Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Ingin Tahu



Ingin Tahu

0"Kamu tidak menyukainya? Tetapi kamu masih mau pergi ke bar itu dan menghajar semua orang yang menggodanya? Seorang pahlawan telah menyelamatkan putrinya, tetapi ia tidak menginginkan putri itu?" Nico sengaja menggoda Raka.     

"Aku membantunya karena itu yang seharusnya seorang pria lakukan, bukan karena perasaanku. Sekarang, aku tidak tahu bagaimana cara mengurusnya. Aku tidak bisa mengembalikannya pada keluarganya," Raka merasa sangat kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa.     

"Mengapa kamu harus mengembalikannya kepada keluarganya? Della bisa bekerja untukmu. Ia bisa membantumu memasak, membersihkan rumah …"     

Raka memandang ke arah Anya dan bingung bagaimana menjelaskannya. "Aku tidak memiliki hubungan dengannya seperti yang kamu pikirkan."     

"Tidak ada hubungan apa-apa? Kalian tinggal satu rumah selama ini, dan tidak ada yang terjadi?" tanya Nico sambil tersenyum.     

"Nico, cukup. Raka tidak seperti yang kamu bicarakan. Seharusnya kamu berterima kasih pada Raka. Ia sudah membantu untuk menjaga Della selama ini sehingga Nadine bisa mendapatkan tanah Keluarga Mawardi dan Harris bisa mendapatkan saham dengan sangat mudah. Sekarang, Dewi sudah bertindak. Kita tidak bisa membiarkan ia menyakiti Della. Bagaimana pun juga, Della adalah adik Harris," kata Anya.     

"Sementara ini, tolong jangan sering-sering datang ke rumah sakit ini secara langsung. Kalau ada yang kamu butuhkan, telepon saja aku. Aku tidak mau Anya kelelahan dan tekanan darahnya naik," kata Aiden.     

Anya memandang suaminya sambil tersenyum. "Aiden, aku baik-baik saja."     

"Baiklah kalau begitu. Anya beristirahatlah. Tidak perlu khawatir, aku akan menjaga Della," kata Raka.     

"Aku dan Nadine akan sering-sering mampir ke rumah ibumu dan membantunya. Kamu tidak perlu khawatir. Sekarang, kamu hanya perlu memikirkan dirimu dan anak-anakmu," kata Tara.     

Nico memandang ke sekelilingnya dengan bingung. "Apakah sekarang giliranku bicara? Apa yang bisa aku katakan untuk membuat bibi merasa lebih tenang?"     

"Kalau kamu bisa mengurus Atmajaya Group dengan lebih baik dan tidak mengganggu pamanmu, aku akan jauh lebih tenang," Anya tertawa.     

Nico menggaruk kepalanya dengan malu dan ikut tertawa. "Jangan khawatir, bibi. Paman Ivan membantuku untuk mengurus masalah perusahaan. Akhir-akhir ini, paman tidak sesibuk sebelumnya.     

"Terima kasih sudah mengunjungiku. Sekarang kalian pulanglah dan bekerjalah dengan keras. Kumpulkan uang yang banyak agar kalian bisa membelikan hadiah yang mahal untuk kedua anakku," canda Anya.     

Mereka semua tertawa mendengarnya. Setelah itu, Tara menarik Nico pergi dari ruangan itu bersamanya, sementara Nico menyeret Raka bersama dengannya.     

Setelah semua orang pergi, akhirnya kamar Anya menjadi jauh lebih tenang. Anya memandang ke arah suaminya. "Jangan terlalu khawatir seperti itu, aku baik-baik saja."     

"Setelah menjalani operasi itu, nutrisi yang didapatkan oleh kedua anak kita sudah seimbang. Tetapi tekanan darahmu cukup tinggi sekarang. Kalau tekanan darahmu terus naik, kamu harus segera menjalani operasi. Aku tidak mau mengambil resiko yang bisa membahayakan kamu dan anak-anak kita. Aku hanya ingin kalian baik-baik saja," Aiden mengambil tangan Anya dan membawanya mendekat ke arah bibirnya.     

"Aiden, percayalah, aku akan baik-baik saja. Firasatku mengatakan bahwa aku akan baik-baik saja," kata Anya dengan percaya diri.     

Melihat Anya yang yakin dan percaya diri seperti itu membuat hati Aiden terasa hangat.     

Anya adalah wanita yang sangat hangat baginya. Seperti bunga matahari yang mekar dengan indahnya di bawah sinar matahari, selalu optimis dan positif. Ia terlihat bercahaya saat menghadapi apa pun di dalam hidupnya.     

Anya yang menggunakan sepedanya untuk menjual bunga-bunga milik ibunya, tetap bersemangat meski bunga-bunga itu tidak habis terjual.     

Anya yang bekerja keras di tamannya, menanam dan memanen semua tanamannya satu persatu sendirian, tidak peduli meski tanah mengotori tubuhnya.     

Anya yang berada di ruang parfum, berkonsentrasi untuk menciptakan kreasi terbaiknya.     

Anya, istri kecilnya yang pemberani dan kuat.     

Aiden yakin Anya pasti akan bisa bertahan dan melahirkan kedua anak laki-laki yang sama pemberaninya dengan mereka.     

…     

Raka memiliki sebuah rumah yang terletak di pusat kota. Meski suasananya cukup ramai, tempat itu dekat dengan perusahaannya sehingga ia bisa pulang dari pergi dari kantor dengan mudah.     

Setiap hari Senin dan Jumat malam, Raka akan pulang ke rumah keluarganya untuk makan malam dengan orang tuanya. Sementara sisa harinya akan ia habiskan di rumahnya sendiri.     

Setelah menandatangani perjanjian dengan Raka, Della tinggal di rumah itu, membiasakan diri dengan pekerjaannya di bawah bimbingan dari Alin.     

"Kak Alin, sudah berapa lama kamu bekerja untuk Tuan?" setelah pindah ke rumah Raka, ia tidak pernah melihat Raka lagi.     

Mencari tahu mengenai sifat dan kebiasaan Raka adalah pekerjaan baru untuk Della.     

"Dua tahun," jawab Alin.     

"Apakah ia jahat pada bawahannya? Apakah ia memarahi dan memukul pelayannya?" Della sebenarnya merasa sedikit takut karena Raka cukup menyeramkan di matanya.     

Saat ia tinggal di rumah Keluarga Mawardi, ia sering melihat ibu angkatnya memarahi pelayan. Terkadang, Dewi msamapi melemparkan barang-barang kalau suasana hatinya sedang buruk. Ia tidak akan ragu menggunakan tangannya untuk menghukum siapa pun yang menentang perintahnya.     

Alin menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Selama dua tahun aku bekerja di rumah ini, Tuan hanya pernah sekali saja marah. Saat itu, ia hampir menghancurkan rumah ini."     

"Menghancurkan rumah ini? Itu menyeramkan sekali," Della terlihat ketakutan.     

"Walaupun Tuan terlihat dingin, sebenarnya ia sangat baik," kata Alin, berusaha untuk menenangkan Della. Tetapi Della hanya bisa tertawa dengan hambar.     

"Kamu tidak percaya?" Alin melihat ke arah pintu dan berkata dengan suara pelan, takut ada orang yang mendengarnya. "Dua tahun lalu, Tuan begitu murka karena cinta pertamanya itu terluka, keguguran karena dipaksa meminum obat aborsi. Itu sangat tragis!"     

"Ah?" mata Della terbelakak. "Apakah ia masih mencintai wanita itu sampai sekarang?"     

"Aku tidak tahu. Tetapi Tuan tidak pernah memiliki kekasih hingga saat ini. Mungkin ia masih mencintai wanita itu," Alin menggelengkan kepalanya.     

Della langsung mengambil ponselnya dan ingin mencari gosip mengenai cinta pertama Raka. Tetapi yang ia temukan adalah cinta segitiga yang rumit dengan dua kakak beradik.     

Cinta pertama Raka adalah Anya Tedjasukmana, tetapi tunangannya adalah Natali Tedjasukmana.     

Natali Tedjasukmana. Nama itu sangat familier.     

Della tiba-tiba mengingat berita penembakan yang menggemparkan kota beberapa saat lalu.     

Saat itu, orang yang menembak Anya pada saat kompetisi tersebut adalah Natali.     

Karena cinta yang berlebihan, Natali menembak Anya dan pada akhirnya bunuh diri saat mengetahui Anya baik-baik saja.     

Berarti Anya adalah cinta pertama Raka?     

Apakah benar Anya mengandung dua tahun lalu?     

Tetapi, sama sekali tidak ada berita mengenai hal itu di internet. Dua tahun lalu, hanya ada berita bahwa Anya pergi ke luar negeri untuk melanjutkan kuliahnya dan kembali ke Indonesia pada awal tahun ini.     

Della ingin tahu lebih banyak mengenai Raka.     

Sekarang, Raka telah menjadi atasannya. Ia harus mengetahui apa yang Raka sukai dan tidak sukai agar ia bisa bertahan hidup di tempat ini.     

Setelah mencari cukup lama, Della sama sekali tidak mendapatkan informasi berguna.     

Di internet hanya ada berita baik mengenai Raka. Semua orang menyebutnya sebagai pebisnis muda yang handal, pria yang baik dan dermawan, pria lajang terbaik di Indonesia.     

Dari berita itu, Della bisa menyimpulkan dua hal. Mungkin Raka memang pria yang sangat baik, atau mungkin bagian relasi publik di perusahaannya sangat hebat dalam menghapus semua berita buruk mengenai Raka dari internet.     

"Makan malam!" sebuah suara dingin terdengar dari pintu. Della berbalik dan melihat wajah Raka yang murung.     

Melihat Raka berdiri di depan pintu, Della sangat terkejut, tetapi ia berusaha untuk tetap terlihat tenang.     

"Tuan, tolong tunggu sebentar. Makan malamnya akan segera siap," Della langsung menyimpan kembali ponselnya, khawatir Raka akan melihat apa yang sedang ia cari.     

Dengan wajahnya yang menyeramkan, Raka melangkah maju menghampiri Della.     

Ia mengenakan kemeja di balik jasnya, dengan dua kancing teratas yang sudah terbuka. Setiap langkah yang Raka ambil membuat Della semakin tertekan dan sesak napas.     

"Orang yang berniat menabrakmu … Aku sudah menemukannya," kata Raka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.