Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pemegang Saham Tertinggi



Pemegang Saham Tertinggi

0"Kita tidak bisa membiarkannya. Kalau Fany bisa mendapatkan kendali atas Keluarga Srijaya, ia bisa membantu Toni untuk keluar dari penjara. Ia pasti akan membalas dendam pada paman dan bibi setelah keluar dari penjara," kata Nico.     

Tiba-tiba saja, Tara muncul dari pintu.     

"Toni adalah paman Anya. Mengapa kamu memanggilnya dengan sebutan nama?" kata Tara.     

Anya tertawa kecil mendengarnya. "Tidak masalah. Aku hanya peduli pada keluargaku. Jonathan dan Alisa juga keluargaku. Yang lainnya tidak ada hubungannya denganku."     

"Keluarga tanpa kedekatan seperti itu kedudukannya bahkan lebih rendah daripada teman. Tidak usah peduli pada mereka. Jonathan juga tidak akan membiarkan Toni keluar dari penjara dengan mudah," kata Raka.     

"Kalau Jonathan butuh bantuan, tolong bantu dia," kata Anya sambil tersenyum.     

"Jangan khawatir, Bibi. Toni hanya bisa bermimpi untuk keluar dari penjara. Kalau ia keluar, aku benar-benar akan menendangnya kembali ke dalam penjara," kata Nico sambil bangkit berdiri dan menggerak-gerakkan tangannya seperti sedang bertarung.     

Raka langsung menariknya kembali ke tempat duduk dan menepuk pundaknya. "Kerja Harris sangat efisien dan cepat. Salim sudah memberikan saham perusahaannya pada Harris dan tanah miliknya pada Nadine. Proyek Mahendra Group akan segera dimulai. Apakah Nadine sudah setuju untuk memberikan tanahnya kepadamu?" tanya Raka pada Nico.     

"Kalau Nadine tidak mau memberikannya, aku tidak akan membiarkannya menikah dengan Harris. Aku akan menindas Harris setiap hari. Apakah kamu pikir ia masih tidak mau memberikannya?" Nico tersenyum dengan nakal.     

"Memangnya kamu bisa menindasnya? Ia membiarkanmu menindasnya karena Harris segan pada paman dan kakekmu. Tetapi sekarang statusnya sudah berubah. Ia adalah pemegang saham terbesar di perusahaan perhiasan Mawardi," kata Tara sambil mencibir ke arah tunangannya yang kekanakan.     

"Tara benar," Anya mengangguk-anggukkan kepalanya.     

Tidak lama sebelum ini, Nico pernah menghina Harris hanyalah seorang asisten. Tetapi sekarang, Harris sudah bukan asisten saja. Harris adalah pemegang saham terbesar di perusahaan perhiasan Mawardi dan juga calon menantu Keluarga Atmajaya.     

Meski statusnya tidak bisa menyaingi Nico sebagai cucu laki-laki tertua dari Keluarga Atmajaya, tetap saja statusnya tidak bisa diremehkan begitu saja.     

"Apakah kamu merasa seperti tertampar oleh kata-katamu sendiri?" Raka menertawakan temannya itu.     

"Pipiku sakit. Sakit sekali!" Nico bersandar di pundak Tara, berpura-pura kesakitan sekaligus mengambil kesempatan untuk dekat-dekat dengan tunangannya.     

Tara langsung mendorong tubuhnya menjauh dengan jijik.     

"Hari ini, Della hampir saja tertabrak mobil. Untung saja aku sudah mengatur beberapa orang untuk melindunginya. Setelah kejadian itu, aku mencari tahu siapa yang melakukannya dan ternyata ibu angkatnya sendiri yang berniat untuk mencelakainya. Sepertinya Dewi sudah tahu identitas Della yang sebenarnya," kata Raka.     

"Salim Mawardi masih memiliki saham sebesar 30% di perusahaannya. Dewi takut suaminya akan memberikan saham itu pada Della dan putranya tidak akan mendapatka apa pun. itu sebabnya ia berniat membunuh Della," kata Nico. "Sekarang Della tidak berguna untuk kita, tetapi kita juga tidak bisa membiarkannya kembali ke keluarganya."     

"Iya, membiarkan Della pergi sendiri bukanlah keputusan yang baik. Apa yang akan kamu lakukan, Raka?" tanya Anya.     

"Biarkan Della tinggal bersamaku dulu. Aku akan menyuruh seseorang memberitahu Salim bahwa istrinya berniat untuk membunuh Della. Kita lihat dulu bagaimana reaksi Salim," kata Raka dengan tenang.     

Aiden baru saja kembali dari ruang dokter ketika melihat kamar Anya penuh dengan orang. "Apa yang kalian semua lakukan di sini? Jangan ganggu Anya. Dokter bilang tekanan darah Anya terus naik dan ia harus segera menjalani operasi caesar."     

Setelah mendengar ini, Tara langsung menepuk lengan Nico. "Ayo kita pulang. Jangan ganggu istirahat Anya."     

"Raka …" Nico menatap ke arah Raka, ingin menariknya pergi.     

"Aiden, aku harus memberitahumu sesuatu," kata Raka sambil memandang ke arah Aiden. Ia tidak mau pergi dari tempat itu sebelum berbicara pada Aiden.     

Aiden tertawa kecil melihat Raka. "Aku tidak bisa menyelesaikan masalah mengenai Della. Aku tidak bisa menikahinya."     

"Kamu tahu ini akan terjadi?" Raka merasa seperti tertipu.     

"Mengapa aku tidak bisa memahami apa yang mereka katakan?" Anya menatap ke arah Tara dengan bingung. Tetapi Tara hanya mengangkat bahunya. Ia juga tidak mengerti.     

Nico memijat batang hidungnya. "Begini. Salim Mawardi memiliki saham sebesar 60% di perusahaannya. Salim sudah memberikan 30% untuk Harris dan 30% sisanya adalah milik Halim. Dewi merasa tidak senang karena putranya dan Harris memiliki saham yang setara, tetapi ia tidak punya alasan untuk menentang. Ia akan memberikan sahamnya sendiri pada Halim sehingga putranya akan menjadi pemegang saham terbesar."     

Tara mengangguk, memahami alur ceritanya. "Jadi, Dewi awalnya berpikir bahwa saham itu akan terbagi secara merata di antara Halim dan Harris. Walaupun ia keberatan, ia tidak mau menyinggung Keluarga Atmajaya sehingga menerimanya begitu saja. Tetapi sekarang, ia tahu bahwa Salim memiliki anak lain yaitu Della. Sisa saham Salim sebesar 30% itu masih harus dibagi antara Della dan Halim. Untuk menghalangi agar Harris tidak menjadi pemegang saham tertinggi di perusahaan, ia harus membunuh Della."     

"Benar itu yang terjadi. Sebelumnya, Dewi masih belum tahu mengenai Della sehingga ia membiarkan Harris mendapatkan saham itu dengan mudah. Tetapi sekarang, ia tidak akan tinggal diam saat tahu bahwa putranya terancam tidak mendapatkan apa-apa." Nico berhenti sejenak dan berpikir, kemudian melanjutkan. "Sepertinya Salim memang berniat memberikan perusahaan itu pada Harris."     

"Sudah sepantasnya. Ia berhutang pada Bu Hana dan ingin membayarnya. Harris juga pilihan yang lebih tepat dibandingkan putranya. Kepada siapa lagi ia akan memberikan perusahaan itu kalau bukan pada Harris?" tanya Anya.     

"Memberikan perusahaan itu pada Halim sama saja dengan menyerahkannya pada Dewi. Bukankah seharusnya Dewi tidak tahu bahwa Della adalah putri dari suaminya. Mengapa rahasianya bisa bocor secara tiba-tiba?" tanya Nico dengan bingung.     

Aiden terlihat serius saat mendengar pertanyaan Nico. Ia sudah mengetahui semuanya. "Salim sendiri yang mengatakannya pada Dewi. Setelah mendengar berita bahwa putrinya berhubungan dengan Della, ia berniat untuk mengumumkan secara terbuka bahwa sebenarnya Della adalah putri kandungnya agar Keluarga Mahendra mau menerimanya."     

"Selama ini, ia selalu takut pada istrinya dan sekarang ia ingin melawannya …" kata Anya. "Apakah ia tidak takut sesuatu terjadi pada putrinya. Orang tua macam apa yang tidak memedulikan keselamatan anaknya seperti itu. Dasar kurang ajar!"     

"Kalau penyelidikanku tidak salah, Salim sendiri sudah mengirimkan orang-orang untuk melindungi Della secara diam-diam," kata Aiden. Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya pada Raka. "Jangan datangi Salim terlebih dahulu. Biarkan Salim yang mendatangimu."     

"Kalau ia benar-benar datang padaku, apakah aku harus menikahi Della?" Raka merasa kepalanya pusing. "Sebelumnya, Della bilang ia melarikan diri dari rumah karena aku sehingga aku tidak bisa diam saja saat melihatnya bekerja di bar itu. Bar itu sangat berbahaya untuknya. Sekarang, aku sudah mendapatkan tanah yang aku inginkan. Aku tidak bisa menikahinya, aku tidak menyukainya."     

"Kamu tidak menyukainya? Tetapi kamu masih mau pergi ke bar itu dan menghajar semua orang yang menggodanya? Seorang pahlawan telah menyelamatkan putrinya, tetapi ia tidak menginginkan putri itu?" Nico sengaja menggoda Raka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.