Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menemaninya di Penjara



Menemaninya di Penjara

0"Oh, apakah seperti itu pendapatmu? Tidak heran kamu berbuat kejam dan berniat untuk melukai putriku. Aku sudah tahu apa yang kakak dan kamu lakukan. Aku sudah tahu semuanya. Tidak usah berpura-pura lagi di hadapanmu. Karena kamu khawatir pada kakak, aku akan mengirimmu untuk menemaninya di penjara. Jonathan, cepat telepon polisi sekarang juga!"     

"Dasar anak kurang ajar! Awas kalau kamu sampai menelepon polisi!" teriak Fany pada Jonathan.     

"Ibu, jangan seperti itu pada kakak!" Lisa tidak bisa mendengar ibunya berbicara lagi. Semua kata-kata yang keluar dari mulutnya hanyalah makian dan umpatan.     

Mengapa ibunya jadi seperti ini sekarang?     

"Apa salahku? Mereka berniat untuk menghancurkan keluarga ini. Apakah kamu bodoh, masih mau membela mereka?" kata Fany dengan marah.     

"Ibu, berhenti!" Lisa langsung menutup mulut ibunya dan meminta maaf pada Indah. "Bibi, aku minta maaf. Ibu sangat mencintai ayah sehingga terlalu emosi dan tidak bisa mengendalikan kata-katanya. Tolong jangan tersinggung."     

"Tidak, ibumu benar. Aku hanyalah anak haram dari Keluarga Srijaya. Saat Keluarga Pratama ingin bersatu dengan Keluarga Srijaya, saat itu, ayah Galih sebenarnya menginginkan aku. Tetapi aku memiliki kekasih yang aku cintai sehingga pada akhirnya Kak Lina yang menikah dengan Galih. Meski sudah berusaha untuk menghindari takdirku, Kak Lina pada akhirnya meninggal sehingga aku terpaksa menikah dengan Galih untuk mengurus Keara. Karena aku hanyalah anak haram dan aku tidak punya hak untuk menolak."     

Indah memegang dadanya yang terasa sesak karena semua kekesalan yang terpendam selama ini, "Aku diam saat kalian menindasku selama bertahun-tahun. Aku berusaha sekuat tenaga untuk keluarga ini, tetapi kalian malah berniat untuk membunuh putriku. Apakah kalian pikir aku mau lahir sebagai anak haram? Tidak ada orang yang bisa memilih mau lahir seperti apa, sama halnya dengan Jonathan. Aku tidak akan membiarkan Jonathan merasakan apa yang aku rasakan. Ia akan menjadi kepala keluarga yang mencintai keluarganya, yang membuat Keluarga Srijaya tetap bersatu dan rukun," kata Indah dengan tatapan yakin. Setelah itu, ia memandang ke arah Fany dengan tatapan penuh kebencian, "Kamu dan kakak kan saling mencintai. Mungkin akan lebih baik kalau kalian mendekam di dalam penjara bersama-sama!"     

Jonathan langsung menelepon Galih dan memberi aba-aba untuk membiarkan para polisi itu masuk, "Paman, kamu sudah bisa masuk."     

Saat ini, Galih sudah menunggu di luar bersama dengan para polisi.     

Karena ini adalah masalah keluarga, ia tidak mau ikut campur dan membiarkan Indah untuk melampiaskan semua kemarahannya terlebih dahulu.     

Indah tidak mau Galih melihat sisi buruknya yang seperti ini, sehingga Galih memutuskan untuk memberinya waktu sambil menunggu di mobil.     

Fany merasa sangat marah saat melihat Jonathan benar-benar memanggil polisi. "Jonathan, apakah kamu benar-benar berniat untuk melawanku?"     

"Ia tidak sama sepertimu. Ia masih punya hati nurani, bisa membedakan yang benar dan yang salah. Sementara itu, Lisa, kamu sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri, lebih baik kamu tidak banyak ikut campur dengan masalah keluarga ini," sebelum Lisa bisa memohon untuk ibunya, Indah langsung menghentikannya.     

Hubungan Indah dan Lisa sebenarnya cukup baik. Indah menyayangi keponakannya itu karena Lisa adalah gadis yang berhati baik, tidak seperti ayah dan ibunya.     

Tetapi kalau Lisa ingin melawannya, Indah tidak punya pilihan lain selain menyingkirkannya.     

"Indah, kamu juga memiliki keluargamu sendiri. Keluarga Srijaya bukan lagi urusanmu. Mengapa kamu selalu ikut campur dengan masalah keluarga ini?" Fany tidak akan berhenti melawan hanya karena Indah menelpon polisi.     

"Jonathan …" Indah menoleh ke arah keponakannya.     

"Apakah kamu pikir aku menginginkan keluarga ini? Apakah kamu pikir aku menginginkan hartamu? Aku sama sekali tidak ingin berurusan dengan keluarga ini. Kamu tidak hanya membunuh ibuku, tetapi juga membunuh istri dari anakku. Aku kembali ke keluarga ini untuk mengurus Keluarga Srijaya kembali ke jalan yang benar. Dan untuk membuatmu menyadari bahwa masa-mu sudah berakhir. Seperti yang kamu katakan, kamu sangat mencintai ayah, kan? Kalau begitu, biarkan aku dan bibi membantumu untuk kembali bersama dengannya," Jonathan berjalan ke arah pintu depan, membukanya dan mempersilahkan para polisi untuk masuk.     

Galih sudah menyerahkan semua bukti kepada polisi bahwa Fany lah yang telah menyebabkan kebakaran di panti asuhan dan membunuh anak-anak yang tidak berdosa. Orang yang ingin menculik Diana juga sudah mengakui bahwa Fany yang menyuruhnya.     

Akhirnya, Fany ditangkap dengan pasal pembunuhan berencana.     

"Lepaskan aku. Apakah kalian tidak tahu siapa aku? Aku adalah Fany Srijaya, istri dari pemilik Srijaya Group. Kalian …"     

"Mengancam polisi juga sebuah kejahatan. Aku sarankan lebih baik kamu diam saja," Indah mendengus dengan dingin saat melihat tingkah menjijikkan kakak iparnya.     

Sudah berpuluh-puluh tahun ia menahan diri. Akhirnya, ia bisa meluapkan semuanya.     

"Indah, dasar kamu wanita jahanam. Apakah kamu pikir kamu hebat hanya karena kamu bisa menikah dengan Galih. Suamimu itu mencintai Diana. Kamu tidak akan bisa menjadi Diana. Kalau aku tidak mencelakai Diana, ia akan meninggalkanmu dan kembali kepada wanita itu," sebelum Fany pergi, ia masih sempat menyakiti hati Indah dengan kata-katanya.     

"Ibu …" Lisa mengejar ibunya sambil menangis, tetapi seorang polisi langsung menghentikannya.     

"Mengapa kamu menangis? Ibu masih belum mati. Kalau bukan karena kamu, apakah kamu pikir ibu akan menjadi seperti ini? Kamu kabur dengan pria berengsek itu sehingga aku harus setuju Jonathan kembali ke rumah. Setelah Jonathan kembali, Keluarga Srijaya menjadi seperti ini. Sekarang, kamu masih berani menangis. Jangan menangis dan cepat carikan pengacara untukku," teriak Fany dengan marah pada putrinya.     

Fany hanya bisa menangis saat melihat ibunya diseret oleh para polisi tersebut.     

Jonathan menghampirinya dan menepuk pundak Lisa. "Lisa, selama kakak ada di sini, Keluarga Srijaya tetap akan menjadi rumahmu. Tidak ada yang berniat untuk melakukan ini kepada ibumu. Tetapi ibumu …" Jonathan menghela napas panjang. Apa yang bisa ia katakan pada Lisa?     

Bahwa semua ini adalah salah ibunya?     

"Lisa, tolong jangan salahkan bibi," Indah menghela napas panjang dan memegang tangan keponakannya itu dengan lembut.     

"Bibi, mengapa keluarga kita menjadi kacau seperti ini? Mengapa?" Lisa menangis dengan sdih.     

"Tidak ada yang ingin keluarganya menjadi kacau seperti ini. Aku harap kamu dan kakakmu bisa hidup dengan rukun," Indah memeluk Jonathan dan Lisa secara bersamaan. "Bibi sudah tua dan tidak bisa selalu melindungi kalian. Aku harap kalian bisa saling melindungi satu sama lain dan tidak mengecewakanku lagi."     

"Bagaimana keadaan Bibi Diana sekarang? Apakah aku bisa mengunjunginya di rumah sakit?" tanya Jonathan dengan cemas.     

"Diana masih berada di ICU dan kondisinya masih kritis. Tidak ada yang melarangmu untuk mengunjunginya. Apa yang Fany lakukan tidak ada hubungannya denganmu. Kamu tidak bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya walaupun Fany juga anggota Keluarga Srijaya," kata Indah dengan tenang.     

"Bibi, bolehkah aku mengunjunginya juga? Aku baru mendengar bahwa Anya adalah sepupuku dan Bibi Diana yang merawatnya sejak kecil. Ia sudah menyelamatkan sepupuku, tetapi ibuku malah mencelakainya. Aku ingin …"     

"Lisa, biar kakak saja yang pergi ke sana terlebih dahulu. Kalau kondisinya sudah lebih membaik, aku akan mengajakmu ke sana," kata Jonathan pada adiknya.     

"Bibi tahu kalian semua anak baik. Kamu tidak bertanggung jawab atas apa yang ibumu lakukan, Lisa," Indah mengelus kepala Lisa dengan lembut.     

Lisa mengangguk. Bekas air mata masih terlihat di wajahnya. "Bibi, maaf. Ini semua salahku. Sejak aku pergi, aku sama sekali tidak membantu keluarga ini. Ibu ingin menyelamatkan ayah sehingga melakukan hal-hal yang ekstrem seperti ini. Seandainya saja aku pulang lebih awal dan menanyakan kondisi ibu …"     

"Ini bukan salahmu. Siapa yang menyangka ibumu akan melakukan hal ini. Kami akan pergi ke rumah sakit dulu, kamu pulanglah."     

Indah melihat ke rumah tempat ia tumbuh sejak kecil.     

Rumah ini menyimpan sangat banyak kenangan kecilnya, tetapi kenangan itu sebagian besar adalah kenangan yang menyakitkan.     

Hari ini, ia kembali ke rumah ini sambil membawa polisi untuk menangkap kakak iparnya sendiri.     

Kalau ayahnya masih hidup, apakah ayahnya juga akan menyalahkannya karena tidak membantu Toni dan malah menjebloskan istrinya ke dalam penjara?     

'Ayah, aku sudah berusaha yang terbaik untuk menjaga keluarga ini. Tetapi ini sudah waktunya bagiku untuk menjaga keluargaku sendiri,' bisik Indah dalam hati.     

Saat Indah dan Jonathan tiba di rumah sakit, kondisi Diana sudah membaik. Dokter menyarankan agar Diana tinggal di ICU satu malam lagi untuk memantau kondisinya lebih lanjut. Kalau kondisinya sudah membaik, ia bisa dipindahkan ke kamar biasa.     

Selain itu, karena usianya yang sudah cukup tua, mungkin ia tidak akan bisa pulih secepat anak-anak muda.     

Jonathan langsung menghampiri Anya dan berkata, "Maafkan aku. Karena terlalu sibuk akhir-akhir ini, aku tidak memperhatikan keluargaku. Aku tidak menyangka …"     

"Aku tidak menyalahkan kamu. Aku hanya berharap ibuku segera sadar," Anya bersandar di pundak Aiden. Ia terlihat sangat lelah.     

Energinya sudah terkuras habis karena terus menangis dan hatinya pun juga lelah karena ketakutan setengah mati.     

Tetapi setidaknya, kondisi ibunya sekarang sudah stabil. Setidaknya ia bisa bernapas lega.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.