Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pengakuan



Pengakuan

0"Ibu, ini Anya. Apa yang terjadi pada ibu?" tangis Anya pecah saat ia memandang ibunya dari luar jendela kaca itu. Ia tidak bisa mendekat, hanya bisa memandangnya dari jauh.     

Anya menggedor kaca tersebut, seolah berusaha untuk membangunkan ibunya.     

"Anya, ibumu akan sedih kalau kamu seperti ini," Indah menghampiri Anya dan memeluknya untuk menenangkannya.     

Anya menangis sejadi-jadinya. Ia tidak menyangka akan melihat ibunya dalam kondisi seperti ini lagi. Ia merasa bahwa hidup ibunya selama ini sudah sangat berat dan sekarang ibunya sudah bisa hidup dengan bahagia hingga akhir hayatnya nanti.     

Tetapi nyatanya, Diana kembali berbaring di ranjang rumah sakit yang dingin ini.     

"Maafkan aku. Ini semua salahku. Aku tidak bisa menjaga ibu dengan baik," kata Aiden, menyalahkan dirinya sendiri.     

"Apa yang sebenarnya terjadi? Ibu baik-baik saja kemarin. Kenapa sekarang jadi seperti ini?" mata Anya memerah, bukan karena air mata, tetapi karena kemarahan.     

Ia memukul dada Aiden dengan keras berulang kali, merasa kesal karena Aiden berusaha menyembunyikan kondisi Diana darinya.     

Ia adalah anaknya! Ia berhak tahu kalau sesuatu terjadi pada ibunya!     

"Kemarin malam, ada orang yang menerobos rumah Bibi Diana dan berniat menculiknya. Saat melawan orang-orang itu, ia terjatuh dari lantai dua. Ia mengalami patah tulang di beberapa tempat dan kepalanya terbentur," Raka langsung menjelaskan apa yang terjadi pada Anya.     

Anya kembali menangis mendengarnya. "Seharusnya aku tidak membiarkan ibu tinggal sendiri. Seharusnya aku memaksanya untuk tinggal bersamaku. Ini semua salahku. Karena terlalu memikirkan anak-anak, aku melupakan ibu," Anya menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.     

Semakin dipikir lagi, ia semakin menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa bahwa ia tidak bisa menjadi anak yang berbakti. Selama ini, Diana sudah susah payah membesarkannya, tetapi Anya bahkan tidak bisa melindungi ibunya.     

Ia benar-benar anak yang tidak berguna.     

Aiden mengatur dua pengawalnya untuk menjaga rumah Diana. Dua pengawal itu bergantian untuk berjaga di malam hari. Tetapi tidak ada yang menyangka ada seseorang yang berniat jahat dan ingin menculik Diana.     

Rumah Diana terletak di tengah kebun dan taman. Luasnya cukup besar dan terdapat banyak pohon serta bunga, sehingga cukup sulit untuk mengawasinya.     

Aiden juga menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu lalai dalam menjaga Diana. Seharusnya ia menempatkan lebih banyak orang di sana. Tetapi ia lebih memprioritaskan para pengawalnya untuk menjaga Anya dan anak-anak mereka, tidak mengira akan ada yang terjadi pada Diana.     

"Anya dan anak-anak sedang tidak berada di kota sehingga mereka tidak bisa menyerang kalian. Pada akhirnya, mereka memilih untuk menyerang orang-orang terdekat. Kemarin juga ada orang yang mengikuti kami," kata Galih.     

Anya mengangkat kepalanya dengan terkejut dan langsung menghampiri ibunya. "Apakah ayah dan ibu baik-baik saja?"     

"Kami baik-baik saja. Supir kami langsung tahu ada orang yang mengikuti dan menyuruh pengawal kami untuk mengurus orang tersebut. Aku sudah mengingatkan Diana untuk tinggal di rumahmu sementara ini. Tetapi ibumu tidak mau karena ia ingin mengurus tamannya. Tidak disangka sesuatu benar-benar terjadi," Indah merasa menyesal tidak memaksa Diana lebih keras. Kalau saja ia memaksa Diana untuk pindah ke rumah Aiden …     

"Siapa yang melakukannya? Siapa yang begitu membenciku hingga seperti ini?" Anya menangis tersedu-sedu.     

Galih menatap ke arah Aiden dan bertanya. "Aiden, ini tidak seperti kamu yang biasanya. Mengapa kamu butuh waktu lama sekali untuk menemukan siapa yang melakukan semua ini?"     

Aiden tidak menjawab. Ia terdiam sambil memandang ke arah Indah.     

Bukannya ia tidak tahu siapa yang melakukannya, tetapi ia tidak bisa memberitahunya pada Galih dan Indah. Bagaimana pun juga, Keluarga Srijaya adalah keluarga Indah. Aiden peduli pada Indah karena Indah adalah ibu kandung Anya.     

Indah menyadari arti tatapan itu dan langsung merasa sangat marah. "Siapa yang melakukannya? Kakakku atau istrinya? Jonathan tidak mungkin melakukan ini. Pasti Fany yang melakukannya. Aku akan menemuinya sekarang juga!"     

Galih langsung menahan istrinya yang penuh dengan emosi itu. "Indah, tenanglah!"     

"Bagaimana aku bisa tenang? Diana sedang berbaring di rumah sakit dan semua ini karena salahku. Fany berulang kali ingin bertemu denganku, tetapi aku selalu menolaknya. Pasti dia yang ingin mencelakai Anya, pasti wanita itu yang melukai Diana seperti ini!" meski lemah lembut, Indah adalah wanita yang sangat peka. Ia cukup cerdas untuk memahami jalan pikir orang-orang di sekitarnya, terutama keluarganya yang sudah ia kenal sejak lama.     

Ia tahu apa yang diinginkan oleh Fany.     

"Apakah benar Fany Srijaya yang melukai ibuku?" Anya memandang ke arah Aiden, mencengkeram baju Aiden dengan erat di tangannya. "Katakan padaku, apa benar dia?"     

"Sejauh ini, dari semua informasi yang aku dapatkan, benar dia yang melakukannya," jawab Aiden.     

"Telepon polisi. Suruh polisi menangkap wanita itu sekarang juga! Ibuku terluka karenanya!" teriak Anya dengan histeris.     

Aiden memegang tangan Anya dan berusaha untuk menahannya, khawatir Anya akan terluka karena terlalu emosi.     

"Anya, biar ibu yang mengurus semua ini," Indah mengelus punggung Anya, berusaha untuk menenangkannya. "Kamu tetaplah di sini, menemani ibumu. Biar aku yang mengurusnya."     

Anya menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Bagaimana ibu bisa mengurusnya? Wanita itu adalah saudara ibu."     

"Anya, percaya pada ibu dan ayah. Meski bibimu sendiri yang melakukan ini, kami tidak akan mengampuninya begitu saja," Galih membantu Indah untuk meyakinkan Anya. Ia tidak mau kehilangan kepercayaan putrinya yang baru saja ia temukan.     

Di dunia ini, tidak ada yang boleh menyakiti hati putrinya. Tidak peduli meski orang itu berhubungan darah dengannya sekali pun, Galih dan Indah akan menghukum mereka!     

Indah menyentuh lengan Galih dan memintanya untuk berhenti berbicara. Ia ingin menjelaskan sendiri pada Anya. "Anya, ibu juga tidak mau sesuatu terjadi pada ibumu seperti ini. Aku sangat bersyukur padanya karena telah membesarkan kamu hingga saat ini. Bagiku, ia adalah seorang penyelamat karena telah menemukan putriku yang hilang dan membesarkannya menjadi seorang anak yang baik. Aku berhutang banyak pada ibumu. Seumur hidupku pun aku tidak akan bisa membayarnya. Aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun melukai Diana, meskipun orang itu adalah keluargaku sendiri. Percaya pada ibu ya, Sayang. Ibu akan mengurus semuanya," kata Indah, membujuk putrinya itu dengan lembut.     

Anya mengangguk dan memeluk ibunya, menangis tersedu-sedu. Ia benar-benar berharap ayah dan ibunya bisa menyelesaikan masalah dengan Keluarga Srijaya ini.     

Aiden memberikan informasi tambahan kepada Galih dan juga sebuah video. Video itu berisi pengakuan seorang pria, pria yang tidak Galih kenal.     

Wajah Galih semakin muram saat menyaksikan video tersebut, mengetahui rahasia terpendam yang selama ini tidak pernah terbongkar.     

Pria itu adalah salah seorang petugas panti asuhan, tempat bayi-bayi perempuan yang diculik dititipkan. Ia mengakui bahwa ia melihat Fany Srijaya menyebabkan kebakaran terjadi di panti asuhan tersebut.     

Saat itu, ia bimbang antara menyelamatkan dirinya atau menolong anak-anak itu. Tetapi keegoisannya membuatnya memutuskan untuk melarikan diri.     

Kebakaran itu melalap seluruh panti asuhan dengan cepat, membunuh semua bayi perempuan yang ada di sana.     

Selama bertahun-tahun, ia menyesali tindakannya sebagai seorang pecundang. Ia benar-benar menyesal karena telah melarikan diri dari tempat itu, tanpa melakukan apa pun. Kalau saja saat itu ia masuk ke dalam, mungkin ia bisa menyelamatkan setidaknya satu atau dua anak.     

Setidaknya, tidak semua anak-anak yang tidak berdosa itu mati.     

Ia hidup dalam penyesalan atas kebodohan dan keegoisannya itu. Setiap ia kembali ke panti asuhan itu, ia melihat wanita gila yang mencari putrinya. Wanita gila itu membuat rasa bersalah dan penyesalannya semakin mendalam.     

Tidak hanya bayi-bayi perempuan itu saja yang menjadi korban dari keegoisannya, tetapi juga orang tua mereka semua.     

Beberapa saat yang lalu, ia mengetahui bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi. Penyakitnya terus menggerogoti tubuhnya dan umurnya sudah tidak panjang lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk memberitahu kejadian yang sebenarnya, berharap dengan mengakui semuanya ia bisa membuat hatinya sedikit lebih lega.     

Ia berharap setelah menceritakan semuanya, ia bisa mati dengan tenang.     

Tangan Galih gemetaran saat melihat video itu, mencengkeram ponselnya dengan erat. Ia merasa sangat marah. Sangat, sangat marah!     

"Saat itu, kakak dan istrinya tidak pernah lelah, berusaha membantuku untuk menemukan Anya. Aku pikir, mereka benar-benar membantuku dengan tulus agar aku bisa menemukan anakku. Tetapi lihat apa yang mereka lakukan! Mereka malah ingin membunuh Anya!" Indah terlihat sangat geram setelah mengetahui apa yang kakaknya sendiri lakukan kepadanya.     

Galih hanya bisa menggeram dengan marah. Tidak ada satu kata pun yang bisa menggambarkan betapa murkanya ia saat ini.     

Mata Indah memerah karena marah, sedih dan juga murka. Selama bertahun-tahun, ia pikir keluarganya membantunya untuk menemukan anaknya. Ia tahu untuk mencari putrinya itu membutuhkan uang dan tenaga sehingga ia merasa bersyukur ada kakaknya yang selalu membantunya.     

Tetapi ia tidak menyangka bahwa kakaknya itu berusaha untuk mencari Anya hanya karena ingin membunuhnya!     

Kalau saja saat itu nenek Anya tidak menemukan Anya …     

Kalau saja saat itu nenek Anya tidak bersikap egois dan memutuskan untuk memberikan Anya ke panti asuhan …     

Mungkin Anya tidak akan bisa hidup hingga saat ini…     

Indah menggertakkan giginya dengan marah dan berkata, "Ini saatnya mereka membayar semua perbuatan mereka. Ini saatnya aku menyelesaikan semuanya. Aku akan segera kembali."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.