Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berkumpul di Bar



Berkumpul di Bar

0"Ayah, terlalu banyak orang di ruangan ini membuat Anya lelah. Akan lebih baik kalau Anya bisa beristirahat. Ayah juga harus istirahat," Aiden berusaha mengusir Bima secara halus agar tidak membuat keributan di dalam ruangan tersebut.     

Bima menghela napas panjang mendengarnya. "Baiklah, baiklah. Aku tidak akan memaksa Ivan lagi. Aku serahkan pernikahan Ivan pada Ivan sendiri. Karena aku sudah diusir, lebih baik aku pulang."     

Maria tertawa mendengarnya. Ia tahu ayahnya itu tidak tersinggung. "Aku akan menemani ayah pulang. Biar Anya bisa beristirahat."     

Setelah Bima pulang, Nadine dan Tara masih berniat untuk menemani Anya. Sementara itu, Harris tetap menanti tunangannya dengan sabar sambil berbincang-bincang dengan Aiden.     

Ivan hanya berbincang-bincang sejenak dengan Anya dan Aiden, dan kemudian berniat untuk pulang.     

"Tara, bisakah nanti kamu pulang dengan Harris dan Nadine? Aku ingin berbicara dengan Paman Ivan dulu. Aku akan menyusul nanti."     

Tara mengangguk dan kembali berbincang dengan Anya.     

Nico menghampiri Ivan dan merangkul pundaknya dengan sangat alami, seperti sudah terbiasa melakukannya. Ivan tidak suka disentuh oleh orang lain, tetapi ia tidak keberatan dengan sentuhan Nico.     

Ia sering melihat Nico merangkul pundak Aiden seperti ini, tetapi Nico tidak pernah sedekat itu dengannya. Sebenarnya, ia merasa sangat iri.     

"Anya, beristirahatlah. Aku akan pulang dulu," Ivan dan Nico pergi dari ruangan itu bersama-sama.     

Setelah memasuki lift, Nico langsung menelepon Raka dan membuat janji dengannya. "Raka, ayo kita pergi minum. Aku sedang bersama dengan Paman Ivan."     

"Apakah kamu keberatan kalau aku mengajak satu orang lagi? aku sedang bersama dengan Jonathan," jawab Raka.     

"Jonathan?"     

Setelah Toni dipenjara, Galih dan Indah mengabaikannya, tidak bernia tmmebantu keluarganya. Keara juga sudah memutuskan hubungannya dengan Toni agar semua perbuatannya tidak terbongkar.     

Sementara itu, Jonathan juga membenci ayahnya atas apa yang Toni perbuat pada ibu Alisa.     

Jonathan yang sekarang bertanggung jawab atas Keluarga Srijaya, tidak lagi memperhatikan ayah dan ibunya. Ia hanya memastikan bahwa hidup ibunya tercukupi, tidak berniat untuk membantu ayahnya keluar dari penjara.     

Keluarga Srijaya dan Keluarga Mahendra saling mengenal karena bekerja sama dalam bisnis mereka. itu sebabnya Raka dan Jonathan saling mengenal. Mereka menjadi semakin dekat karena kecocokan pribadi mereka satu sama lain.     

"Benar. Kak Ivan tidak akan keberatan. Terserah kamu saja," kata Raka.     

"Tidak apa-apa, ajak saja. Semakin ramai semakin baik," jawab Nico.     

Setelah Nico menutup telepon, Ivan langsung berkata padanya, "Aku lelah. Aku ingin pulang dan istirahat."     

"Paman, umurmu masih kepala 3. Mengapa kamu hidup seperti pria tua? Mengapa kamu pulang sangat cepat? Sekarang bahkan belum jam delapan. Apakah kamu tidak ingin tahu apa yang Raka pikirkan mengenai pernikahanmu dengan Raisa?" Nico memaksa Ivan untuk ikut nongkrong dengannya.     

Akhirnya, Ivan tidak punya pilihan lain selain mengikuti permintaan Nico. Lagi pula, Ini adalah pertama kalinya Nico berusaha untuk lebih dekat dengannya dan Ivan tidak mau menolak.     

Raka dan Jonathan tiba lebih awal di sebuah bar. Mereka menyewa sebuah tempat privat agar tidak terganggu dengan keberadaan orang lain.     

Begitu Nico datang, ia langsung menyapa Jonathan. "Jonathan, apakah kamu sudah tahu?"     

"Tahu apa? Bahwa paman dan bibiku menemukan putrinya? Seharusnya kamu memanggilku paman. Aku adalah sepupu bibimu," kata Jonathan dengan sengaja.     

"Apa maksudnya? Anya sudah menemukan orang tuanya?" kata Raka dengan semangat.     

"Benar. Ternyata bibiku dan Keara bersaudara. Pantas saja wajah mereka sangat mirip," jawab Nico.     

"Tidak mirip!" Raka, Ivan dan Jonathan berbicara pada saat yang bersamaan, membuat Nico tertawa terbahak-bahak.     

Untuk menutupi rasa malunya, Jonathan langsung mengangkat gelas di hadapannya. Raka menendang kaki Nico dengan kesal. Sementara Ivan tetap terlihat tenang.     

"Tara sudah menerima lamaranku, tetapi sepertinya ia tidak puas dengan kepribadianku. Sekarang aku sedang dalam masa pembenahan diri. Tara bahkan membatasi jam malamku dan menyuruhku untuk pulang sebelum jam 12. Aku benar-benar seperti cinderella yang menyedihkan," Nico mengangkat gelasnya. "Ayo kita minum, paman-paman!"     

"Siapa yang pamanmu? Jangan buat aku terdengar tua seperti itu," kata Jonathan sambil tersenyum.     

"Bibiku kan sepupumu, jadi kamu adalah pamanku. Dan Raka juga. Raisa akan segera menikah dengan Paman Ivan sehingga Raka akan menjadi pamanku. Aku sudah punya dua paman, sekarang aku mendapatkan dua paman baru. Apakah aku terlihat seperti anak yang kekurangan paman," keluh Nico.     

Ketika mendengar kata-kata Nico, Raka langsung menepuk kepala Nico. "Keponakan, dengarkan kata-kata paman-pamanmu ini."     

"Menyingkirlah!" Nico segera menepis tangan Raka.     

Jonathan tertawa kecil melihatnya. "Tidak ada yang mau menjadi pamanmu. Jangan sebut kami sebagai paman. Kalau tidak ada para orang tua, anggap saja kami adalah temanmu."     

"Raka, ibumu membahas mengenai pernikahan pada ayahku dan bilang bahwa Raisa menyukaiku. Apakah kamu mengetahuinya?" tanya Ivan tiba-tiba.     

Saat mereka sedang berbicara, tiba-tiba saja seorang gadis masuk ke dalam ruangan itu sambil membawa sebuah keranjang di tangan kanannya dan buket bunga mawar di tangan kirinya. "Permisi, apakah ada yang ingin membeli bunga?"     

"Gadis kecil, apakah kamu tidak lihat hanya ada pria di sini? Siapa yang harus aku beri bunga?" kata Nico dengan sengaja.     

Raka langsung menegurnya dengan suara rendah, "Nico, kalau kamu tidak berniat membelinya, jangan menggodanya. Ia hanya ingin berjualan."     

Nico membalas teguran Raka itu dengan suara yang sama pelannya. "Aku tahu gadis ini. Ia adalah Della, anak adopsi dari Keluarga Mawardi. Gadis yang melarikan diri dari pernikahannya."     

Raka menatap ke arah gadis itu. "Keluarga Mawardi mengadopsi anak perempuan untuk dijadikan menantu?"     

"Kalian para jomblo tidak usah membeli bunga. Biar aku dan Paman Ivan yang membeli bunga untuk tunangan kami. Nanti kalau aku pulang terlambat, aku bisa bilang pada Tara bahwa aku terlambat karena mencarikannya bunga," Nico tersenyum saat mengatakannya.     

Jonathan menggelengkan kepalanya. "Tara tidak akan mudah tertipu."     

Begitu Della mendengar bahwa Nico ingin membeli sesuatu, ia langsung menghampirinya dan tersenyum. "Tuan, bunga ini sangat segar, baru saja dipetik. Kalau disimpan di dalam vas, bunga ini bisa bertahan beberapa minggu. Bunga yang indah ini bisa Anda berikan pada kekasih atau istri Anda, atau mungkin ibu Anda."     

"Apa yang ada di keranjang itu?" tanya Jonathan dengan penasaran.     

Della tidak mengenal pria-pria yang duduk di sofa ini. tetapi saat melihat keempat pria di hadapannya, ia merasa keempat pria ini tidak sekasar pria-pria lainnya yang berada di bar.     

Ia tidak terlalu takut dan tidak gugup.     

Begitu mendekat ke meja mereka, ia setengah berlutut di samping meja dan meletakkan keranjang yang dibawanya di atas meja.     

Saat Jonathan sedang melihat isinya, Nico mengambil kondom dengan berbagai jenis dan warna sambil bercanda. "Kalian orang-orang jomblo tidak akan bisa menggunakan ini. Walaupun Paman Ivan punya tunangan, ia juga tidak bisa menggunakannya."     

Ketika mendengar kata-kata Nico, Raka langsung menendang kakinya di bawah meja. Tetapi karena sudah terbiasa dengan tendangan Raka, Nico berhasil menghindarinya. Ia bersandar di sofa sambil tertawa terbahak-bahak.     

Di bawah sinar lampu yang redup, Ivan melihat wajah Della lebih jelas. Matanya tiba-tiba saja membeku, terpaku pada wajah itu. Bibirnya ternganga saat menatap wajah itu lekat-lekat.     

"Apakah ada yang ingin Anda beli, Tuan?" tanya Della dengan suaranya yang jernih.     

"Siapa namamu?" tanya Ivan.     

Nico melihat pamannya dengan bingung.     

Ia mendekat ke arah pamannya dan bertanya dengan suara pelan. "Paman, ada apa?"     

"Ia mirip seseorang," jawab Ivan dengan suara pelan.     

Nico memperhatikan wajah Della dengan lebih jelas dan kemudian tertegun melihatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.