Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sakit Lutut



Sakit Lutut

0Detik demi detik berlalu, berganti menjadi jam.     

"Aiden, kamu jahat!" kata Anya dengan kesal.     

Aiden mengajak Anya untuk bercinta sepanjang malam, membuat tubuh Anya kelelahan. Rasanya seluruh tubuhnya lemas dan ia tidak punya tulang.     

"Aku tidak bisa membatalkan hadiahku untuk Arka dan Aksa," Aiden terus menunjukkan cintanya pada Anya, tidak peduli berapa jam pun sudah berlalu.     

Lama kelamaan, suara Anya menjadi serak karena terlalu banyak berteriak. Sebelum ia tertidur, ia bergumam dengan kesal. "Dasar pebisnis jahat."     

Aiden tersenyum melihat keluhan istri kecilnya itu.     

Saat melihat istrinya sudah tertidur lelap, ia langsung menyelimuti Anya dan mengecup keningnya sebelum pergi ke kamar mandi.     

Ketika ia hendak bangkit berdiri, rasa sakit di lututnya kembali muncul. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada kakinya. Apakah itu karena ia terlalu kelelahan?     

Ia bangkit berdiri dengan bantuan topangan dari ujung tempat tidur dan berjalan perlahan menuju ke kamar mandi.     

Ia masuk ke dalam bathtub dan merendam lututnya itu dengan air panas. Air panas itu membuat rasa sakit di lututnya sedikit berkurang.     

Tangannya memegang lutut itu dan merasakan firasat buruk di hatinya.     

…     

Setelah keluar dari kamar mandi, Aiden langsung menelepon dokternya di luar negeri. Ia menjelaskan semua gejala yang terjadi pada lututnya.     

"Dari gejala yang Anda sebutkan, saya rasa Anda mengalami osteosarcoma. Tetapi untuk lebih jelasnya lagi, Anda harus menjalani pemeriksaan secara langsung."     

Wajah Aiden menjadi serius saat mendengarnya. "Apa yang terjadi kalau aku benar-benar menderita osteosarcoma?"     

"Di tahap awal, lutut Anda akan merasakan rasa sakit dan kesemutan. Kalau kondisinya yang memburuk, rasa sakit itu akan terus menetap, tidak hanya pada saat-saat tertentu saja. Bisa juga terjadi pembengkakan pada area tertentu."     

"Saat ini aku sedang berlibur dengan keluargaku. Berapa lama aku bisa menunda pengobatannya?" tanya Aiden.     

"Kalau tidak segera diobati, kondisinya bisa semakin memburuk dan mempengaruhi kinerja sendi dan otot. Saya sarankan untuk tidak menunda pengobatan ini. Sekarang, ilmu medis sudah sangat canggih. Semakin cepat diobati akan lebih baik," kata dokter tiu dengan cemas.     

"Baiklah, dokter. Aku akan mengurusnya secepat mungkin. Terima kasih!" Aiden langsung menutup teleponnya dan menyalakan laptopnya untuk mencari tahu mengenai penyakit ini.     

Osteosarcoma merupakan sebuah tumor yang terjadi pada tulang. Penyakit ini bisa disembuhkan melalui operasi mau pun kemoterapi. Kasus yang paling serius dalam osteosarcoma bahkan bisa menyebabkan amputasi.     

Melihat semua informasi itu, Aiden tidak ingin memeriksakan kondisinya. Ia tahu bahwa dokter tersebut hanya bisa berasumsi karena tidak memeriksanya secara langsung. Tetapi ia takut hasilnya akan buruk.     

Anak-anaknya masih sangat kecil. Dan Anya pun masih sangat muda. Ia masih ingin menjadi Aiden yang bisa diandalkan oleh mereka semua.     

Bagaimana bisa ia melindungi mereka semua kalau ia harus diamputasi?     

Kalau ia tidak memeriksakan dirinya, ia masih punya harapan. Mungkin ia hanya kelelahan atau mungkin hanya radang sendi biasa.     

Tetapi setelah memeriksakan diri, Aiden tidak punya harapan lagi.     

Ia ingin selalu melindungi Anya, berada di sampingnya saat ia tumbuh menjadi wanita yang cantik dan percaya diri.     

Ia ingin berjalan di samping dua putranya, melihat mereka membangun keluarga mereka sendiri.     

Aiden punya banyak hal yang masih harus ia lakukan, tetapi ia takut ia tidak bisa melakukannya.     

…     

Beberapa minggu Aiden habiskan di pulau bersama dengan keluarga kecil mereka. Hidup mereka terasa sangat damai dan tenang di sana.     

Mereka berjalan menyusuri pantai, bersama dengan Arka dan Aksa.     

Tidak perlu memikirkan pekerjaan, tidak perlu memikirkan siapa pun.     

Aiden merasa tidak seperti dirinya yang biasanya. Ia merasa sangat tenang dan tanpa beban.     

Dan menurut pengamatannya, depresi yang Anya alam juga semakin membaik.     

Anya menyibukkan dirinya setiap hari. Memasak, membuat kue, bermain bersama dengan Arka dan Aksa dan berjalan-jalan di pantai     

Hari-hari bahagia memang berlalu dengan sangat cepat. Dalam sekejam mata, hari Valentine akan segera tiba.     

Malam ini, Anya memasakkan steak untuk Aiden. Setelah dua tahun kuliah di luar negeri dan hidup sendiri, Anya jauh lebih mandiri. Ia juga bisa memasak masakan barat.     

Saat makan, Anya bertanya. "Apa ada yang kamu pikirkan?"     

Aiden memandang Anya sambil berpikir. Setelah merenung sejenak, Aiden memutuskan untuk tidak memberitahu Anya mengenai penyakitnya. Ia tidak mau Anya khawatir.     

"Aku tidak ingin pulang," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Tetapi aku ingin mengadakan acara di Iris saat hari Valentine. Bukankah aku sudah berjanji akan menemui orang-orang di hari Valentine. Apakah kamu khawatir padaku? Atau ada hal lain yang kamu pikirkan?" tanya Anya.     

"Aku tidak khawatir. Aku tahu kamu pasti bisa melawan depresimu. Aku yakin kamu bisa membaik. Selama beberapa minggu terakhir ini, kamu terlihat bahagia dan senang," Aiden berusaha untuk menanamkan hal-hal positif pada Anya setiap hari.     

Anya mengangguk dan kemudian memandang Aiden, "Aiden, kalau suatu hari kamu bangun dan tidak bisa menemukan aku. Apa yang akan kamu lakukan?"     

Aiden terkejut mendengar pertanyaan itu, "Anya …"     

"Hanya pertanyaan iseng saja. Jangan khawatir. Aku hanya penasaran bagaimana kalau kamu bangun dan tidak menemukan aku di sampingmu. Apa yang akan kamu lakukan kalau aku menghilang?" tanya Anya sambil tersenyum.     

"Aku akan mencarimu, hingga ke ujung dunia sekalipun," kata Aiden dengan serius. "Jangan pernah tinggalkan aku tanpa pamit. Aku pasti akan sangat khawatir."     

"Aku tidak akan pergi ke mana pun. Kalau aku pergi, aku akan memberitahumu dulu," Anya mengangguk.     

Malam itu, mereka benar-benar enggan untuk melepaskan satu sama lain.     

Namun, sepertinya perpisahan itu tidak bisa dihindarkan.     

Setelah hari Valentine, Aiden akan pergi ke luar negeri untuk memeriksakan kondisi lututnya. Sementara itu, Anya berniat untuk pergi.     

Ia tidak memberitahu Aiden bahwa depresi yang ia alami sama sekali tidak membaik.     

Beberapa hari terakhir ini, ia berusaha keras untuk memasang topeng di wajahnya. Menunjukkan senyum yang termanis, tanpa memberitahu perasaannya yang sebenarnya.     

Ia tidak mau Aiden khawatir padanya.     

Karena Aiden memikirkan hal lain, ia bahkan tidak menyadari bahwa Anya hanya berpura-pura di hadapannya. Ia pikir Anya sudah pulih.     

Tetapi sebenarnya, penyakit ini mulai menggerogoti Anya dari dalam, menghabiskan semua kepercayaan diri dan keberaniannya sebagai Anya yang dulu.     

…     

Di hari Valentine, Iris mengadakan lelang parfum terbatas edisi Valentine. Dan parfum tersebut terjual dengan harga 100 juta rupiah.     

Tidak disangka, orang yang membelinya adalah Jessica.     

Saat Jessica datang ke Iris untuk membayar, Anya menyapanya sambil tersenyum. "Selamat, Jessica. Kamu telah memenangkan parfum edisi terbatas dari Iris."     

"Terima kasih. Aku minta maaf karena pernah menyinggungmu sebelumnya. Aku harap kamu tidak menyimpan dendam," kata Jessica dengan sopan.     

"Tidak mudah bagimu untuk mengatakan maaf. Aku dengar, ayahku dan Aiden akan membeli Hermawan Group. Kalau kamu membeli parfumku dengan harga yang mahal seperti ini, apakah kamu tidak akan kehabisan uang?" tanya Anya dengan wajah polos.     

Jessica mengepalkan tangannya dengan marah, "Anya, mengapa kita harus bersaing seperti ini …"     

"Bersaing? Apa yang aku saingkan denganmu? Aiden tidak pernah menyukaimu. Aku tidak akan pernah menganggap wanita yang tidak pernah dipandang oleh Aiden sebagai saingan," sela Anya.     

Baginya, Jessica hanya buta karena cinta. Ia buta sehingga tidak bisa melihat bahwa Aiden sama sekali tidak punya perasaan padanya.     

Galih dan Aiden mengakuisisi Hermawan Group bukan hanya untuk melampiaskan kemarahan Anya saja, tetapi juga untuk mendapatkan keuntungan.     

Sekarang, Hermawan Group sudah tidak memiliki apa pun.     

Jessica sudah tidak berarti lagi.     

"Anya, jangan berpuas diri dulu. Lihat saja nanti," Jessica pergi dengan marah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.