Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kekasihku



Kekasihku

0"Ibu dan ayah akan mengunjungimu dan anak-anak di saat tahun baru nanti. Kita akan merayakan tahun baru bersama-sama. Malam ini, ibu dan ayah sudah ada rencana untuk keluar," kata Indah dengan senyum malu-malu.     

Anya tertawa dengan senang saat mendengarnya. "Ayah romantis sekali."     

Diana memandang ke arah Galih. Sejak dulu, Galih memang seorang pria yang baik hati dan bertanggung jawab. Tetapi ia tidak menyangka, sampai tua sekalipun ia akan bersikap romantis terhadap istrinya.     

"Kalian anak muda menyukai pesta yang ramai. Kami para orang tua hanya ingin berduaan," kata Galih sambil tersenyum.     

"Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan mengganggu kencan ayah dan ibu. Nanti kita akan berkumpul di saat tahun baru." Bagi Anya melihat cinta ayah dan ibunya adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.     

Ia senang melihat keluarganya rukun dan harmonis.     

Di siang hari, Anya berbaring di samping ibunya sambil mengobrol. Tetapi ii pembicaraan mereka sudah berubah.     

"Ibu, apakah ibu pernah berpikir untuk mencari suami lagi?" tanya Anya tiba-tiba. "Melihat ayah dan ibu berkencan, aku khawatir ibu akan kesepian."     

"Siapa bilang aku kesepian? Bukankah ibu punya kamu? Ibu juga punya Arka dan Aksa. Ibu tidak sendirian! Lagi pula, ibu sudah berjanji dengan Esther. Suatu hari nanti, kita akan tinggal berdua di rumah jompo. Terlalu sedikit pria baik di dunia ini. Lebih baik ibu sendiri saja. Ibu tidak mau disakiti lagi," kata Diana sambil tersenyum.     

"Kalau suatu hari nanti ibu menemukan pria yang baik, aku berharap ibu bisa menikah lagi," kata Anya.     

"Biasanya orang tua yang bingung ingin segera menikahkan anaknya. Tetapi kamu malah ingin ibu menikah. Aku tidak akan menikah. Kamu saja sudah cukup untuk ibu," Diana sudah pernah merasakan rasanya terluka karena cinta. Bekas luka yang ditorehkan oleh Deny di hatinya masih membekas, membuatnya tidak ingin untuk merasakannya yang kedua kali.     

"Anya tidak memaksamu untuk menikah. Ia hanya ingin ibu menemukan kebahagiaan ibu dan tidak melewatkannya begitu saja," kata Aiden, membantu menjelaskan.     

"Ya, itu yang aku maksud. Aiden memang yang paling mengerti aku," Anya mengangguk.     

"Kalau kamu senang, ibu juga akan senang," kata Diana sambil memandang putri dan menantunya. "Selama hidup kalian baik-baik saja, aku sudah cukup puas."     

"Tentu saja aku bahagia. Aiden sangat baik padaku," suara Anya terdengar semakin pelan. Anya berbaring di samping Diana dan tanpa sadar ia tertidur.     

Aiden menggendong Anya kembali ke tempat tidurnya sendiri dan menyelimutinya.     

Diana juga sangat lelah, tetapi ia berusaha untuk menemani Anya mengobrol.     

Sampai akhirnya Anya tertidur, akhirnya ia memiliki kesempatan untuk bertanya pada Aiden. "Apa yang terjadi pada Anya?"     

"Postpartum depression. Saat ibu terluka, Anya sangat emosional. Ia tertekan sehingga mengalami mastitis dan tidak bisa menyusui lagi. Karena banyak hal yang menimpanya secara berturut-turut, ia merasa depresi. Tetapi tidak usah khawatir. Sekarang Arka dan Aksa sudah pulang, dan ibu sudah bangun. Anya akan baik-baik saja," kata Aiden dengan suara pelan.     

"Ini semua salahku. Aku yang membuat kalian khawatir. Kalau saja aku mendengarkan kalian dan tinggal di rumah kalian untuk sementara, semua ini tidak akan terjadi," kata Diana sambil memejamkan matanya dengan penuh penyesalan.     

"Ibu tidak salah. Yang salah adalah orang yang berniat mencelakai kita. Jangan terlalu dipikirkan. Lebih baik ibu banyak beristirahat," kata Aiden, menenangkan Diana.     

Diana memandang ke arah putrinya lekat-lekat. Melihat putrinya yang tertidur dengan lelap, Diana merasa turut sedih atas apa yang menimpa putrinya.     

Tetapi ia percaya bahwa putrinya itu adalah wanita yang kuat, sama sepertinya.     

"Ibu yakin Anya akan segera pulih. Kita hanya perlu percaya padanya," kata Diana.     

"Sekarang ibu beristirahatlah. Kita akan pulang sebentar lagi," Aiden tidak hanya membawa petugas medis dari rumah sakit, tetapi juga membawa beberapa peralatan yang dibutuhkan oleh Diana. Ia khawatir Diana tidak sanggup untuk pulang karena baru saja sadar.     

Karena ia sudah setuju untuk membawa Diana pulang hari ini, persiapannya harus sangat sempurna dan tanpa resiko sama sekali.     

Anya sangat rapuh sekarang dan kalau sampai ada yang terjadi, ia bisa runtuh.     

Hari ini adalah hari Natal. Anya sudah mengundang semua kerabat dekatnya untuk datang ke rumahnya dan merayakannya bersama-sama, termasuk Raka dan juga Della.     

Raka menghabiskan hari liburnya itu di kantor. Saat ia sedang bekerja, Nico tiba-tiba saja meneleponnya. "Raka, malam ini kamu harus datang. Kita harus menghibur bibi dan menyemangatinya agar ia tidak depresi. Ngomong-ngomong, jangan lupa ajak Della. Kalau tidak, mungkin kamu akan menjadi satu-satunya pria tanpa pasangan di sana."'     

Setelah Nico menutup telepon, Raka langsung mengirimkan pesan pada Della.     

Raka : Aiden dan Anya mengundangku untuk datang ke pesta Natal di rumah mereka. Aku akan menjemputmu.     

Ketika Della membaca pesan tersebut, ia merasa tidak berdaya.     

Apakah ia bisa menolak? Karena Raka tidak memiliki pasangan, Raka terpaksa mengajaknya.     

Apakah itu artinya ia harus berpura-pura menjadi kekasih Raka dan menemaninya ke acara yang diselenggarakan oleh mantan kekasih Raka?     

Della benar-benar tidak mau! Kalau bisa menolak, lebih baik ia tidak ikut pergi …     

"Ah! Ada Della di sini …" seorang gadis tiba-tiba saja menghentikan Della.     

"Apakah jaket ini merk Dior? Mana mungkin kamu sanggup membelinya?" gadis yang lain bahkan tidak berusaha untuk memelankan suaranya saat menghina Della.     

"Apakah kamu sudah dengar? Katanya ia tidak mau menikah dengan Halim yang autis itu sehingga ia melarikan diri dari rumah. Sekarang ia bersama dengan Raka, pangeran dari Mahendra Group. Mana mungkin Raka membiarkannya memakai barang palsu?"     

Gadis di sampingnya tertawa. "Raka sama sekali tidak peduli padanya. Aku rasa, ia yang sengaja dekat-dekat dan terus mengejar Raka. Kurasa jaketnya itu palsu."     

Seseorang langsung menyenggol Della, membuatnya terjatuh ke tanah. Dan kemudian, beberapa gadis lainnya maju untuk mengambil jaket Della.     

Della berusaha untuk melawan, tetapi lawannya terlalu banyak. Ia tidak bisa berbuat apa-apa saat orang-orang tersebut mengambil jaketnya.     

"Apa yang kalian lakukan?" Raka tidak menyangka akan melihat kejadian ini saat ia baru saja datang.     

"Raka?"     

"Wow! Itu benar-benar Raka! Ia tampan sekali."     

"Ia jauh lebih tampan dibandingkan di foto. Raka, semua gadis di kampus ini menyukaimu!"     

"Raka, bisakah aku berfoto denganmu?"     

Tetapi Raka sama sekali tidak memedulikan meski ada banyak gadis yang menyukainya di hadapannya. Ia menggeram dengan kesal. "Siapa yang melakukannya?"     

Semua orang yang berada di sana tertegun. Setelah mendengar pertanyaan Raka, tidak ada satu pun dari mereka yang berani melangkah maju.     

Saat melihat Raka marah, Della langsung mengambil jaketnya dari tanah dan menepuk-nepuknya beberapa kali untuk membersihkannya. "Sudah, lupakan saja. Ayo pergi!"     

"Apakah kamu bodoh? Kamu membiarkan orang-orang ini menindasmu dan kamu sama sekali tidak melawan?" Raka langsung memarahinya.     

"Raka, Della bilang pada semua orang bahwa kamu adalah pacarnya dan kalian tinggal bersama."     

"Iya benar. Mengapa kamu suka pada gadis seperti ini?"     

"Ia sengaja pamer dan ngaku-ngaku bahwa kamu adalah kekasihnya. Kami sangat marah saat tahu bahwa ia hanya berbohong."     

Dengan tangan besarnya, Raka menarik Della ke dalam pelukannya. "Memang benar apa yang ia katakan. Kami memang tinggal bersama."     

Mata Della terbelalak dengan lebar. Ia memandang wajah Raka dengan kebingungan.     

'Apakah kamu sadar, apa yang kamu katakan?' batinnya dengan frustasi.     

Ia berharap dengan diam, gadis-gadis ini akan bosan menindasnya. Tetapi Raka malah membuat suasananya semakin runyam.     

"Bagaimana bisa kamu menyukai gadis seperti ini? Ia hanyalah anak adopsi dari Keluarga Mawardi. Ia bukan siapa-siapa. Bahkan Keluarga Mawardi sudah tidak mau mengakuinya lagi!"     

"Apakah kamu bercanda?"     

Namun, wajah Raka terlihat sangat serius, membuat para gadis itu terdiam sekali lagi. "Della adalah kekasihku. Siapa pun yang menindasnya sama saja dengan mencari masalah denganku," Raka pergi bersama dengan Della di rangkulannya, meninggalkan para gadis itu kebingungan sendiri.     

Setelah kembali ke dalam mobil, Della melihat Raka kembali tenang. Ia mengambil inisiatif untuk menjelaskan. "Mereka hanya bercanda. Tuan tidak perlu mengatakan itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.