Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kebakaran



Kebakaran

0Saat listrik di rumah sakit itu mati, pengawal Aiden yang berjaga di bagian pediatri langsung menghubungi ponsel Aiden. Namun, karena Aiden sedang terjebak di dalam lift dan tidak bisa mendapatkan sinyal, panggilan itu tidak tersambung.     

Staf rumah sakit langsung memeriksa setiap lift di dalam gedung tersebut, khawatir akan ada orang yang terjebak. Begitu tahu bahwa Aiden terkurung di dalam, mereka langsung memanggilkan petugas untuk membantu mengeluarkan Aiden dari sana.     

Seorang staf rumah sakit bagian pemeliharaan langsung menghadap kepada Aiden. "Tuan, penyebab matinya listrik di rumah sakit telah ditemukan. Terjadi konslet di ruang mesin dan terjadi kebakaran kecil. Genset cadangan juga rusak. Saat ini, kami hanya bisa memberikan daya pada area-area yang penting terlebih dahulu. Saya sudah melaporkan masalah ini dan kami akan segera menangani masalah ini."     

Aiden menarik kerah baju pria itu dengan kasar, "Bagaimana dengan daya untuk inkubator di area pediatri?"     

"Daerah pediatri juga mendapatkan suplai daya darurat. Tetapi daya cadangan itu tidak akan bisa bertahan hingga besok pagi," suara pria tersebut semakin lama terdengar semakin pelan.     

Aiden langsung mendorong pria itu, tidak peduli meski pria itu terjungkal sekalipun.     

Ia langsung menuju ke arah tangga darurat dan berlari melalui tangga.     

Bagaimana dengan anak-anaknya kalau listriknya tidak segera menyala?     

Anya sedang berada di kamar VVIP sekarang. Meski listriknya mati sekali pun, area VVIP tidak akan sepenuhnya mati. Jadi, saat ini Anya tidak tahu bahwa keadaan Aiden sangat kacau.     

Di gedung tersebut juga ada beberapa lampu darurat yang tetap menyala meski tidak ada pasokan listrik agar tidak membuat pasien di rumah sakit itu menjadi pank.     

Aiden tidak pernah merasa sepanik ini sebelumnya.     

Ia melintasi tangga darurat itu seperti orang gila. Tangannya sedang sibuk memegang ponselnya, menelepon sambil berlari.     

Setelah tiba di lantai tiga, Aiden baru bisa menghela napas lega saat melihat kedua anaknya sedang tertidur dengan lelap di dalam inkubator. Matanya memerah karena begitu paniknya.     

Tetapi ketika melihat Arka dan Aksa baik-baik saja, kemarahannya langsung menguap.     

"Tuan, kami selalu berjaga di sini. Anak-anak baik-baik saja," kata seorang dokter. "Tetapi kalau listriknya tidak segera menyala, saya khawatir …"     

Aiden melangkah mundur dengan hati-hati dan tanpa mengeluarkan suara. Ia tidak ingin membangunkan kedua putranya.     

"Aku akan segera mengurus masalah ini. Tolong jaga anak-anak ini sebelum listriknya kembali menyala," kata Aiden.     

"Baik, Tuan," jawab dokter tersebut.     

Karena kejadian ini, jumlah pengawal Aiden yang berjaga di area pediatri langsung bertambah dua kali lipat.     

Aiden juga langsung menghubungi orang-orang, menggunakan koneksinya agar listrik di rumah sakit itu bisa kembali dipulihkan. Bahkan Aiden turun tangan sendiri dan memeriksanya secara langsung.     

Karena kegagalan listrik di rumah sakit ini juga menyangkut nyawa banyak orang, pemerintah juga langsung mengerahkan bantuan dengan cepat.     

Hari sudah menjelang subuh saat Aiden berdiri di depan pintu rumah sakit. Tetapi saat melihat rumah sakit itu disinari dengan cahaya yang terang, Aiden merasa sangat lega.     

Hari itu, ia tidak hanya menyelamatkan anak-anaknya, tetapi juga menyelamatkan semua anak lain yang berada di inkubator dan juga para pasien yang berada di ICU.     

Anya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi hari itu.     

Aiden mengirimkan foto anak mereka yang baik-baik saja, sedang tertidur dengan manis di dalam inkubator. Begitu melihat foto itu dan mengetahui bahwa anak-anaknya baik-baik saja, Anya tertidur karena kelelahan.     

Seharian ini, ia benar-benar lelah dan kesakitan. Tetapi ia tidak bisa tidur dengan tenang karena mimpinya.     

Untung saja, kedua putranya baik-baik saja. Sehingga sebelum Aiden kembali ke kamarnya, ia sudah tertidur.     

…     

Keesokan paginya, Anya baru tahu apa yang terjadi semalam. Aiden menceritakan kejadian semalam setelah Anya bangun.     

"Memang benar, ibu dan anak-anaknya akan selalu terhubung," kata Indah.     

"Kemarin tiba-tiba aku mendengar mereka menangis di mimpiku sehingga aku meminta tolong Aiden untuk memeriksa kondisi mereka. Aku tidak menyangka bahwa benar ada sesuatu yang terjadi," kata Anya.     

Galih memandang ke arah Aiden. "Apakah kamu sudah memeriksanya? Apa yang terjadi sampai listriknya bisa mati?"     

"Ada seseorang yang sengaja melakukannya. Ia menerima uang dalam jumlah besar untuk menghancurkan ruang mesin di rumah sakit. Tetapi aku masih belum menemukan siapa orang di balik semua ini," wajah Aiden terlihat mendung, merasa kesal karena tidak bisa menemukan pelakunya.     

"Bukankah Mona sudah tertangkap? Apakah semua rencana ini sudah diatur sebelum ia tertangkap?" Galih menggeram dengan marah. "Mengapa Deny harus memberikan uang sebanyak itu pada Mona?"     

"Kondisi kesehatannya tidak baik. Keberadaan Mona membuat kondisinya semakin buruk sehingga akhirnya ia mengusirnya dengan menggunakan uang itu. Aku sudah menyuruh orang-orangku untuk mengawasi Mona, tetapi Mona terlalu cerdik. Ia memalsukan identitasnya dan bekerja di rumah sakit ini. Tetapi, ia sudah menghabiskan semua uangnya dan tidak bisa membayar orang untuk melakukan ini. Aku rasa, ada orang lain yang merencanakan semua ini," kata Aiden.     

"Tujuan orang itu sangat jelas. Mereka tahu bahwa anak-anakmu sedang berada di inkubator dan mereka ingin …"     

Indah langsung menyenggol suaminya dengan pelan, menghentikan Galih agar tidak melanjutkan kata-katanya di hadapan Anya.     

"Natali sudah mati, Mona sudah ditangkap, Keara sedang berada di dalam penjara dan masa kurungan Toni belum berakhir. Bukan mereka yang melakukan ini. Aiden, apakah kamu ada masalah dengan orang lain yang tidak aku tahu?" tanya Anya sambil memandang suaminya.     

Aiden memandang ke arah Galih, tetapi ia tidak menjawab. Galih hanya bisa menghela napas panjang saat melihat tatapan itu.     

Sebagai seorang pebisnis, ia bisa memahami apa yang Aiden rasakan saat ini. Di dunia bisnis, ada banyak orang yang bersaing, baik dengan cara yang sehat atau pun dengan cara kotor. "Sebagai seorang pebisnis, semua orang akan selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkanmu. Beberapa orang bahkan tidak ragu untuk menggunakan cara yang tidak etis. Sebaiknya kita berhati-hati."     

Aiden tidak bisa menjawab pertanyaan Anya itu karena ia sendiri juga tidak tahu ada berapa banyak orang yang bermasalah dengannya, terutama dalam urusan bisnis. Mungkin kedua tangannya saja sudah tidak cukup untuk menghitungnya.     

Untung saja Aiden sudah mempersiapkan segalanya lebih awal. Ia sudah memperhitungkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Dan ia juga dengan sigap turun tangan saat sesuatu terjadi. Dengan begitu, kejadian kemarin tidak terlalu berdampak, terutama pada anak-anak mereka.     

"Bukankah rumah sakit ini di bawah Atmajaya Group? Demi keselamatan kedua cucuku, aku menyarankan agar kamu memindahkan Arka dan Aksa," Galih juga merasa tidak tenang kalau kedua cucunya dan Anya tetap berada di rumah sakit ini. Tempat itu terlalu berbahaya.     

Kalau Anya sudah bisa keluar dari rumah sakit tetapi Arka dan Aksa masih harus dirawat, mereka tidak akan bisa menjaga kedua putra mereka itu secara langsung. Bagaimana kalau sampai ada sesuatu yang terjadi?     

Ditambah lagi, mereka masih belum tahu siapa dalang di balik semua ini. kalau orang itu tahu bahwa anak-anak Aiden dan Anya masih berada di rumah sakit ini, mungkin mereka akan kembali untuk mencelakainya.     

Aiden berpikir sejenak dan kemudian mengatakan. "Aku akan mengurus pemindahannya. Aku akan membawa Arka dan Aksa ke pulauku sehari sebelum Anya keluar dari rumah sakit."     

"Mungkin itu adalah pilihan yang terbaik. Selain itu, sebentar lagi akan musim penghujan. Cuacanya akan dingin. Tidak baik untuk Anya dan anak-anak," Indah menyetujuinya.     

"Kamu atur sesegera mungkin. kalau kamu butuh bantuan, katakan saja padaku," kata Galih.     

"Setelah Anya dan anak-anaknya keluar dari rumah sakit, aku ingin meminta tolong pada ayah dan ibu untuk tetap datang ke rumah sakit. Setidaknya selama seminggu," kata Aiden.     

Indah memahami maksud Aiden.     

Aiden ingin mereka tetap berkeliaran di sekitar rumah sakit untuk mengecoh siapa pun yang hendak menyakiti kedua anaknya. Dengan begitu, orang tersebut tidak akan tahu bahwa Anya, Arka dan Aksa sebenarnya sudah tidak berada di sana.     

"Tidak masalah. Kami akan membantumu," kata Indah.     

…     

Satu minggu kemudian, Anya bisa pulang dari rumah sakit.     

Hari itu, ia tidak langsung pulang ke rumahnya. Tetapi ia langsung pergi menuju ke pulau dengan menggunakan helikopter, untuk bertemu dengan anak-anaknya di sana.     

Tara berpura-pura menjadi Anya, masuk ke dalam mobil Aiden dan kembali ke rumahnya sehingga tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa sebenarnya Anya sudah tidak berada di kota tersebut.     

Semenjak hari itu, Anya sama sekali tidak pernah terlihat, di Iris sekali pun. Orang-orang yang tidak tahu kondisinya berpikir bahwa Anya sedang sibuk mengurus anak-anaknya di rumah.     

Memang benar Anya sedang bersama dengan anak-anaknya, tetapi bukan di rumah, melainkan di sebuah pulau yang hangat dan jauh dari kota.     

Sementara itu, Indah dan Galih masih rajin datang ke rumah sakit untuk mengunjungi cucu mereka. Sama halnya dengan Diana yang datang beberapa hari sekali.     

Di hari ketiga setelah Anya keluar dari rumah sakit, kebakaran terjadi di area pediatri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.