Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hari Pertama Pergi



Hari Pertama Pergi

0Anya langsung tertawa terbahak-bahak. "Apakah sesulit itu untuk menebaknya, Nico? Itu artinya, Tara memberikan sesuatu pada obatmu. Kalau kamu tidak meminum obat penawar, kamu akan merasakan efek sampingnya. Dan kamu sudah minum obatnya selama tiga bulan. Itu artinya kamu sudah teracuni sangat dalam dan menunggu hingga obat itu menyerang. Jangan sampai kamu membuat Tara sedih!"     

"Tara, apa yang sudah aku lakukan sehingga kamu meracuniku?" Nico hampir menangis sangat mengetahuinya.     

"Kamu tidak salah apa pun, tetapi bukan berarti kamu tidak akan melakukan kesalahan saat berada di lokasi syuting. Aku hanya melakukan pencegahan. Kamu masih muda dan kamu mudah tergoda. Aku takut kamu akan selingkuh dariku. Apakah kamu mengerti?" kata Tara.     

"Kamu harus memberitahuku, apa efek samping dari racun ini?" tanya Nico dengan cemas.     

"Racun ini akan membuatmu tidak bisa melakukan apa pun pada wanita lain. Kamu akan merasa gugup dan kesulitan bernapas kalau kamu ingin melakukan hal yang aneh-aneh," kata Tara.     

Nico merasa mati rasa saat mendengarnya. "Tetapi aku kan akan syuting. Bagaimana aku bisa cuek pada lawan bermainku? Apakah kamu mau mengganti semua pemeran wanita di set menjadi pemeran pria?"     

"Kamu bisa berpura-pura, tetapi jangan sampai tertawa perasaan. Gunakan kemampuan aktingmu dan jangan jatuh cinta para pemeran perempuannya. Pokoknya, aku sudah bilang kamu akan merasa gugup dan kesulitan bernapas kalau kamu memikirkan hal yang aneh-aneh. Kalau kamu pergi ke hotel bersama dengan seseorang, mungkin kamu akan mati di sana."     

Tara mengatakannya dengan sangat tenang, tetapi membuat Nico benar-benar ketakutan setengah mati.     

Anya menertawakan Nico dan kemudian berkata pada Aiden. "Aiden, kamu kana pamannya, kamu tidak mau mengatakan apa pun?"     

"Kalau ia berselingkuh dari istrinya yang sedang hamil, ia pantas untuk mati!" kata Aiden dengan dingin.     

"Apa yang kalian katakan? Kalian sama sekali tidak percaya padaku. Bahkan istriku sendiri tidak ragu untuk meracuni aku. Apakah aku tidak bertanggung jawab?" tanya Nico dengan marah.     

"Iya," jawab Anya.     

"Benar sekali," Tara mengangguk."     

"Ketika semua orang tidak percaya padamu, coba lihat dirimu dan cari tahu apa alasannya mengapa tidak ada orang yang percaya padamu. apakah kamu mengerti?" Aiden mengabaikan Nico, memejamkan matanya untuk bersantai di hari libur yang jarang ia dapatkan.     

Nico beralih untuk memandang Tara. "Tara, kamu meracuniku karena kamu mencintaiku dan takut aku berbuat salah, kan?"     

"Benar," Tara tidak mengelak.     

"Aku memang kekanakan, tetapi aku sudah berjanji akan berubah. Aku akan menjagamu dan anak-anak kita nanti," Nico mengecup punggung tangan Tara dan menariknya ke dalam pelukannya.     

…     

Keesokan paginya, Nico kembali ke kota.     

Aiden dan Anya baru saja bangun, sementara Indah sudah sarapan bersama dengan Arka dan Aksa dan mengajak mereka bermain.     

"Tara, ayo sarapan," Anya memanggil Tara dan melihat sahabatnya itu sedang duduk sendirian di pinggir jendela sambil melamun.     

Tara menoleh dan memandang Anya, "Apakah seharusnya aku tidak membiarkannya pergi?"     

"Biar Nico mendapatkan pengalaman di luar sana," hibur Anya.     

"Aku tidak meracuninya. Aku hanya menakut-nakutinya," Tara bangkit berdiri dan berjalan ke luar ditemani oleh Anya.     

"Kita semua tahu. Hanya Nico saja yang tidak tahu," Anya mengatakan hal ini sambil tertawa. "Apakah kamu melihat ekspresinya kemarin? Ia begitu ketakutan hingga wajahnya memucat."     

"Nico memang terlihat bodoh, tetapi sebenarnya ia sangat bertanggung jawab. Jangan khawatir," Aiden juga duduk di meja makan.     

Tara diam-diam memandang ke arah Anya dengan cemas dan Anya membalas pandangan itu dengan tatapan mendukung agar Tara tidak takut.     

Aiden memang terlihat sangat menakutkan, meski sebenarnya ia sangat baik, terutama pada keluarganya sendiri.     

Tetapi itu hanya menurut Anya. bagi Tara, Aiden sulit untuk didekati.     

Anya membantu Tara untuk duduk dan mengambilkan bantal untuk pinggang Tara agar ia bisa bersandar dengan lebih nyaman.     

"Nico tidak ada di sini. Biar kami yang mengurusmu. Katakan padaku, apa yang kamu inginkan," setelah Anya duduk, ia langsung mengambilkan semangkuk bubur untuk Tara dan kemudian mengambil berbagai makanan yang lezat.     

Tara tertawa. "Aku mau yang enak-enak."     

"Itu tidak masalah. Aku juga suka masakan khas daerah sini. Nanti siang, kita bisa cari makanan," kata Anya dengan senang.     

"Besok aku harus kembali," kata Aiden sambil makan.     

"Bukankah di sini ada para pengawalmu? Ibu juga menemaniku. Jangan khawatir, kembalilah bekerja. Aku akan menjaga Tra," Anya sama sekali tidak takut dan trauma terhadap penculikannya beberapa bulan lalu.     

"Kami akan kembali di akhir bulan," kata Tara.     

Aiden tidak ingin berpisah dari Anya, tetapi Nico sedang syuting sekarang. Kalau ia tidak kembali ke Atmajaya Group, semua pekerjaan akan diserahkan pada Ivan. Sementara itu, Ivan baru saja menikah dan ia tidak dalam suasana hati untuk melakukan pekerjaannya."     

"Imel meninggal," kata Aiden tiba-tiba.     

"Kapan?" Anya terkejut mendengar berita yang mendadak ini.     

"Tadi pagi," jawab Aiden.     

"Ia ingin Kak Ivan dan Raisa bersama. Sekarang setelah mereka menikah, Imel sudah mencapai keinginannya. Sudah tidak ada penyesalan lagi," Anya menghela napas panjang. "Apakah kita harus kembali?"     

"Kak Ivan bilang ia ingin mengurus masalah ini dengan sederhana. Kita tidak perlu datang," kata Aiden.     

"Apakah Imel benar-benar mati?" tanya Tara tiba-tiba.     

"Tara, jangan berpikir macam-macam. Kak Ivan tidak akan melakukan hal yang sama dengan ayahku," Anya sangat mengenal Ivan. Ia tahu mana yang benar dan mana yang salah dan tidak akan pernah melakukan hal semacam itu.     

"Kak Maria bilang bahwa ayah melihat tubuh Imel dan ia menangis," kata Aiden.     

Imel cukup istimewa di hati Bima sehingga ia pasti turut sedih saat melihat kematian Imel. Meski Imel telah melakukan banyak kesalahan, Bima pernah mencintainya. Tentu saja Imel memiliki tempat khusus di hati Bima.     

"Kita harus sering-sering menemani ayah. Ia sudah tua dan kesepian," kata Anya.     

"Ia sudah punya teman," Aiden tidak mengatakannya dengan jelas, tetapi Anya bisa menebaknya.     

"Aku dengar, anak Nenek Marsha tidak setuju kalau ibunya ingin menikah lagi?" saat mereka sedang berbincang-bincang, Tara sudah menghabiskan buburnya dan sedang makan bakso.     

"Kalau mereka tidak setuju juga tidak apa-apa. Setidaknya mereka bisa minum teh dan mengobrol bersama," selama ada yang menemani Bima, tidak peduli apa hubungan mereka. Tidak harus istri, bisa saja teman atau kekasih, asalkan ia tidak kesepian.     

Aiden tidak banyak berbicara. Ia juga tidak keberatan dengan hubungan ayahnya. Tetapi sekarang, ternyata pihak yang satunya yang tidak setuju!     

Setelah sarapan, Aiden mengajak anak-anaknya untuk bermain. Jarang-jarang mereka bisa berlibur seperti ini. Menikmati pemandangan alam secara langsung membuat Arka dan Aksa merasa gembira.     

Arka dan Aksa baru saja belajar berjalan. Karena sering berjalan-jalan di perkebunan, sekarang mereka berdua bisa berjalan dengan lebih stabil dan mulai berlari-larian.     

Saat Aiden mengajak anak-anaknya bermain, Anya dan Indah menemani Tara karena khawatir Tara akan sedih dengan kepulangan Nico. Bagaimana pun juga, hari ini adalah hari pertama Nico pergi.     

Namun, sepertinya mereka memikirkan hal yang tidak penting.     

Setelah turun dari pesawat, Nico langsung mengirimkan banyak pesan untuk Tara.     

Ia menanyakan apa yang Tara makan saat sarapan dan menanyakan apa yang Tara lakukan. Nico seperti bayi yang sangat penasaran dan mengambil berbagai foto untuk menunjukkannya pada Tara.     

Meski Nico tidak ada di sana, Tara sama sekali tidak kesepian. Ia tersenyum sambil memegang ponselnya, merasa bahwa ia dan Nico sama sekali tidak terpisah karena ia bisa melihat apa yang Nico lihat saat ini.     

"Senyummu manis sekali. Kangen Nico ya!" goda Anya. "Nico terlalu narsis. Ia mengirim begitu banyak foto selfie!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.