Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berkulit Hitam



Berkulit Hitam

0"Putih? Menggemaskan?" Nico memikirkan kata-kata Anya dan berkata, "Mungkin saja anaknya nanti akan menggemaskan, tetapi kulitnya tidak akan pernah menjadi putih."     

"Memangnya kenapa?" tanya Anya dengan bingung.     

Anya tidak mengerti apa arti kata-kata Nico.     

Keara memiliki kulit yang sangat putih dan Aiden juga memiliki kulit yang putih untuk ukuran seorang pria. Mengapa anak mereka tidak bisa berkulit putih?     

Apa jangan-jangan …     

Aiden mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto pada Anya. "Karena anaknya berkulit hitam."     

"Ah?" mata Anya memandang foto itu dalam waktu yang lama dan akhirnya memahami apa yang semua orang katakan. Ia pikir semua orang di ruangan ini tidak mempedulikan perasaannya dan terus membahas mengenai anak Keara dan Aiden.     

Ternyata, mereka semua membicarakan anak itu karena anak itu bukan anak Aiden.     

"Bibi, kamu benar-benar tidak tahu? Anak Keara sepertinya keturunan campuran. Tetapi matanya sangat indah dan warnanya sangat gelap," kata Nadine.     

"Benar, matanya gelap. Tetapi kulitnya juga gelap. Tidak seperti Aiden atau pun Keara," kata Tara, memperjelas semuanya untuk Anya. setelah itu, ia memandang ke arah Aiden. "Apakah kamu sudah tahu semuanya dari awal?"     

"Harris juga tahu," Aiden menyeret nama Harris dengannya. Ia tidak mau disalahkan sendirian.     

"Harris, bagaimana bisa kamu tidak memberitahuku hal sepenting ini?" Nadine merasa sangat kesal pada tunangannya.     

Harris hanya bisa memandang Nadine dengan polos. "Aku sudah bilang, tetapi kamu yang tidak percaya," jawabnya.     

"Kalian semua jahat. Apakah kalian tidak tahu bahwa bibi sangat khawatir?" Nadine memandang ke arah bibinya dengan cemas. "Bibi, apakah kamu baik-baik saja."     

Anya hanya bisa mengangguk dengan lemah. Perasaannya bercampur aduk. Ia tidak tahu harus berkata apa. Jadi, semalam kemarin ia khawatir tanpa alasan?     

"Bibi, apakah kamu tidak mau melihat video lucu Keara? Saat melihat anaknya dan tahu bahwa anak itu bukan anak paman, ia langsung berlari untuk mencekik anak itu. Lalu, ia terjatuh dan jahitan operasinya terbuka lagi. Akhirnya ia harus kembali ke ruang operasi untuk memperbaiki jahitannya," Nico mengeluarkan ponselnya dan berniat memberikannya pada Anya.     

Anya hanya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau melihatnya. Anggap saja anak itu adalah hukuman terbesar untuknya."     

Awalnya Nico pikir Anya akan sangat senang saat tahu bahwa anak itu bukan anak Aiden. Ia pikir Anya akan senang melihat Keara menderita seperti itu, tetapi kenyataannya tidak.     

Akhirnya, Nico menyimpan kembali ponselnya dalam diam.     

Anya tidak ingin melihat video itu. Ia juga tidak ingin melihat Keara. Ia hanya merasa bahwa Keara pantas mendapatkan semua ini.     

Keara telah membunuh anaknya dan memisahkannya dari Aiden. Ketika Anya dan Aiden kembali bersama, Keara menghalalkan segala cara untuk mendapatkan anak Aiden.     

Demi Aiden, Keara sudah melakukan banyak hal yang ekstrem. Ia juga menaruh semua harapannya pada anak yang ada di dalam kandungannya itu.     

Meski ia tidak bisa bersama dengan Aiden sekali pun, setidaknya ia memiliki anak Aiden. keberadaan anak itu bisa membuat Anya dan Aiden tidak bahagia seumur hidup.     

Semua ini sengaja Keara lakukan untuk menyulitkan hidup Anya.     

Tetapi ia berjuang keras, bersembunyi dan meminta bantuan dari ayahnya untuk keluar dari penjara, semuanya demi anaknya dan Aiden.     

Ketika akhirnya ia berhasil melahirkan anak itu dengan selamat, nyatanya anak itu berkulit hitam, tidak berkulit putih seperti dirinya dan seperti Aiden.     

Anak itu bukan anak Aiden dan semua harapannya telah musnah.     

Keara tidak tahu apa yang salah dengan rencananya. Ia tidak tahu mengapa anaknya berkulit hitam. Ia tidak tahu mengapa anak di dalam kandungannya bukan anak Aiden.     

Keara benar-benar membenci anak itu. Mengapa anak itu bukan anak Aiden? Mengapa?     

Anya tidak bisa membayangkan betapa menyakitkannya semua ini bagi Keara.     

Setengah hatinya merasa bahagia karena bisa membalas dendam atas apa yang Keara lakukan padanya. Tetapi setengah hatinya juga merasa bimbang karena Keara adalah saudaranya.     

Tidak peduli betapa kejamnya Keara, itu tetap tidak bisa menghapus fakta bahwa Keara adalah kakaknya.     

Tiba-tiba saja, suasana di meja makan menjadi sunyi. Anya menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan tenang. "Ayo kita sarapan. Kalian semua harus segera berangkat kerja."     

"Mari kita hentikan pembicaraannya. Tidak ada yang boleh membicarakan hal ini lagi," lanjut Aiden.     

Setelah sarapan, empat orang yang menumpang makan di rumah Aiden langsung berangkat kerja. Aiden mengajak Anya untuk berjalan-jalan di taman dengan menggunakan kursi roda, supaya Anya tidak bosan.     

"Apakah kamu sudah tahu sejak lama?" tanya Anya dengan suara pelan.     

"Apakah kamu menyalahkan aku?" Aiden bisa merasakan kemarahan Anya. Ia tahu Anya menyalahkannya atas semua yang terjadi.     

"Kamu sudah mengetahui rencana Keara dari sebelumnya. Kamu tahu ia berusaha untuk mendapatkan sperma-mu dari bank sperma dan sengaja menukarnya dengan sperma orang lain, orang yang berkulit hitam. Apakah itu tidak terlalu kejam?" tanya Anya.     

"Berbaik hati pada musuhmu sama saja dengan berbuat kejam pada dirimu sendiri. Anya, apakah kamu pernah berpikir kalau aku tidak menukar sperma itu, sekarang mungkin aku akan memiliki anak perempuan. Apakah kamu menginginkan itu?" tanya Aiden.     

"Kamu bisa mengubahnya dengan yang lain, tetapi mengapa kamu harus mencari orang berkulit hitam?"     

Aiden tersenyum saat mendengarkan pertanyaan polos itu. "Bukan aku yang mencarinya. Ini semua karena pria itu memiliki nama yang sama dengan namaku. Salahkan pria itu karena terlalu kagum padaku sehingga mengubah namanya menjadi sama dengan namaku."     

"Kamu tahu siapa ayah anak itu?" tanya Anya.     

"Aku mengenalnya," kata Aiden.     

"Sejak awal kamu tahu bahwa anak di dalam kandungan Keara itu bukan anakmu dan kamu sengaja menyembunyikannya? Kalau ia tahu, mungkin ia akan menggugurkan kandungannya …"     

Aiden mengangguk. "Kalau ia tahu bahwa anak itu bukan anakku, ia akan langsung membunuhnya. Kemudian ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan keinginannya. Mungkin ia akan mencelakaiku, membuatku pingsan dan menyeretku ke tempat tidurnya. Apakah kamu mau itu terjadi?"     

Anya terdiam. Apa yang Aiden katakan sangat masuk akal. Ia tahu betul bahwa Keara tidak akan berhenti mengejar Aiden sampai kapan pun juga.     

"Tetapi …"     

"Tetapi apa? Keara sendiri yang menginginkan anak itu. Tidak ada yang memaksanya." Ketika mengatakannya, tiba-tiba Aiden melihat ada seseorang yang mengintipnya dari luar gerbang. Ia langsung melindungi Anya dan memberi isyarat dengan tangannya untuk memanggil para pengawalnya.     

Para pengawalnya langsung menghampiri Aiden dengan sigap.     

"Cepat lihatlah siapa di sana," kata Aiden.     

"Ada apa?" Anya menoleh dan memandang ke arah suaminya.     

"Ada seseorang yang mengintip dari luar. Ayo kita masuk," Aiden takut ada seseorang yang berniat jahat pada Anya sehingga ia mendorong kursi roda Anya kembali ke ruang keluarga.     

"Mungkin hanya orang penasaran. Jarak gerbang dan taman kan sangat jauh. Mereka tidak akan bisa melakukan apa pun," Anya berusaha untuk menenangkan Aiden.     

Tetapi Aiden bersikeras untuk membawa Anya kembali ke dalam. Ia menggendong Anya dari kursi roda dan menurunkannya di sofa. Walaupun Anya hamil anak kembar, ia masih tetap kurus, kecuali perutnya yang membesar.     

Ketika pengawal Aiden menghampiri, orang yang mengintip itu sudah menghilang.     

Aiden duduk di sofa dan menelepon pengawalnya, meminta rekaman CCTV dari pintu gerbang rumahnya. Ia memperbesar rekaman tersebut dan melihat wajah yang familier.     

Karena wajah itu terekam dari samping, Aiden tidak bisa mengingatnya.     

"Siapa yang mengintip?" Anya melongok, melihat layar ponsel Aiden. Ketika ia melihat sosok di layar tersebut, Anya terdiam.     

Aiden melihat wajah istrinya berubah dan langsung bertanya. "Apakah kamu tahu siapa?"     

"Bukankah ia berada di dalam penjara?" gumam Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.