apa pun.     

"Sepertinya benturannya cukup keras," Anya menatap ke arah Nico.     

"Apakah kamu baik-baik saja? Maaf aku tidak sengaja," Nico benar-benar cemas. Awalnya, memang ia tidak menyukai Della. Tetapi ia juga tidak akan sengaja mencelakai seorang wanita seperti ini.     

"Aku tidak apa-apa," Della menyunggingkan senyum dengan paksa. Dengan bantuan Raka, ia kembali ke ruang keluarga.     

Saat melihat kedua orang itu pergi, Nico berbisik pada Tara. "Apakah kamu lihat Della menyandarkan kepalanya di pundak Raka, tetapi Raka tidak menolaknya."     

"Kamu ingin jadi mak comblang sekarang?"     

Nadine mengajak Harris untuk masuk ke dalam bersamanya dan melihat kondisi Della. Saat ini, Hana sedang membantunya untuk membersihkan luka di kepalanya.     

Untung saja hanya goresan kecil dan tidak berdarah, tetapi mungkin besok kepalanya akan sedikit bengkak dan biru karena benturan.     

"Della, apakah kamu baik-baik saja?" Nadine yang merupakan calon kakak ipar berusaha untuk memperhatikan Della dan membuatnya nyaman di rumah ini. "Aku akan memukuli kakakku nanti. Bagaimana bisa ia membuat wajah seorang gadis terluka."     

Della tertawa melihat Nadine, "Aku baik-baik saja."     

"Kamu tidak boleh ceroboh. Bagaimana kalau ada bekas luka di wajahmu?" Hana menempelkan handuk dingin ke kepala Nadine agar mengurangi bengkaknya.     

Melihat hujan di luar semakin deras, Raka menyadari bahwa mereka harus segera pulang, "Kita harus pulang. Kalau hujannya terus deras seperti ini, lama-lama kita bisa terjebak."     

"Jangan pulang sekarang. Hujannya sangat deras dan di luar banjir. Lebih baik kamu menginap di rumahku saja malam ini," kata Nico.     

"Tapi …"     

"Bahaya menyetir di saat hujan. Lagi pula, mobilmu tidak bisa menyebrangi banjir kan?" Nico terus mendesak Raka dan memaksanya.     

"Della, kalau kamu malu untuk menginap di rumah kakakku, bagaimana kalau menginap di rumah kami saja. kakakmu dan aku akan selalu menerima kedatanganmu," Nadine langsung menyenggol Harris.     

Harris hanya mengangguk. Itu adalah jawaban paling sopan yang bisa ia berikan.     

Walaupun ia tahu bahwa Della adalah adiknya, ia sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap ayahnya dan juga adiknya ini.     

Della terlihat kebingungan.     

Di satu sisi, ia tidak ingin tinggal bersama dengan Nico. Tetapi di sisi lain, tinggal bersama kakaknya yang sama sekali tidak ia kenal juga akan terasa canggung.     

Lalu, siapa yang harus ia pilih?     

"Ah? Ak-Aku …" Della tidak tahu harus bagaimana.     

"Biar dia menginap di rumah Nico bersamaku saja," akhirnya Raka yang memutuskan. Tidak mungkin kan ia berpisah dengan Della, padahal ia sudah mengajaknya ke tempat ini hari ini.     

Della adalah bawahannya sekarang. Jadi, ke mana pun Raka pergi, ia harus mengikutinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.