Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Petugas Kebersihan



Petugas Kebersihan

0"Anya, matilah kau!" teriaknya.     

Indah benar-benar terkejut saat melihatnya dan tidak bisa bereaksi apa-apa saat mendengar teriakan itu. Sementara itu, Diana jauh lebih gesit dari Indah dan langsung memeluk pinggang wanita paruh baya itu erat-erat.     

Ia tidak memedulikan bahaya yang mungkin akan terjadi. Satu-satunya yang ia pedulikan adalah untuk melindungi putrinya.     

Melihat Diana berhati menahan wanita itu, Indah berniat untuk mengambil pisau dari tangan wanita yang berbahaya itu.     

Anya sedang berbaring di tempat tidur dengan mata terpejam. Saat mendengar suara teriakan, ia terbangun dan melihat cahaya yang terang. Cahaya itu berasal dari pantulan pisau yang dipegang oleh wanita paruh baya tersebut.     

"Bu Mona?" Anya langsung mengenali wanita itu.     

Mona merasa panik karena Anya bisa mengenalinya. Ia mengayunkan pisaunya dengan paksa. Pada saat yang bersamaan, Indah langsung menangkap pisau itu dengan tangan kosongnya.     

Pisau itu melukai telapak tangannya, membuat darah mengalir dan membasahi lantai.     

"Anya, kamu wanita jahat. Kamu harus mati!" Mona terus mengumpat dan mengayunkan pisaunya, tetapi pengawal Aiden yang mendengar teriakan itu dari luar langsung begegas masuk.     

Para pengawal itu menahan Mona di lantai sehingga Mona bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya. Tetapi meski demikian, ia masih terus mengumpat ke arah Anya. "Anya, dasar wanita berengsek. Mengapa kamu tidak mati?"     

"Tutup mulutnya dan keluarkan dia dari sini!" teriak Anya dengan marah.     

Pengawal itu langsung menutup mulut Mona dan menyeretnya keluar.     

"Indah, tanganmu …" Diana langsung menghampiri Indah dan memeriksa luka di tangannya. Telapak tangan Indah sudah bersimbah darah.     

Indah menggelengkan kepalanya dan menyembunyikan tangan itu di baling punggungnya. "Ini hanya luka kecil."     

Anya baru saja selesai operasi sehingga ia hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Ia tidak bisa bangkit dan melihat bagaimana kondisi ibunya.     

"Ibu, tolong temani ibu untuk mengobati lukanya. Ada pengawal Aiden di sini, aku baik-baik saja," katanya pada Diana.     

Indah langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak usah. Asistenku ada di luar. Ia bisa membantuku untuk mengobati luka ini."     

Diana tidak berani meninggalkan Anya sendirian, sehingga ia menelepon Aiden terlebih dahulu.     

Saat mendengar bahwa istrinya terluka, Galih langsung bergegas kembali ke kamar.     

Aiden juga bergegas kembali ke kamar Anya dengan panik, khawatir sesuatu terjadi pada istrinya. Saat ia kembali, kondisinya sudah kembali aman. Darah yang berceceran di lantai pun sudah dibersihkan.     

"Apa guna kalian?" teriak Aiden dengan penuh kemarahan. Ia menendang salah satu kaki pengawal tersebut. Kedua pengawal itu bertubuh besar, tetapi menghadapi tendangan Aiden, mereka tidak berani berbuat apa-apa.     

"Aiden ..." Anya tahu bahwa Aiden sangat marah.     

Aiden sangat marah, terutama pada para pengawalnya. Tetapi siapa yang tahu bahwa petugas kebersihan di rumah sakit itu menyembunyikan pisau di balik tubuhnya untuk melukai Anya. Mustahil bagi para pengawal itu untuk mengetahuinya.     

Mendengar suara Anya yang lemah, Aiden langsung masuk ke dalam kamar dan memegang tangan Anya dengan erat. "Bagaimana keadaanmu?"     

"Jangan begitu. Aku baik-baik saja," kata Anya dengan suara pelan.     

"Mengapa Mona bisa sampai masuk ke dalam sini?" Diana juga merasa sangat marah.     

Untung saja di sana ada dia dan Indah. Kalau Anya sedang sendirian, Anya sudah pasti terluka!     

"Panggil kepala rumah sakit ini!" kata Aiden dengan wajah yang murka.     

Ia pikir, Anya pasti akan baik-baik saja selama dirawat di rumah sakit yang merupakan milik Atmajaya Group. Tetapi ia tidak menyangka bahwa di rumah sakit yang ia kuasai sekali pun, Anya hampir terluka, bahkan di kamarnya sendiri.     

Kepala rumah sakit itu sangat terkejut saat mengetahui bahwa petugas kebersihan kamar VVIP hampir saja membunuh pasien yang paling penting di rumah sakit ini. orang yang hampir saja terluka adalah Anya, istri dari Aiden Atmajaya yang merupakan pemilik rumah sakit ini!     

"Tuan, saya minta maaf. Wanita itu sudah bekerja di rumah sakit ini selama beberapa bulan. Ia dekat dengan semua staf di sini. Aku tidak menyangka wanita itu akan melukai Nona Anya. Seharusnya ia tidak bekerja di area VVIP. Tetapi ia memberikan sejumlah uang pada petugas kebersihan yang bertanggung jawab di area VVIP agar mau bertukar shift dengannya. Ini semua kesalahan pihak rumah sakit. Maafkan kami!" kepala rumah sakit itu membungkuk dalam-dalam.     

Tidak hanya kepala rumah sakit, tetapi beberapa dokter dan sekelompok perawat juga melakukan hal yang sama.     

Wajah Aiden tetap muram dan ia tidak mengatakan apa pun. Semua orang itu tidak berani mengangkat kepalanya karena Aiden tidak bereaksi sedikit pun.     

Anya merasa di ruangan itu terlalu banyak orang. Ia berkata dengan suara lemah. "Aiden, aku ingin istirahat. Aku lelah."     

"Keluarlah dari sini!" teriak Aiden. Kepala rumah sakit itu, beserta para dokter dan para perawat langsung keluar dari ruangan agar Anya bisa beristirahat.     

Ruangan itu kembali sunyi setelah semua orang itu pergi.     

"Aiden, aku baik-baik saja di sini. Cepat lihat anak-anak. Aku khawatir pada mereka," kata Anya dengan cemas. Ia khawatir seseorang berencana untuk menyakiti anak-anaknya.     

"Ayah dan Kak Maria sedang menjaga mereka. Semuanya baik-baik saja," kata Aiden.     

Tetapi Anya menggelengkan kepalanya. "Aiden, aku berada di kamar bersama dengan dua pengawal dan dua ibuku, tetapi seseorang masih berhasil masuk dan mencoba menyakitiku. Sejak keluar dari penjara, Mona sudah menyamar menjadi petugas kebersihan di rumah sakit ini. Aku khawatir anak-anak sedang dalam bahaya."     

Setelah mendengar kata-kata Anya, Aiden langsung meminta pada ayahnya bahwa orang-orang yang bisa menjaga anak-anak mereka hanyalah orang-orang kepercayaan mereka. Selain itu, mereka juga harus melewati pemeriksaan untuk memastikan keselamatan kedua anaknya.     

Anya merasa bahwa mungkin memang ia sedikit berlebihan. Tetapi ia tidak mau mengambil resiko dan membahayakan keselamatan anaknya.     

"Jangan khawatir, anak-anak baik-baik saja. Mereka harus berada di inkubator untuk sementara. Setelah kembali normal, kita bisa pulang bersama-sama," kata Aiden.     

Anya mengangguk. Ia benar-benar lelah tetapi tidak bisa tidur dengan tenang. Ia khawatir pada ibunya. "Tangan ibu terluka karena ia tersayat pisau Bu Mona. Ibu menyembunyikan lukanya dariku. Aku tidak tahu apa yang terjadi."     

"Aiden, kamu temani Anya. Biar ibu yang melihat keadaan Indah," Diana mengambil inisiatif untuk mencari tahu kondisi Indah.     

Pada saat itu, Indah, ditemani oleh Galih, sedang berada di ruang dokter. Luka di tangannya itu sangat dalam dan harus segera dioperasi.     

Tadi, ia hanya tahu bahwa tangannya mengeluarkan banyak darah, tetapi ia tidak merasa sakit sama sekali. Saat itu, ia hanya takut putrinya terluka. Walaupun tangannya terasa sakit, rasa ketakutan akan kehilangan anaknya untuk kedua kali jauh lebih besar sehingga membuatnya mati rasa.     

Setelah semuanya berakhir, ia baru bisa merasakan betapa sakitnya luka di tangannya itu     

Ia adalah anak yang tidak diharapkan dari keluarganya. Dari kecil hingga dewasa, ia harus bersikap penuh toleransi. Tidak peduli betapa sulitnya hidupnya, ia harus menahan semuanya dalam diam.     

Tetapi kali ini, ia tidak bisa menahannya. Tangannya begitu sakit hingga rasanya ia ingin mati.     

"Suamiku, tanganku sangat sakit. Apakah aku tidak akan bisa menggunakannya lagi?" Indah menangis saat berusaha untuk menahan rasa sakit di tangannya.     

"Tidak, tanganmu baik-baik saja," Galih memeluknya dengan erat. "Indah, kamu sungguh pemberani. Kamu telah menyelamatkan putri kita."     

Ketika Diana tiba di sana, ia melihat Galih sedang memeluk Indah dengan erat. Saat melihat cinta mereka yang luar biasa, Diana tersenyum tipis.     

Kalau saja dulu ia tidak menikah dengan Deny dan menerima cinta dari Galih, mungkin ia bisa merasakan cinta semacam ini. Tetapi kalau begitu, ia akan menjadi ibu tiri dari Keara dan tidak akan ada Anya di dunia ini.     

Galih adalah pria baik yang pernah Diana lewatkan.     

Tetapi Diana merasa keputusannya sudah sangat tepat. Kalau disuruh untuk mengulang kembali, ia akan memilih jalan yang sama.     

Karena dengan begini, ia bisa menjadi ibu dari Anya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.