Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Gadis Penjual Bunga



Gadis Penjual Bunga

0"Paman, ada apa?" Nico mendekat ke arah Ivan dan bertanya padanya saat mendengar Ivan menanyakan nama gadis penjual bunga ini. Ia merasa sikap pamannya sangat aneh.     

"Ia mirip seseorang," jawab Ivan dengan suara pelan, sambil memandang ke arah gadis penjual bunga tersebut.     

Nico memperhatikan wajah Della dengan lebih jelas dan kemudian tertegun melihatnya. Sebelumnya, ia tidak terlalu memperhatikan wajah gadis tersebut. Ditambah lagi, ruangan itu redup dengan minimnya penerangan.     

Tidak heran Ivan bersikap aneh. Gadis penjual bunga itu terlihat sedikit mirip dengan Anya, terutama matanya.     

Anya memiliki mata yang buat seperti kacang almond. Warna matanya sedikit lebih terang sehingga terlihat bersinar di bawah cahaya lampu.     

Wajah gadis itu tidak mirip dengan Anya, tidak seperti Keara dan Anya yang bagaikan pinang dibelah dua. Tetapi mata gadis itu sangat mirip dengan Anya.     

Katanya, pria sangat sulit untuk melupakan cinta pertamanya. Apakah ketiga pria di sini tertarik dengan gadis penjual bunga ini?     

"Nama saya Della," jawab Della dengan hati-hati. "Apakah Anda ingin membeli bunga?"     

"Aku akan membelinya, berapa harganya?" Nico bisa melihat Della menjadi semakin waspada dan ketakutan. Ia tidak menyukai gadis ini dan ia juga tidak menyukai reaksi teman dan pamannya. Ia ingin gadis itu segera pergi dari tempat ini.     

"Harganya 250 ribu saja. Kalau Anda membeli bunga ini, hubungan Anda dengan kekasih Anda akan bertahan selamanya." Della langsung meletakkan bunga yang dibawanya di atas meja. "Aku akan meletakkan bunganya di sini. Jangan lupa untuk membawanya saat Anda pulang nanti."     

"Bunga yang kamu jual terlalu mahal. Bibiku juga penjual bunga, tetapi harga jualnya tidak semahal bungamu. Bisakah kamu memberiku diskon?" kata Nico dengan tidak tahu malu.     

Della terlihat ragu, "Tuan, bunga ini tidak murah dan …"     

Nico mengeluarkan uang sebesar 100 ribu dari dompetnya dan memberikannya kepada Della. "Segini saja sudah cukup."     

"Tapi Tuan, ini harganya jauh dari …"     

Nico mengulurkan tangannya dan memegang dagu gadis tersebut. "Raka, menurutmu gadis ini bagaimana?"     

Della begitu ketakutan dan panik karena sentuhan yang mendadak itu. Ia langsung berdiri dan mengambil keranjangnya, hendak pergi keluar dari sana. Tetapi Nico menahannya …     

"Nico, lepaskan dia," Raka langsung menarik Nico dan mengeluarkan uang 200 ribu untuk menutupi kekurangan bunga Nico. "Maafkan temanku. Ia hanya bercanda. Ambil saja ini, tidak usah kembalian"     

"Terima kasih, Tuan-Tuan!" Della benar-benar takut pada Nico. Ia langsung melarikan dari tempat itu secepat mungkin.     

Tetapi tidak disangka, saat ia berbalik, tiba-tiba saja Nico menjegal kakinya, membuatnya terjatuh.     

"Ahhh!" seru Della.     

Ivan langsung bereaksi dengan cepat. Tangannya memeluk pinggang Della dan menahannya agar tidak terjerembab ke lantai.     

Della menghela napas lega saat tahu bahwa ia tidak jatuh dan mempermalukan dirinya. Pada saat itu ia baru bisa melihat wajah Ivan dengan sangat jelas. Ia baru sadar betapa tampannya Ivan. Hidung pria itu sangat mancung dan matanya sangat gelap seolah bisa menenggelamkan seseorang ke dalam jurang yang tidak terlihat isinya.     

"Apakah kamu baik-baik saja?" Ivan melepaskan tangannya dan melangkah mundur dengan sopan setelah Della bisa berdiri dengan tegak.     

"Terima kasih atas bantuannya. Selamat malam!" Della langsung melarikan diri dengan panik.     

Nico mencibir melihatnya. Taktiknya untuk mengusir gadis itu pergi secepat mungkin sangat berhasil. "Ia lari terbirit-birit seperti itu. Memangnya ia pikir kita binatang buas?" gerutu Nico.     

Jonathan mengangkat gelasnya dan meminumnya. "Bukan kita, tetapi kamu!"     

"Apa salahnya denganku?" kata Nico dengan tidak setuju. "Apakah kalian semua merasa bahwa gadis itu mirip dengan bibiku?"     

Raka dan Ivan saling pandang satu sama lain, tetapi tidak ada yang mengatakan apa pun.     

"Sudah waktunya kamu pulang. Jangan sampai Tara membuang semua baju dan barang-barangmu dari rumah kalau kamu pulang terlambat," kata Ivan.     

Jonathan langsung menertawakan Nico. "Atau kita bisa mengirimkan buah durian untuk Tara. Siapa tahu ia ingin menggunakan kulit durian untuk mencabik-cabik Nico."     

"Kalian jahat!" Nico langsung menghabiskan minuman di gelasnya. "Aku akan pulang dan menikmati malamku dengan Tara. Kalian para jomblo tidak akan bisa memahami kebahagiaanku."     

Nico langsung pergi dengan membawa bunga di tangannya, meninggalkan Ivan, Raka dan Jonathan di ruangan tersebut.     

"Aku akan pulang dulu. Alisa sudah menungguku. Kalian berdua bisa berbicara," walaupun Jonathan juga seorang pria tidak beristri, ia masih harus mengurus putrinya. Bisa dibilang ia adalah budak putrinya yang sangat manis itu …     

Setelah Jonathan pergi, hanya tersisa Raka dan Ivan di sana.     

Raka mengambil inisiatif untuk menuangkan anggur ke gelas Ivan. "Mengenai apa yang kakak tanyakan padaku tadi, itu bukan kata-kata ibu, tetapi kata-kata Raisa sendiri."     

"Apa?" wajah Ivan langsung berubah. "Apa maksudnya?"     

"Raisa jatuh cinta pada kakak," Raka tertawa. "Kakak tahu sendiri penampilan dan sifat kakak bisa menarik hati wanita dengan sangat mudah. Tidak heran Raisa jatuh cinta padamu."     

Ivan tidak bisa mencerna kata-kata Raka saat ini. Ia tidak pernah membayangkan bahwa Raisa benar-benar akan jatuh cinta padanya.     

Mereka bekerja bersama-sama selama kurang lebih setengah tahun, tetapi Ivan tidak menyadari ada perubahan dari sikap Raisa kepadanya.     

Ivan menganggap Raisa sebagai adiknya sendiri, sehingga ia tidak pernah melihatnya lebih dari itu. Tetapi saat mendengar perasaan Raisa yang sesungguhnya, Ivan merasa sedikit cemas.     

"Raisa masih sangat muda. Ia punya banyak pilihan lain. Ia tidak harus menderita bersama denganku," kata Ivan.     

"Kalau Raisa bersikeras ingin menikah denganmu, aku tidak bisa membantumu, Kak. Raisa adalah anak yang baik. Bukankah hubungan kakak dan Raisa juga semakin dekat setelah pertunangan kalian? Orang tuaku sama sekali tidak peduli dengan posisimu di Atmajaya Group. Mereka sudah cukup puas melihat perubahan Raisa," kata Raka sambil tersenyum.     

Ivan mengingat kembali pekerjaan Raisa. Awalnya, Raisa memang sangat ceroboh dan tidak tahu apa-apa. Tetapi ia punya semangat untuk belajar dan berkembang.     

Setelah beberapa saat, Raisa menjadi semakin terbiasa dengan pekerjaannya. Setiap hari ia akan datang ke kantor dengan energi penuh dan membawa keceriaan di kantor. Sesekali, matanya terlihat berbinar seolah menantikan pujian dari Ivan.     

Ivan adalah pria yang hangat. Ia sering memuji dan menunjukkan dukungan pada Raisa. Apakah sikapnya itu membuat Raisa salah paham dan menumbuhkan perasaan yang tidak pernah ada sebelumnya?     

"Raisa adalah anak baik. Setelah Anya melahirkan, Aiden akan kembali bekerja dan aku akan menyerahkan Atmajaya Group kembali kepadanya. Setelah itu, mungkin aku akan pergi ke luar negeri dan mengurus cabang luar negeri. Raisa adalah putri satu-satunya di keluargamu. Apakah kalian rela membiarkannya pergi ke luar negeri bersamaku?" tanya Ivan.     

"Jangan khawatir, kami bisa mengunjunginya kapan pun," jawaban Raka itu membuat Ivan tidak bisa berkata apa-apa.     

Raka sangat mempercayainya, Raisa mencintainya, dan orang tua Raka menyukainya karena ia bisa membawa perubahan yang baik bagi Raisa.     

Ivan tidak memiliki alasan untuk menolak pernikahan ini.     

"Mungkin perasaan ini hanya sesaat. Mungkin ia akan menemukan pria yang dicintainya. Saat itu, belum terlambat untuk memutuskan," kata-kata Ivan sangat jelas. Ia tidak berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Ia berniat memberikan waktu bagi Raisa untuk memikirkan kembali perasaannya.     

Dan untuk sementara, ia tidak ingin membahas mengenai masalah pernikahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.