Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menjual Diri



Menjual Diri

0Nico sudah tiba di bar itu dan tidak berniat untuk pulang. Ia benar-benar penasaran apa yang terjadi di dalam.     

Ia langsung menyalakan siaran langsung dan mengarahkan kamera ponselnya ke bagian dalam bar. "Ada keributan besar yang terjadi di sana. Aku akan melihatnya."     

Nadine : Hati-hati nanti wajah kakak semakin jelek karena terkena pukulan.     

Tara : Aku berharap ada tinju yang tidak sengaja mengenai kamu.     

Anya : Nico, berhati-hatilah di sana.     

Aiden sudah meletakkan ponselnya, sama sekali tidak memedulikan Nico. Ia membawa sepiring buah-buahan dan memberikannya kepada Anya.     

Anya menuruti perintah suaminya dengan patuh, memakan buah itu satu demi satu. Tidak peduli apakah itu buah yang disukainya atau tidak, demi nutrisi kedua bayinya, ia harus makan banyak.     

Anya : itu Raka! Raka yang bertengkar. Nico, hentikan siaran langsungnya dan bantu dia!     

Anya langsung mengenali sosok dari siaran langsung tersebut.     

Wajah Aiden langsung terlihat muram. Matanya menyipit saat memandang Anya dengan tatapan menuduh. "Sepertinya Nyonya Atmajaya memiliki penglihatan yang sangat baik."     

Anya hanya tertawa dengan hambar sambil menggaruk kepalanya.     

Aiden langsung menyita ponsel Anya. "Wanita hamil tidak boleh melihat perkelahian. Nanti itu akan mempengaruhi anak kita."     

"Apakah kamu tidak khawatir pada Nico?" tanya Anya.     

"Apakah kamu khawatir pada Raka?" Aiden meletakkan ponsel itu di meja yang agak jauh, tidak mau ada radiasi yang terlalu dekat dengan Anya.     

"Mereka berdua sedang berkelahi. Bagaimana kalau mereka kalah dan dihajar oleh orang lain? Apakah kamu tidak mau mengirim seseorang untuk membantu mereka?" tanya Anya.     

Aiden tidak menjawab. Ia berjalan ke arah jendela dan duduk di meja kerjanya. Ia menyalakan laptop dan mulai mengerjakan pekerjaannya.     

"Apakah kamu benar-benar tidak peduli?" tanya Anya dengan suara pelan.     

"Raka dan Nico tidak membutuhkan bantuan. Ia bisa menanganinya sendiri dan tidak akan kalah," setelah mengatakan hal ini, Anya akhirnya sadar bahwa ia yang terlalu khawatir.     

"Baiklah kalau begitu. Kamu bekerjalah, aku akan membaca buku," Anya mengambil salah satu buku di sampingnya dan membaca dalam diam.     

Diam-diam, Aiden mengangkat kepalanya dan menatap Anya lekat-lekat. Bibirnya tersenyum saat melihat istri kecilnya serius membaca.     

Setiap hari ia menemani Anya di rumah sakit, melakukan pekerjaannya dari rumah sakit.     

Ia mendedikasikan seluruh waktunya demi Anya dan anak-anaknya. Tetapi tidak pernah sekali pun ia merasa bosan atau pun lelah.     

Malam itu terasa hening. Aiden mengurus pekerjaannya melalui laptop sementara Anya membaca bukunya dalam diam di atas tempat tidur.     

Meski malam itu terasa sepi, malam itu tetap termasuk malam yang indah bagi mereka.     

…     

Di bar, Nico menarik Raka ke dalam sebuah ruangan. Raka terlihat sedikit mabuk.     

Manjaer bar tersebut menghampiri Nico dan berkata padanya. "Tuan Nico, tolong tenangkan Tuan Raka. Tolong jangan salahkan Della."     

"Di mana Della?" tanya Nico dengan tenang.     

"Saya akan memanggilnya sekarang," manajer tersebut bergegas keluar dari ruangan.     

Manajer itu meninggalkan Nico dan Raka di dalam ruangannya. Nico menepuk pundak Raka. "Raka, ada apa denganmu? Apakah kamu benar-benar menyukai gadis itu?"     

"Aku sudah mengenalkannya pada Tara dan meminta bantuan Tara untuk merekrutnya sebagai resepsionis. Tetapi apa yang ia lakukan? Ia kembali ke bar ini! Sebenarnya ia ingin menjual bunga atau menjual dirinya sendiri?" kata Raka dengan marah.     

"Itu bukan urusannya apakah ia mau menjual bunga atau menjual dirinya," jawab Nico sambil tersenyum.     

"Aku hanya ingin membantunya. Gadis sepertinya tidak akan bisa bertahan hidup di tempat seperti ini," kata Raka dengan ekspresi serius.     

"Kalau ia tidak bertahan, ia sudah pergi sejak dulu. Kalau ia berani kembali, itu artinya ia masih bisa bertahan. Kamu pulang lebih awal dari pesta Keluarga Mawardi hanya untuk mencarinya?" tanya Nico.     

"Lihat saja tadi. Ada banyak pria yang menggodanya …"     

"Biarkan saja orang menggodanya. Ia sudah tahu resikonya saat bekerja di tempat ini. mungkin kamu bisa melindunginya satu kali, tetapi apakah kamu bisa terus melindunginya seumur hidup?" sela Nico.     

Menurut pendapatnya, Raka terlalu terpikat pada Della. Entah apa yang membuat Raka berbuat seperti ini, tetapi Nico rasa ini bukan karena rasa cinta antara pria dan wanita.     

Della baru saja berganti pakaian saat manajer bar itu mencarinya. Tanpa perlu disuruh sebenarnya Della sudah berniat untuk mendatangi Raka dan berterima kasih padanya.     

Della pikir hari ini Raka akan menghadiri pesta Keluarga Mawardi dan tidak akan datang ke bar ini. siapa yang tahu Raka datang tepat saat ada pria yang menggodanya.     

Pada saat itu, ia benar-benar tidak berani memandang Raka. Ia merasa gugup dan merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan kebaikan Raka.     

Manajer bar itu memberikan sebuah botol anggur pada Della, "Antarkan botol ini ke ruangan Tuan Raka."     

Della menerimanya dan mengangguk, "Apakah Tuan Raka marah?"     

Manajer itu merasa sekujur tubuhnya berkeringat meski ia bekerja di tempat yang dingin. "Hati-hati."     

Manajer itu mengetuk pintu dan berteriak sebelum masuk. "Tuan, Della sudah datang," suaranya sedikit tenggelam karena adanya suara musik di dalam bar tersebut.     

Setelah itu, ia memandang ke arah Della seolah memberitahunya untuk mempersiapkan diri. Della menarik napas dalam-dalam dan membuka pintunya.     

Saat ia hendak masuk, ia melihat gelas anggur terlempar ke arahnya.     

Gelas itu mengenai pundaknya, membuatnya hampir saja menjatuhkan botol anggur yang ia bawa dengan nampan.     

"Oh? Sekarang Della sudah berganti pekerjaan menjadi pelayan?" Nico tersenyum dan meminta Della untuk duduk.     

Wajah Raka terlihat sangat muram. Bibirnya tertutup dengan rapat dan matanya memandang ke arah Della dengan tatapan jijik. Saat memandangnya, ia menemukan bahwa Della sudah mengganti pakaiannya yang sebelumnya     

Saat berjualan bunga, Della mengenakan pakaian yang seksi dengan ekor dan telinga kelinci.     

Tatapan dua pria di hadapannya itu sangat berbeda, tetapi keduanya membuat Della bergidik ketakutan. Namun, melihat wajah Nico yang tersenyum lebar membuat Della tahu bahwa orang yang melemparkan gelas anggur ke arahnya tadi adalah Raka.     

Ia sudah berjanji pada Raka bahwa ia akan bekerja di klinik Tara. Tetapi di malam hari ia tetap kembali ke bar untuk menjual bunga. Raka merasa marah karena terus menerus melihat Della digoda oleh pria lain, tetapi tidak mau memanfaatkan kebaikan yang sudah Raka berikan.     

Della meletakkan botol anggur yang dibawanya di atas meja.     

Raka tidak bisa menyembunyikan kemarahan di matanya. Suaranya terdengar sangat dingin, "Kamu di sini untuk menjual bunga atau menjual dirimu?"     

"Kalau ia menjual diri, apakah kamu mau membelinya?" tanya Nico dengan sengaja.     

Raka mengambil botol anggur dan mengisi gelasnya. Cairan di dalam gelas itu terus bergoyang hingga gelas itu terisi dengan penuh. Matanya memancarkan kemarahan dan juga kebencian yang mendalam. "Aku tidak mau membeli wanita murahan."     

Ketika mendengarnya, Della mengangkat kepalanya dan menatap Raka. Tidak disangka, tiba-tiba saja Raka menyiramkan anggur di gelasnya ke wajah Della.     

Nico tidak menyangka bahwa Raka yang selama ini selalu lembut pada wanita bisa kehilangan kendali atas dirinya seperti ini. Ia langsung memberikan kotak tisu pada Della dan kemudian menenangkan Raka. "Mengapa kamu semarah ini? Mungkin Della punya alasan sendiri."     

"Alasan apa yang ia punya? Apakah klinik tidak cukup untuk membiayainya? Memang ia sendiri yang murahan dan menyukai tempat seperti ini," setelah mengatakannya, Raka merasa kekuatan di tangannya semakin meningkat. Tanpa sadar, ia meremukkan gelas yang ia pegang.     

Matanya yang dingin tertuju pada Della. "Kamu suka uang? Aku akan memberimu uang kalau kamu menghabiskan satu botol anggur ini."     

"Raka, ia adalah seorang wanita. Bagaimana …"     

"Aku akan meminumnya!" Della mengangkat kepalanya dengan keras kepala dan memandang Raka dengan berani. "Aku akan menghabiskan anggur ini, tetapi aku tidak membutuhkan uangmu. Aku tahu kamu marah hari ini, tetapi aku benar-benar membutuhkan uang. Aku tahu kamu tidak bisa memahami semua ini dan aku tidak memintamu untuk memahamiku. Aku berterima kasih karena kamu sudah membantuku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.