Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Adik Harris



Adik Harris

0"Mereka hanya bercanda. Tuan tidak perlu mengatakan itu," kata Della dengan hati-hati.     

Raka langsung memelototi Della. "Sekarang semua orang menganggapmu sebagai kekasihku! Apakah kamu tidak pernah membaca berita?" katanya dengan kesal.     

Della tersenyum dengan canggung, "Aku hanya merasa, menjadi kekasihku membuat Tuan sangat menderita. Aku minta maaf."     

Della tidak berani melawan apa kata Raka. Biaya pengobatan Winda saat ini masih belum dilunasi, menanti pembayaran dari Raka. Della takut Raka menolak untuk melunasi biaya itu kalau ia terus membantah apa kata Raka.     

"Kalau kamu tahu itu merepotkanku, jangan cari masalah. Saat kamu di luar rumah, jangan mau dipermalukan seperti tadi. Kalau kamu dihina seperti itu, nama baikku juga tercoreng," kata Raka.     

Della mengerutkan keningnya saat mendengar kata-kata Raka. Tetapi pada akhirnya ia memutuskan untuk mengangguk dan mematuhinya.     

Begitu pulang ke rumah, Della melihat seseorang datang membawa beberapa baju baru wanita. Tidak hanya satu orang saja, ada juga beberapa orang di belakangnya yang membawa peralatan make-up.     

"Aku akan membawanya ke pesta Natal malam ini. Tolong bantu pilihkan baju untuknya," kata Raka pada stylist tersebut.     

Della melihat baju-baju yang indah itu dan merasa senyumnya semakin kaku. Sepertinya Raka benar-benar ingin membawanya sebagai pajangan di pesta itu, hingga mendatangkan stylist ke rumah.     

Stylist tersebut memilihkan sebuah gaun berwarna merah dan kemudian memberikannya kepada Della, "Cobalah yang ini, Nona."     

Della menghampiri wanita tersebut dan berbisik. "Aku punya waktu berapa lama untuk bersiap-siap?" Sesekali ia akan melirik ke arah Raka dengan cemas.     

"Aku beri kamu waktu satu jam. Cepatlah!" setelah itu, Raka langsung keluar.     

Della melihat di luar, hujan sudah mulai turun. Della sangat menyukai hujan, karena baginya suara hujan bisa menutupi suara-suara yang lainnya. Suara teriakan, suara cacian, suara makian …     

Tetapi saat ini ia sudah tidak punya waktu untuk mengagumi hujan. Ia harus segera berganti pakaian.     

Beberapa saat kemudian, Della turun dengan gaun barunya. Stylist yang memilihkan gaun itu merasa sangat puas. "Nona, kulit Anda sangat putih. Warna merah sangat cocok untuk Anda. Tetapi sepertinya roknya sedikit kebesaran," katanya.     

Bagian bawah gaun tersebut terlihat sedikit kebesaran dan terlalu panjang. Meski sudah memilih ukuran yang terkecil, baju itu tetap kurang pas di tubuhnya. Sepertinya memang tubuh Della terlalu kurus.     

"Bagaimana kalau aku mencoba yang lainnya?" tanya Della.     

Stylist itu menggelengkan kepalanya. Semua baju yang ia bawa tidak ada yang memiliki ukuran lebih kecil dari itu. "Nona, tubuh Anda yang terlalu kurus. Sepertinya kita harus sedikit menjahitnya. Sekarang, biar saja merias wajah Anda."     

Della melepaskan gaun tersebut dan seseorang langsung menjahitnya di tempat.     

Orang-orang yang dipilih oleh Raka untuk meriasnya memang sangat hebat. Ia langsung menjahitnya dan memperbaikinya dengan kecepatan yang sangat tinggi.     

Ia mengerjakannya dengan tangannya sendiri, tanpa bantuan mesin. Tetapi dengan kehati-hatiannya, hasilnya jadi sangat memuaskan dan jahitannya sangat rapi.     

Hanya butuh waktu setengah jam saja, Della sudah siap dengan riasan yang elegan.     

Stylist itu mengangguk dengan sangat puas. Bahkan Della terkejut saat melihat dirinya sendiri, "Cantik sekali," kata stylist itu sambil bertepuk tangan.     

Ini bukan pertama kalinya Della menghadiri pesta. Tetapi stylist yang dipanggilkan oleh ibunya selalu merias wajahnya dengan sangat tebal dan baju pilihan mereka kelewat seksi.     

Berbeda dengan stylist yang Raka pilih. Stylist tersebut memilihkan baju dan riasan yang cocok dengan kepribadian Della, dan membuatnya tampak semakin bersinar.     

Della kembali mengenakan gaunnya dan kali ini, panjangnya pas, tepat di lututnya.     

Karena waktunya sudah mepet, stylist tersebut hanya merapikan rambut Della menjadi sebuah cepolan korea yang manis.     

Saat memasuki ruang keluarga, baju Raka terlihat sedikit basah karena gerimis. Ia masuk sambil membawa sekeranjang buah bergamot.     

"Tuan, Nona Della sudah selesai dirias. Bagaimana hasilnya?" stylist tersebut minggir ke samping agar Raka bisa melihat Della.     

Della berbalik dengan sedikit malu dan memandang Raka dengan senyum manisnya.     

Melihat Della yang ada di hadapannya, Raka merasa napasnya tercekat. Ia seperti lupa caranya untuk bernapas.     

"Tuan, karena waktunya kurang, rambutnya …"     

"Tidak apa-apa. Sudah bagus." Raka meletakkan keranjang yang dibawanya di atas meja.     

Ia merasa Della riasan terlihat sederhana, tetapi tetap elegan dan memancarkan kecantikannya sendiri, seperti bunga putih yang mungil tetapi indah saat dipandang. Bunga kecil yang ingin ia lindungi. Dan semakin Raka melihatnya, Raka semakin mengingat Anya beberapa tahun yang lalu.     

Perasaannya terasa berkecamuk.     

Raka dan Della tiba di rumah Anya pada pukul 7 lebih sedikit, lewat dari jam makan malam.     

"Maaf aku terlambat. Hujannya terlalu deras dan aku tidak bisa menyetir dengan cepat. lihat, apa yang aku bawakan untukmu." Raka datang sambil membawa keranjang berisi bergamot.     

Aiden melihat keranjang itu dan melirik ke arah Anya, tepat saat Anya memandang ke arahnya. Mereka saling tersenyum satu sama lain.     

"Aku juga punya pohon bergamot, tetapi buahnya sudah aku petik beberapa bulan lalu. Kamu datang di saat yang tepat," Anya menerima keranjang itu sambil tersenyum dan memberikannya kepada Hana.     

"Raka, apakah kamu tidak mau memperkenalkan pasanganmu?" Nico menatap ke arah Della dengan tatapan tidak suka.     

"Halo, aku Della. Selamat Natal semuanya," Della melangkah maju sambil memberikan sebotol anggur merah.     

Anya menerimanya dan memberikannya kepada salah seorang pelayan agar bisa langsung dibuka. "Terima kasih sudah repot-repot membawakan hadiah."     

Nadine juga menyapa Della dan membantunya agar tidak terlalu canggung saat bertemu dengan wajah-wajah baru. "Halo. Biar aku menyimpankan jaketmu."     

Della menatap ke arah Raka yang berada di sampingnya, tetapi Raka hanya diam saja.     

Sebenarnya, ia merasa enggan untuk melepaskan jaketnya itu. Ia melihat Anya juga mengenakan rok berwarna merah yang cukup mirip dengannya. Walaupun modelnya berbeda, warnanya tetap saja sama.     

Ia merasa tidak enak hati dan semakin canggung.     

"Kita tidak akan pulang cepat. Lepaskan saja jaketmu," Raka mengambil inisiatif untuk membantu Della melepaskan jaketnya. Setelah melepaskan jaket itu, akhirnya ia paham.     

Anya dan Della sama-sama mengenakan gaun berwarna merah.     

Perbedaan gaun mereka ada di bagian lehernya. Gaun Anya memiliki model dengan V-neck, sementara gaun Della model lehernya melengkung.     

Tetapi karena warnanya sama-sama merah cerah, gaun itu terlihat jadi mirip.     

Gaun merah yang sama dengan model yang berbeda, digunakan oleh dua orang yang berbeda.     

Anya dengan gaun merahnya terlihat sangat menawan. Terutama setelah melahirkan, aura keibuannya semakin terpancar.     

Sebaliknya, Della terlihat jauh lebih segar dan ceria.     

Walaupun mereka mengenakan baju yang serupa, mereka memiliki keunggulannya masing-masing.     

"Maafkan saya. Saya tidak tahu Anda menggunakan gaun merah hari ini. Mungkin lebih baik saya ganti pakaian dulu," Della melihat mata semua orang memandangnya. Ia langsung menundukkan kepalanya dengan malu dan meminta maaf.     

"Tidak usah berbicara formal seperti itu kepadaku. Santai saja. Hari ini adalah hari Natal, tentu saja warna merah sangat cocok untuk pesta seperti ini. Tidak usah ganti!" Anya menghampiri Della dan menggandeng tangannya seolah mereka sudah berteman dekat. "Lihatlah. Kita seperti saudara."     

"Bibi, Della adalah adik Harris. Kalian tidak bisa menjadi saudara. Seharusnya ia memanggilmu bibi," Nadine terlihat serius saat membahas mengenai tunangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.