Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Langsung Pergi ke Kantor



Langsung Pergi ke Kantor

0Bibir mereka tidak terpisahkan hingga mobil mereka berhenti tepat di depan gedung Atmajaya Group.     

"Tuan, kita sudah tiba," meski dipisahkan oleh sekat, Abdi bisa mengetahui apa yang terjadi di kursi belakang. Namun, ia berpura-pura tidak bisa mendengar apa pun. Bahkan untuk menoleh saja ia tidak berani.     

Anya merasa kakinya lemas dan ia tidak berjalan dengan seimbang. Aiden langsung menggendongnya. Tidak peduli meski semua orang yang berada di sana memandang ke arah mereka, ia langsung berjalan menuju ke arah lift khusus CEO dan langsung menuju ke kantornya.     

Harris tersenyum melihat kedatangan mereka dan membiarkan mereka untuk menikmati waktu mereka berdua. Ia langsung pergi ke arah kantor sekretaris dan berkata, "Tuan Aiden sedang sibuk. Jangan ada yang mengganggunya hingga jam dua siang nanti."     

"Tetapi ini baru jam 11 siang. Apakah Tuan Aiden bisa … ehem … sampai tiga jam?"     

"Stamina Tuan memang sungguh luar biasa."     

"Tuan masih sangat muda dan memiliki tubuh yang kuat. Nyonya benar-benar beruntung!"     

"Aku benar-benar iri. Aku juga ingin punya kekasih seperti itu!"     

"Tuan sedang berada dalam masa jayanya. Nyonya juga masih muda dan sangat cantik. Kita juga mengerti dan tidak akan mengganggu mereka! Jangan khawatir Asisten Harris!"     

"Asisten Harris, bagaimana pernikahanmu? Sepertinya kamu juga terlihat sangat bahagia!"     

Harris langsung berdehem. "Apakah kalian tidak punya pekerjaan? Tidak mau mendapatkan bonus bulan ini?" tegur Harris dengan wajah memerah, tidak mampu untuk menyembunyikan rasa malu saat para sekretaris itu menanyakan mengenai rumah tangganya.     

Pada sekretaris itu langsung tersenyum menggodanya. Biasanya, Harris selalu tenang dan dingin, sama seperti Tuan mereka. Tetapi kalau masalah istri, mereka berdua sama-sama budak istri mereka.     

"Asisten Harris, bagaimana dengan makan siang Tuan dan Nyonya? Apakah kamu mau memesannya?" tanya salah satu sekretaris.     

"Tidak. Nanti biar orang rumah yang mengirimkan makanan untuk Tuan dan Nyonya," kata Harris sebelum pergi.     

Setelah Anya melahirkan, Hana lah yang selalu mengatur makanan dan nutrisi untuk Anya.     

Hal yang paling menarik adalah, Harris bisa menghentikan semua orang agar tidak mengganggu Aiden. tetapi ia tidak bisa menghentikan ibunya yang terlalu bersemangat.     

Hana langsung menelepon Anya, "Anya, di rumah sudah ada sup ayam. Apakah ada yang ingin kamu makan siang ini? Biar ibu buatkan untukmu!"     

Anya sedang berada di dalam kamar Aiden yang berhubungan dengan ruang kantor. Begitu ia masuk ke dalam kamar, Aiden langsung menahannya di tempat tidur.     

Namun sayangnya, panggilan dari Hana mengganggu momen mereka berdua.     

"Bu Hana, aku dan Aiden langsung pergi ke kantor siang ini. Tolong kirimkan makanan ke sini. Bu Hana bisa memasakkan apa pun," saat Anya menjawab panggilan tersebut, tangan Aiden mengelus pinggangnya berulang kali.     

"Baiklah, nanti akan aku kirimkan ke kantor," akhirnya, Hana mengakhiri panggilan. Aiden langsung mengambil ponsel Anya dan mengubahnya menjadi mode diam agar tidak ada yang mengganggu mereka lagi.     

Setelah melemparkan ponsel itu, Aiden mendekat ke arah Anya, melihat mata istrinya yang memancarkan sedikit rasa malu, meski mereka sudah bersama cukup lama.     

Senyum di bibir Aiden semakin melebar. Ia menundukkan kepalanya untuk mengulum bibir Anya dengan lembut.     

Anya bisa merasakan detak jantungnya yang berdebar sangat keras saat memandang ke arah suaminya. "Tuan Atmajaya, bukankah kamu sibuk? Ini bahkan belum jam makan siang?"     

"Aku ingin mencium istriku sendiri. Apakah aku perlu melihat waktu untuk melakukannya?" Aiden merapikan anak-anak rambut yang berantakan dan membelai wajah Anya dengna lembut.     

"Bagaimana kalau orang-orang kantormu mengeluh karena kecantikanku mengganggu pekerjaanmu?" tanya Anya dengan wajah serius.     

"Biar saja. Aku tidak keberatan digganggu dengan kecantikanmu," Aiden menundukkan kepalanya sekali lagi dan mencium Anya lebih dalam.     

Anya tertawa kecil mendengar jawaban Aiden. Setelah itu, ciuman-ciuman Aiden membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih.     

Sementara itu, Aiden begitu bersemangat. Ia sengaja tidak ingin pulang dan langsung pergi ke kantor bersama dengan Anya karena ia tidak mau ada yang mengganggunya.     

Ia menggunakan kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, tidak menekan tubuh Anya di bawahnya tetapi tetap menahannya agar tidak bisa pergi ke ke mana pun. Aroma tubuh Anya tercium dengan jelas di hidung Aiden.     

Aroma yang samar itu seperti memiliki kekuatan sihir yang bisa membuat Aiden kehilangan semua akal sehatnya dan membangunkan gairah yang tersembunyi di lubuk hatinya yang terdalam.     

Jakunnya terlihat bergerak ke atas ke bawah saat ia menelan ludah berulang kali. Tangannya yang besar menarik pinggang Anya, seolah berusaha untuk mendekatkan tubuh mereka yang sudah tidak berjarak lagi, sambil terus memperdalam ciumannya.     

"Aiden …" bisik Anya dengan suara yang sedikit serak. Tangannya memegang lengan Aiden, seolah ingin menggunakannya sebagai penopang. Ia merasa tenggelam dalam pesona Aiden yang luar biasa.     

Tidak peduli meski mereka sudah lama bersama, Anya akan terus tenggelam dalam pesona itu.     

Selama Aiden mau,tidak peduli di mana pun dan kapan pun, ia bisa memintanya. Anya tidak akan pernah bisa menolak Aiden karena ia benar-benar sudah jatuh cinta setengah mati pada Aiden. Dan Aiden merasa sangat puas dengan reaksi istrinya itu karena sama halnya dengan Anya, ia juga sudah cinta mati pada Anya!     

Setelah mereka bercinta, akhirnya Aiden tertidur lelap sambil tetap memeluk Anya dekat dengan dadanya.     

Ia begadang dan bekerja hingga subuh, menyelesaikan semua pekerjaannya agar bisa menjemput Anya lebih awal. Sekarang lelah mengambil alih tubuhnya sehingga ia tertidur.     

Tidak seperti biasanya, di mana Anya yang akan tertidur lelap terlebih dahulu karena kelelahan. Kali ini, Anya bisa memandangi wajah suaminya saat tertidur.     

Ia menopang kepalanya dengan kedua tangannya sambil memandang Aiden yang tertidur dengan wajah penuh damai.     

Senyum muncul di bibir Anya. ia mengecup kening Aiden dengan lembut, sebelum bangkit berdiri dan pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Anya mencari pakaian yang bisa ia gunakan sebagai baju ganti sementara.     

Saat membuka lemari, Anya ingin mengambil salah satu kemeja Aiden, tetapi ia tidak menyangka akan ada sebuah gaun di dalamnya dan gaun itu terlihat masih baru. Setelah mencobanya, Anya baru sadar bahwa gaun itu sangat pas dengan ukurannya.     

Seperti ini lah suaminya. Meski Aiden tidak tahu kapan Anya akan mengunjungi kantornya dan kapan Anya akan menggunakan kamar ini, ia sudah mempersiapkan segalanya. Di tempatnya, di teritorinya, akan selalu ada barang-barang untuk Anya. dan itu membuat Anya sangat tersentuh!     

Pada jam 2 siang, Aiden bangun dari tidurnya. Ia tidak melihat Anya di dekatnya sehingga ia langsung keluar dari kamar.     

Di ruangan kantornya, Anya sedang mengenakan gaun panjang yang nyaman dengan rambut yang diikat satu, membuatnya terlihat sangat segar.     

Ia sedang minum jus dari sebuah gelas sambil melihat ponselnya.     

"Apa yang sedang kamu lihat?" tanya Aiden.     

"Kamu sudah bangun! Ayo kita makan!" Anya langsung meletakkan ponselnya dan mengeluarkan semua bungkusan makanan dari rumah.     

"Kepalaku sedikit pusing setelah tidur," kata Aiden.     

"Aku akan memijatmu setelah makan siang."     

Aiden menggangguk dan duduk di hadapan Anya.     

Setelah makan siang, Aiden menjawab telepon dan kembali menyibukkan dirinya di meja kerjanya.     

Anya merasa bosan. Setelah duduk di sofa untuk beberapa saat, akhirnya ia menguap dan memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan tidur siang.     

Waktu menunjukkan pukul tiga sore dan Aiden merasa kepalanya semakin pusing. Ia menyingkirkan semua pekerjaannya dan ikut masuk ke dalam kamar.     

"Ada apa? Apakah pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Anya.     

"Kepalaku pusing. Aku ingin istirahat sebentar," Aiden berbaring di samping Anya.     

Anya langsung mengulurkan tangannya dan memijat kepalanya. "Pejamkan matamu. Aku akan memijat kepalamu."     

Aiden menuruti kata-kata istrinya. Ia memejamkan matanya, membiarkan Anya memangku kepalanya sambil memijatnya. Berada di dekat istrinya membuatnya sangat tenang. Mendengarkan suara nafas mereka yang teratur, lama kelamaan ia merasa kepalanya sedikit membaik.     

Anya sudah mempelajari teknik-teknik pijat dari Tara sehingga sekarang ia semakin mahir untuk memijat. Pijatannya itu membuat Aiden tenang dan tertidur lelap.     

Meski Aiden sudah tidur, Anya terus memijatnya hingga tangannya lelah. Saat ia menundukkan kepala, Anya merasa lega melihat Aiden tertidur.     

Ia meletakkan kepala Aiden di bantal dan keluar dari ruangan.     

Ketika pintu ruangan Aiden terbuka, seseorang dari kantor sekretaris langsung datang menghampiri.     

"Nyonya, apakah Anda butuh sesuatu? Katakan saja pada saya," kata sekretaris itu dengan sopan.     

"Kalau Harris sedang tidak sibuk, suruh dia menemui aku," kata Anya.     

Anya merasa khawatir dengan kesehatan suaminya. Tiba-tiba saja Aiden merasa sakit kepala. Anya tidak tahu apakah ini terjadi karena Aiden kurang tidur semalam atau ada sesuatu pada kesehatannya.     

Saat tahu bahwa Anya mencarinya, Harris langsung menghampirinya dengan cepat.     

"Nyonya, apakah Anda mencari saya?" Harris masuk ke dalam ruangan dan melihat Anya duduk di sofa sambil memegang ponselnya.     

"Harris, masuklah. Duduk di sini!" kata Anya. Baginya, Harris bukan hanya bawahan Aiden. Ia bukan hanya karyawan di Atmajaya Group, tetapi juga suami Nadine, yang merupakan keluarganya.     

Harris duduk di hadapan Anya, mengambil inisiatif menuangkan teh untuk Anya. "Saya tidak tahu mengapa Nyonya mencari saya. Apakah ada yang Anda butuhkan?"     

"Ada dua hal yang ingin aku tanyakan padamu. kapan Aiden terakhir kali memeriksakan kesehatannya dan bagaimana kesehatannya sekarang?" tanya Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.