Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hadiah Besar



Hadiah Besar

0"Orang yang berniat menabrakmu … Aku sudah menemukannya," kata Raka.     

Della langsung menghampiri ke arah Raka. "Siapa yang ingin mencelakaiku? Apakah aku pernah tidak sengaja menyinggung seseorang?"     

"Dewi," jawab Raka.     

Della mengedipkan matanya berulang kali.     

Dewi? Dewi siapa yang berniat mencelakainya? Tidak mungkin kan kalau …     

"Mengapa ibuku ingin membunuhku? Ini tidak mungkin …" bisik Della.     

"Mungkin itu karena kamu tidak mau pulang ke rumah dan menikahi putranya. Atau mungkin karena alasan. Lebih baik kamu tinggal di rumah dan tidak kemana pun untuk sementara ini," Raka kembali melangkah maju, mencium aroma yang familier dari tubuh Della.     

Wajahnya langsung berubah saat menyadari aroma apa itu, "Apakah kamu memetik buah bergamot-ku?"     

Della tertegun mendengar pertanyaan itu. Ia melihat banyak pohon bergamot yang ditanam di pekarangan rumah Raka. Ia dengar dari Alin bahwa ini pertama kalinya buah bergamot itu tumbuh di tahun ini sehingga Della mengambil inisiatif untuk memetiknya, menggunakannya sebagai bahan salad untuk makan malam Raka.     

Tetapi ia tidak menyangka Raka akan semarah ini.     

"Tu-Tuan … Aku tidak tahu kalau buahnya tidak boleh diambil," kata Della dengan suara lemah.     

Di benak Raka, ia masih bisa mengingat ciuman pertamanya di bawah pohon bergamot itu. Kenangan masa lalunya yang indah itu penuh dengan ingatan tentang Anya.     

"Berapa banyak yang kamu ambil?" Raka langsung berbalik dan keluar menuju ke arah taman.     

Melihat beberapa buah masih ada di atas pohon itu, ia kembali tenang.     

Della langsung mengikuti Raka menuju ke arah taman. Ia tahu bahwa ia sedang berada dalam masalah besar, tetapi ia bisa lari ke mana pun.     

Ia hanya bisa menghadapinya.     

Ia berlari begitu cepat untuk menyusul Raka, tidak menyangka Raka tiba-tiba berhenti, membuatnya menabrak punggung Raka dengan keras.     

Tabrakan itu tidak berarti apa pun bagi Raka, ia tetap berdiri dengan tegak di tempatnya.     

Sementara itu, Della terhuyung ke belakang sambil memegangi hidungnya. "Maaf, maafkan aku …" Ia tidak melihat ada batu di belakangnya yang langsung menyandung kakinya.     

Raka dengan sigapnya langsung menangkap Della agar tidak terjatuh dan menangkapnya ke pelukannya.     

"Apakah ini caramu untuk melemparkan dirimu ke pelukan lelaki?" cibirnya.     

"Ak-aku tidak sengaja. Kamu yang memelukku," Della tergagap menjawabnya.     

Mendengar kata-kata Della, Raka kembali mencibir. "Jangan khawatir, tubuhmu yang kurus dan rata itu tidak akan bisa menarik perhatianku. Aku hanya menolongmu."     

Wajah Della memerah karena marah sekaligus malu. Apakah Raka harus sejahat ini kepadanya? Sampai menghina fisiknya?     

Setelah itu, Raka melepaskannya dan kembali ke meja makan.     

Makan malam sudah tersaji di atas meja dan Raka hanya makan dalam diam.     

Di atas meja, ada empat macam masakan dan sebuah sup. Dua masakan adalah buatan Alin dan dua yang lain adalah buatan Della.     

Semua masakan Della mengandung bergamot yang tadi ia petik dari taman.     

"Tuan, aku yang memasak dua masakan ini dan yang lainnya adalah buatan Alin. Apakah rasa bergamotnya terasa?" tanya Della dengan hati-hati.     

Raka tidak menjawab. Ia mengambil sendoknya untuk menyendok sup ."Tidak."     

"Tidak?" Della merasa tenggorokannya tercekat. "Kalau begitu, coba yang ini. Dulu di panti asuhan tempat aku tinggal juga ada pohon jeruk bergamot. Saat aku masih kecil, Bu Winda sering membuatkan masakan ini untukku. Rasanya sangat enak."     

Raka menuruti kata-kata Della dan mencicipi masakan itu. Memang benar rasanya enak dan menyegarkan karena ada bergamot di dalamnya.     

"Bu Winda sangat pandai memasak. Aku tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang," bisik Della. Ia ingin meminta pada Raka agar boleh bertemu dengan Winda, tetapi ia terlalu takut untuk memintanya.     

"Apakah kamu ingin bertemu dengan Bu Winda?" Raka langsung memahami niat Della.     

Tidak heran tiba-tiba saja Della memetik bergamot di tamannya. Ternyata ia melakukan hal itu karena teringat akan Winda, sosok ibu bagi Della.     

"Aku sudah mengatur operasi untuknya. Nanti aku akan membawamu untuk menemuinya. Tergantung bagaimana kerjamu setelah Alin pulang," kata Raka.     

Alin hanya bisa mengajari Della hingga akhir bulan. Setelah itu, ia akan kembali ke kampung halamannya dan menetap di sana bersama dengan keluarganya.     

Setelah makan malam, Raka kembali ke ruang kerjanya untuk mengurus pekerjaannya. Sementara itu, Della dan Alin makan malam bersama.     

"Kak, selain bipolar, obsessive-compulsive disorder, apakah Tuan juga moody? Suasana hatinya sepertinya mudah berubah dengan cepat," Della tahu bahwa Raka sangat marah saat tahu bahwa ia memetik bergamot di taman. Tetapi tidak tahu mengapa, beberapa saat kemudian, ia terlihat biasa saja seolah tidak ada yang terjadi.     

Sifat Raka benar-benar tidak bisa diprediksi.     

Della benar-benar khawatir. Setelah Alin pergi, apakah ia bisa mengurus Raka sendiri?     

"Tidak, Tuan sangat baik dan tidak moody," ketika melihat Raka berdiri di pintu dapur, Alin terkejut setengah mati. "Jangan salah paham padaku, Tuan."     

Punggung Della terasa kaku. Ia tidak berani menoleh ke belakang.     

Takdir sangat suka menggodanya. Mengapa ia harus bertanya di saat Raka mendengarkannya?"     

"Bipolar, obsessive-compulsive disorder, moody? Mengapa kamu tidak bertanya apakah aku gila atau tidak?" Raka membuka kulkas dan mengambil sebotol air minum.     

"Tuan, aku hanya bercanda. Agar bisa melayanimu dengan baik, aku bertanya pada Kak Alin mengenai apa yang kamu sukai dan tidak kamu sukai. Tidak ada alasan lain," Della tersenyum dengan canggung, berusaha menatap Raka dengan ceria.     

Tetapi Raka hanya mendengus mendengar jawabannya.     

Della benar-benar menyesal menanyakan hal itu.     

Apakah Raka tersinggung dengannya? Kalau Raka benar-benar tersinggung, ia tidak akan bisa menemui Winda ...     

Della memukul mulutnya dengan kesal. Mengapa mulut bodoh ini harus berbicara sembarangan?     

…     

Satu minggu kemudian, kasus Keara mulai disidangkan.     

Asisten dan pamannya telah mengkhianatinya, membongkar semua yang pernah ia lakukan. Memalsukan hasil tes DNA, melakukan percobaan pembunuhan dan lain sebagainya. Semua bukti sangat jelas dan akhirnya ia mendapatkan hukuman selama 10 tahun penjara.     

Setelah Mila menyerahkan diri, ia juga membongkar fakta bahwa Keara telah mencuri resep parfum Anya. Keara harus membayar biaya kompensasi pada Anya dalam jumlah besar dan juga harus membayar biaya rumah sakit semua pasien yang terkena alergi karena parfum buatannya.     

Keara's Perfume, brand yang susah payah ia bangun dari nol, harus tutup setelah ia masuk ke dalam penjara.     

Sesekali, Nadine akan memberitahu mengenai situasi Iris.     

Kondisi Iris sangat bagus, terutama setelah Keara's Perfume tutup. Ditambah lagi, Amore juga masih terpengaruh kasus Imel sehingga penjualannya cukup menurun.     

Sebagian besar pelanggan dari toko-toko tersebut, akhirnya berpindah ke Iris.     

Parfum yang menjadi parfum andalan Iris adalah parfum yang Anya buat saat kompetisi. Sekarang, parfum itu telah menjadi pemasukan utama dari Iris.     

Anya merasa sangat senang karena semuanya berjalan dengan lancar. Iris juga semakin berkembang dan ia mendapatkan banyak uang.     

"Kamu terlihat senang akhir-akhir ini. Apa yang membuatmu begitu gembira? Mengapa kamu tidak menceritakannya padaku?" tanya Aiden dengan sengaja. Padahal sebenarnya, ia sudah tahu.     

"Nadine bilang bahwa Iris semakin ramai. Apakah kamu masih akan memberiku komisi sesuai yang kamu janjikan sebelumnya?" Anya mengedipkan kedua matanya dengan polos. Kalau Aiden melupakan janji itu dan tidak mau memberinya uang, ia akan menangis sekeras-kerasnya.     

"Kapan aku tidak menepati janjiku? Tentu saja aku akan memberikannya. Semua uang yang kamu hasilkan adalah milikmu dan semua uang yang aku hasilkan juga milikmu," Aiden melihat ekspresi puas di wajah Anya dan merasa bahwa istri kecilnya ini benar-benar manis.     

"Aku bisa menggunakan uangku sendiri. Nico dan Nadine akan menikah. Aku ingin mempersiapkan hadiah yang besar untuk mereka. suatu saat nanti, Raka, Kak Ivan, dan Jonathan juga akan menikah. Aku ingin memberi mereka hadiah. Aku tidak akan membiarkanmu memberikan hadiah sendirian," Anya menghitung-hitung dengan menggunakan jarinya dan menyadari bahwa ia harus menyiapkan banyak uang.     

"Mengapa kamu ingin memberi mereka hadiah? Apakah mereka juga memberimu hadiah?" tanya Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.