Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Keracunan Alkohol



Keracunan Alkohol

0"Aku akan menghabiskan anggur ini, tetapi aku tidak membutuhkan uangmu. Aku tahu kamu marah hari ini, tetapi aku benar-benar membutuhkan uang. Aku tahu kamu tidak bisa memahami semua ini dan aku tidak memintamu untuk memahamiku. Aku berterima kasih karena kamu sudah membantuku."     

Della mengangkat kepalanya dengan keras kepala dan memandang Raka dengan berani.     

Nico langsung tertarik melihat reaksi Della. Ia tidak menyangka Della akan sekuat ini, mau menerima tantangan Raka untuk meminum sebotol anggur tersebut.     

Raka mencibir mendengarnya. Ia mengulurkan tangannya untuk memegang dagu Della. "Kamu adalah seorang wanita. Mengapa kamu butuh uang sebanyak itu …"     

"Aku …" Della merasa kesakitan. Ia merasa seperti dagunya akan remuk karena Raka. "Aku minta maaf."     

"Kamu belum memberitahuku mengapa kamu membutuhkan uang itu?" tanya Raka.     

"Aku membutuhkannya," kata Della dengan tegas.     

Raka merasa kecewa karena Della tidak mau menjawabnya. Ia bisa melihat ada kesedihan di wajah Della dan matanya seperti menunjukkan rasa sakit yang luar biasa.     

"Aku akan meminumnya. Apakah setelah itu aku boleh pergi?" kata Della.     

Raka mengangguk.     

"Raka …" Nico melihat botol anggur tersebut. Anggur tersebut anggur lama yang cukup keras. Mana bisa Della menghabiskannya sendirian?     

"Apakah kamu bisa menjadi saksi? Raka bersedia untuk membiarkanku pergi setelah aku menghabiskan semua ini," kata Della pada Nico.     

"Della, kamu tidak perlu menghabiskan anggur itu," kata Nico.     

Della berkata dengan senyum pahit di wajahnya. "Aku telah mengecewakan Raka. Aku memang mencintai uang. Aku akan selalu pergi ke mana pun tempat uang berada. Jangan sia-siakan waktumu untukku lain kali."     

Mendengar kata-kata Della, Raka menjadi semakin marah. Matanya terlihat semakin menggelap. "Sudah selesai? Apakah perlu aku yang menuangkan anggur itu untukmu?"     

Wajah Della terlihat sedikit memucat. Ia membuka botol anggur itu dengan canggung dan menuangkan satu gelas untuk dirinya sendiri. Setelah menyesapnya, ia mengerutkan keningnya dalam-dalam.     

Raka tidak tertarik untuk melihat drama ini lebih lanjut. Ia hendak bangkit berdiri dan pergi, namun Della menghentikannya. "Jangan pergi. Aku akan menghabiskannya."     

"Kamu tidak berhutang apa pun padaku. Mulai saat ini aku tidak akan ikut campur dalam urusanmu lagi. Lain kali, jangan bilang bahwa kamu melarikan diri karena aku," Raka berniat pergi tetapi Della menghalangi pintu dengan tubuhnya. "Jangan pergi dulu,"katanya.     

"Apa yang kamu inginkan?" Raka kehilangan kesabarannya. Karena begitu marah, ia merasa kesadarannya mulai pulih kembali sehingga ia tidak mau berlaku kasar pada wanita.     

Ia tidak ingin main tangan pada seorang wanita.     

Della mengambil botol anggur itu dan meminumnya dari botol langsung, tanpa perlu menggunakan gelas. Ia menegak semuanya sekaligus sambil menahan napas.     

Setelah ia berhasil meminum sepertiga dari botol anggur itu, Della merasa mual. Perut dan tenggorokannya terasa tidak nyaman, seperti terbakar.     

"Terus habiskan. Aku akan menguburkanmu kalau kamu mati," Raka menatapnya dengan dingin.     

Awalnya memang Nico tidak menyukai Della. Tetapi ia tidak bisa membiarkan seorang wanita menghabiskan satu botol anggur sendirian.     

Ia berjalan ke arah Raka dan menyenggol botol di tangan Della. Botol itu jatuh ke lantai sehingga isinya tumpah di atas karpet.     

Della langsung menunduk dan mengambil botol tersebut kembali, melihat isinya sudah habis. "Aku sudah menghabiskannya."     

Setelah itu ia berbalik dan hendak pergi.     

Ia merasa sangat menderita karena alkohol tersebut dan tidak bisa berjalan dengan tegap, tetapi ia tetap memaksakan dirinya untuk keluar dari ruangan itu.     

Ketika ia hendak membuka pintu, Della tiba-tiba merasa pandangannya gelap dan ia terjatuh ke lantai.     

Secara insting, Nico langsung mengulurkan tangannya, hendak menangkap Della. Tetapi Raka bergerak lebih cepat. Ia menangkap wanita yang beberapa menit sebelumnya tampak sangat kuat dan berani melawannya, tetapi kali ini wanita itu terkulai lemah seperti sebuah boneka yang tidak berdaya.     

Della mendengar ada seseorang memanggil namanya. Tetapi ia tidak bisa membuka matanya.     

...     

Saat terbangun, ia melihat semuanya serba putih.     

"Della, akhirnya kamu bangun! Aku akan memanggilkan dokter," kata Tara.     

Della berbaring di ranjang rumah sakit itu, perlahan-lahan ingatannya kembali. Ia baru menyadari bahwa ia kehilangan kesadaran dan terbangun di rumah sakit.     

Ia seperti teringat sesuatu dan langsung bangkit berdiri, mengangkat selimut di atas tubuhnya. Ia memakai kembali sepatunya dan hendak pergi, tetapi kepalanya terasa pusing sehingga ia kembali bersandar di tempat tidur.     

Pintu kamar itu terbuka kembali. Tara datang bersama dengan dokter dari perawat.     

Setelah melakukan pemeriksaan dasar pada Della, dokter berkata, "Kamu keracunan alkohol. Untung saja kamu diantarkan ke rumah sakit tepat waktu. Saat datang, kamu sudah tidak sadarkan diri dan meracau. Kalau kasusnya lebih serius lagi, kamu bisa kesulitan bernapas. Lain kali jangan minum terlalu banyak."     

Della menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, dokter."     

"Beristirahatlah. Besok kamu bisa keluar dari rumah sakit," dokter itu meninggalkan ruangan tersebut.     

Setelah dokter itu pergi, Della memandang ke arah Tara dan bertanya. "Mengapa kamu di sini?"     

"Mengapa kamu bekerja di bar itu? Apakah gaji yang aku berikan kurang?" suara Tara terdengar dingin.     

"Tidak, tetapi aku membutuhkan banyak uang. Jadi …" sebelum Della bisa menyelesaikan kata-katanya, ponsel Tara tiba-tiba berbunyi.     

"Aku harus mengangkat panggilan ini," Tara keluar dari kamar tersebut dan menjawab telepon dari Nico.     

"Tara, biar aku memberitahumu berita yang mengejutkan. Della ternyata bukan anak adopsi dari Keluarga Mawardi, tetapi merupakan anak kandung dari Salim sendiri. Dewi sama sekali tidak tahu mengenai hal ini …"     

Setelah itu, Nico menceritakan semua informasi mengenai Della yang ia dapatkan.     

Dari informasi tersebut, Tara akhirnya tahu mengapa Della membutuhkan uang banyak. Della mencari uang untuk kepala panti asuhan tempat ia dirawat dulunya.     

Tara langsung merasa kasihan pada Della. Hidupnya sangat menderita. Ia memiliki ayah yang kurang ajar dan ibu angkat yang kejam.     

Tara kembali ke kamar tersebut dan meminta Della untuk tinggal satu hari agar ia kembali pulih.     

Setelah Della menyetujuinya, Tara meninggalkannya dan pergi ke kamar tempat Anya dirawat.     

Anya mendengarkan cerita mengenai Della dari Tara dan langsung merasa marah. "Dasar laki-laki kurang ajar. Salim Mawardi adalah pria paling kurang ajar yang pernah aku kenal."     

"Benar sekali. Bagaimana bisa seseorang sekurang ajar itu?" Tara juga merasa marah.     

"Untung saja Bu Hana membawa Harris pergi darinya," Anya menghela napas panjang.     

"Kemarin malam Salim mengumumkan bahwa Harris adalah putranya dan memberikan saham perusahaannya sebesar 30% pada Harris."     

"Apakah benar Bu Hana dan Salim yang menemukan perusahaan itu? Kalau memang benar, berarti sudah sepantasnya Harris mendapatkan saham itu. Ayahnya terlalu tidak tahu diri. Untung saja Harris tidak mirip seperti ayahnya!" kata Anya.     

Aiden akhirnya menyelesaikan pekerjaannya dan mengalihkan pandangannya dari laptopnya. "Harris belum mendapatkan saham itu. Prosesnya butuh waktu. Masih ada kemungkinan bagi Salim untuk berubah pikiran …"     

"Berubah pikiran? Apa yang bisa kita lakukan untuk menghalanginya berubah pikiran?"     

"Desak dia untuk segera menjalankan prosedur pemindahan saham itu secepat mungkin. kalau Dewi tahu bahwa Della sebenarnya adalah anak Salim, ia mungkin akan menghentikan pemindahan saham ini," kata Aiden. "Aku rasa Salim tidak benar-benar ingin memberikan sahamnya pada Harris."     

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita harus melakukan sesuatu untuk Harris. Kita tidak bisa membiarkan Bu Hana menderita!" kata Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.