Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menjemput Arka dan Aksa



Menjemput Arka dan Aksa

0"Anya, jangan menangis. Tidurlah. Besok aku akan membawamu untuk melihat anak-anak." Aiden akan melakukan apa pun untuk membuat Anya senang. Sebenarnya, ia lah yang paling menderita saat Anya mengalami depresi.     

Anya mengangkat kepalanya. Matanya yang besar memandang Aiden, terlihat masih basah. Tetapi ada harapan yang terpancar dari sana. "Sungguh?"     

Aiden mengangguk dan tersenyum. "Arka dan Aksa sudah bisa keluar dari inkubator. Ini waktunya mereka pulang."     

Anya langsung bangkit berdiri dari pelukan Aiden. "Aku akan menelepon Bu Hana dan memintanya untuk menyiapkan pesta Natal besok!" Ia langsung mengambil ponselnya dan menelepon Hana dengan penuh semangat.     

Setelah selesai telepon, ia pergi ke samping tempat tidur ibunya dan menggenggam tangan Diana dengan senang. "Ibu, besok Arka dan Aksa akan pulang. Cepatlah bangun agar kamu bisa merayakan Natal bersama dengan kita semua. Setelah itu, kita bisa merayakan tahun baru bersama!"     

Malam itu, Anya tidur dengan sangat nyenyak. Bahkan, ia tersenyum dalam tidurnya karena membayangkan besok ia akan bertemu dengan anak-anaknya.     

Tetapi Aiden tidak bisa bahagia. Ia terlihat sedih saat memandang Anya yang tertidur dalam pelukannya.     

Depresi yang Anya alami tampaknya semakin serius.     

Sedetik ia menangis dan sedetik kemudian ia tertawa. Suasana hatinya terus berubah dalam sekejap.     

Walaupun ini bukan waktu yang tepat untuk membawa Arka dan Aksa pulang, Aiden merasa keberadaan kedua putranya bisa membantu Anya untuk kembali pulih.     

Depresi bukanlah sebuah penyakit yang bisa disembuhkan dengan obat seperti penyakit biasa. Anya membutuhkan dukungan dari keluarganya, termasuk dari anak-anaknya untuk bisa melawan depresi ini.     

Sekitar jam satu pagi, Harris menelepon Aiden. "Tuan, kami sudah menemukan pelaku yang sebenarnya. Apakah Anda masih ingat Yura, teman sekelas Nyonya?"     

Alis Aiden terangkat saat mendengar nama wanita yang sudah lama tidak didengarnya. "Wanita itu yang melakukan semuanya yang terjadi di rumah sakit?"     

"Awalnya ia membela Natali dan menanggung semua kesalahan Natali sendirian. Tetapi, saat Natali menjadi gila, ia mengubah pengakuannya dan mengatakan bahwa Natali yang melakukan semuanya, sementara ia hanya ingin membantu temannya. Yura baru saja keluar dari penjara bulan lalu, tepat saat Nyonya sedang berada di rumah sakit untuk melahirkan. Ada kemungkinan bahwa ia bertemu dengan Mona," kata Harris dari telepon.     

"Di mana dia sekarang?" tanya Aiden.     

"Saat Mona ditangkap, ia langsung melarikan diri ke luar negeri, bersembunyi. Jadi, kota akan aman untuk sementara."     

"Baiklah kalau begitu. Pergi lah untuk menjemput Arka dan Aksa besok, dan bawa pengawal bersama denganmu. Berhati-hatilah," Aiden memperingatkan Harris. Ia menyerahkan tugas ini kepada Harris karena hanya Harris dan keluarganya saja yang bisa ia percayai.     

"Jangan khawatir, Tuan. Besok Tuan Nico akan ikut dengan saya, membantu saya untuk membawa Tuan Arka dan Tuan Aksa pulang."     

"Apa yang Ivan lakukan akhir-akhir ini?" tanya Aiden. Kejadian yang terjadi akhir-akhir ini membuat Aiden sulit untuk mempercayai orang lain, salah satunya Ivan. Bagaimana kalau Ivan tiba-tiba berubah dan ingin melawannya?     

"Tuan Ivan kembali ke rumah Keluarga Atmajaya untuk tinggal bersama dengan Tuan Bima. Ia tidak berhubungan dengan orang luar sama sekali," kata Harris.     

Sejak Aiden mulai kembali ke Atmajaya Group, perlahan Ivan juga melepaskan semua pekerjaannya dan waktu luangnya semakin banyak.     

Setelah berpikir sejenak, akhirnya Aiden berkata, "Besok, minta Ivan untuk menemanimu menjemput Arka dan Aksa. Biarkan Nico tinggal di kota."     

"Tetapi, Tuan. Kalau …" Harris merasa gugup saat mendapatkan tugas itu. Kalau sampai terjadi sesuatu pada anak-anak Aiden, ia bisa kehilangan nyawanya.     

Ia mungkin sudah tidak punya muka untuk bertemu dengan Nadine lagi.     

"Lakukan saja sesuai dengan perintahku," Aiden punya rencananya sendiri. Ia juga ingin menguji Ivan. Ia ingin tahu apakah kakaknya itu masih tetap berada di pihaknya.     

Hubungan darah tidak akan menjamin bahwa orang tersebut akan selalu mencintaimu dan membelamu.     

Lihat saja apa yang dilakukan Keara pada Anya.     

Lihat saja apa yang dilakukan oleh Toni pada Indah.     

Meskipun mereka memiliki hubungan darah, mereka sama sekali tidak peduli dan tidak ragu untuk melakukan kejahatan, bahkan untuk melakukan tindakan yang terkejam sekalipun.     

…     

Keesokan paginya, akhirnya Ivan yang harus berangkat untuk menjemput Arka dan Aksa karena Nico tiba-tiba saja demam.     

Bima tidak akan membiarkan Nico yang sedang demam ikut menjemput kedua cucunya. Bagaimana kalau Nico menularkan demamnya itu pada Arka dan Aksa?     

Tidak hanya itu saja, Bima juga memerintahkan pada Nico untuk menjauh dari Arka dan Aksa hingga ia sembuh.     

Ivan langsung menghubungi Aiden, memberitahu adiknya itu bahwa ia lah yang akan menjemput Arka dan Aksa.     

"Kak, tolong jemput Arka dan Aksa dengan selamat. Harris akan membantumu sebisa mungkin. Kondisi Anya saat ini masih belum baik dan ia sangat merindukan anak-anak. Malam ini, datanglah ke rumahku. Kita akan merayakan Natal," kata Aiden dengan tenang.     

"Jaga Anya baik-baik. Aku dan Harris akan menjemput Arka dan Aksa dan mengantar mereka ke rumah dengan aman," Ivan berjanji pada Aiden.     

"Maaf aku harus merepotkan kakak," setelah menutup teleponnya, ia langsung mengubah semua personil yang berangkat untuk menjemput kedua putranya.     

Ia memperketat keamanan, tidak mau mengambil resiko.     

Saat ini, tidak ada yang bisa ia percaya, termasuk Ivan.     

Kali ini, Aiden ingin menguji kepercayaannya terhadap Ivan, kakaknya sendiri.     

Kalau sampai Ivan berani melakukan sesuatu kepada kedua putranya dan ingin mencelakakan mereka untuk mengambil alih Keluarga Atmajaya dan menyelamatkan ibunya, orang-orang suruhan Aiden tidak akan tinggal diam dan akan langsung menyeret Ivan ke hadapan Aiden.     

Mereka berangkat dengan empat helikopter untuk menjemput Arka dan Aksa, membuat semua orang keheranan. Siapa orang penting yang akan dijemput?     

Namun, bagi Keluarga Atmajaya, kedua anak ini adalah orang yang terpenting di hidup mereka. Dan mereka akan memastikan bahwa Arka dan Aksa tiba di kota dengan selamat.     

…     

Anya bangun pada pukul sembilan pagi keesokan harinya.     

Akhir-akhir ini, ia selalu merasa depresi, sedih, lelah, mengantuk dan tidak ingin melakukan apa pun. Meski di ruangan itu terdapat ruang parfum, Anya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melamun.     

Hari ini adalah hari Natal sehingga kantor sedang libur. Aiden menemani Anya di rumah sakit seharian, tidak mau meninggalkannya sendirian di saat Anya sedang depresi seperti ini.     

"Selamat hari natal," Aiden mengelus kepala Anya dan membantunya untuk duduk sambil tersenyum.     

"Selamat natal!" Anya ikut tersenyum melihat suaminya.     

Mungkin karena hari ini hari Natal, suasana hati Anya sedikit lebih baik.     

Ia mandi dan mengenakan gaun berwarna merah yang telah Nadine siapkan khusus untuknya. Gaun berwarna merah itu membuat suasana Natal terasa semakin kental.     

Saat Anya sedang sarapan, Aiden menerima panggilan. Arka dan Aksa sudah tiba di rumah dengan aman dan selamat. Mereka tidak ketakutan, tidak kedinginan. Semuanya baik-baik saja.     

Ivan sangat berhati-hati saat membawa Arka dan Aksa. Ia memimpin semua orang dengan sangat tegas, memastikan bahwa tidak ada yang terjadi pada dua keponakannya.     

"Terima kasih sudah membantuku untuk menjemput anak-anak," kata Aiden. Ia terlalu canggung untuk mengucapkan lebih dari itu, meski sebenarnya hatinya merasa sangat lega mengetahui bahwa Ivan masih berada di pihaknya.     

"Kita kan keluarga. Tidak usah berterima kasih seperti itu. Arka tampaknya sangat menyukaiku. Tadi aku yang menggendongnya dan ia terus menggenggam jempolku, tidak mau melepaskannya," Ivan dan Aiden sama-sama pendiam sehingga biasanya obrolan mereka hanyalah sekedar sapaan atau seputar bisnis. Tidak pernah mereka membahas masalah yang pribadi seperti ini.     

Tetapi sepertinya Ivan tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat menggendong anak-anak Aiden di alam pelukannya sehingga ia tidak bisa menahan diri untuk menceritakannya.     

"Tentu saja. Kamu adalah pamannya. Tidak mungkin Arka dan Aksa tidak menyukaimu. Mereka menyukaimu dan percaya padamu karena tahu pamannya akan selalu melindungi mereka," kata Aiden sambil tersenyum.     

Ivan juga merasa terkejut saat mendengar kata-kata Aiden. Tidak pernah terbayangkan di dalam mimpinya sekali pun bahwa ia bisa mengobrol dengan Aiden seperti ini.     

Obrolan mereka sangat normal, seperti kakak beradik yang membahas mengenai keluarga mereka.     

Ivan merasa sangat senang karena Aiden mulai membuka dirinya dan mempercayakan Arka dan Aksa padanya. Itu artinya, Aiden benar-benar telah menganggapnya sebagai saudara, sebagai anggota dari Keluarga Atmajaya yang seutuhnya.     

Anya yang mendengar isi obrolan itu tiba-tiba saja tersenyum sambil memandang ke arah suaminya.     

"Mengapa kamu tersenyum seperti itu?" setelah selesai menelepon, Aiden duduk di depan Anya.     

"Aku dengar obrolanmu dengan Kak Ivan. Arka sangat menyukai Kak Ivan?" kata Anya sambil tersenyum.     

"Hari ini, Kak Ivan dan Harris pergi untuk menjemput Arka dan Aksa dari pulau dan mengantarkan mereka ke rumah. Kak Ivan bilang saat berada di helikopter, ia yang menggendong Arka. Katanya Arka tidur di pelukannya sambil memegang jempolnya dengan erat." Aiden menceritakan kembali apa yang Ivan katakan padanya dari telepon.     

Anya tertawa mendengarnya. "Tentu saja Arka akan sayang kepada pamannya. Kepada kakek, bibi dan sepupu-sepupunya juga nanti."     

Yang membuat Anya lebih senang lagi adalah perubahan Aiden. Meskipun Aiden adalah sosok yang dingin, terutama pada orang-orang yang tidak dikenalnya, Aiden semakin hangat pada keluarganya dan mau untuk membuka dirinya.     

"Aiden, aku sangat mencintaimu. Kamu berubah menjadi semakin baik," kata Anya.     

"Apakah itu membuatmu semakin mencintaiku?" tanya Aiden dengan sengaja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.