Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Menjual Tanah



Menjual Tanah

0"Apakah kamu ingat Rudi, mantan kekasih Agnes? Ada kabar bahwa Kakek Bima menyukainya dan ingin menikahkan Jenny dengannya," Tara memberikan ponselnya pada Anya.     

"Mengapa aku tidak mengetahui hal sebesar ini?" Anya mengambil ponsel itu dari tangan Tara dan melihat pria di foto. "Memang tampan. Dari segi penampilan memang cocok dengan Jenny. Tidak heran ayah ingin menjodohkan mereka."     

"Kita semua tahu mengenai dia dan Agnes. Pria seperti itu, tidak peduli betapa hebatnya latar belakang keluarganya, penampilannya saja tidak berguna. Aiden adalah satu-satunya orang yang bisa meyakinkan kakek," niat Tara sangat jelas. Ia berharap Aiden menghentikan semua ini.     

Anya tertawa. "Tara, ternyata kamu perhatian juga ya. Kamu tidak mau Nico yang bertengkar dengan ayah sehingga kamu mau meminta bantuan dari Aiden."     

"Memangnya kamu tidak peduli?" kata Tara sambil meliriknya. Tara tahu bahwa Anya sangat menghargai hubungan keluarga.     

Meski tidak berhubungan darah dengan Jenny, Jenny adalah keponakan suaminya. Tentu saja Anya peduli padanya.     

"Panggil aku bibi dulu," kata Anya dengan sengaja.     

"Bibi, kebahagiaan Jenny ada di tanganmu. Aiden akan mendengarkanmu selama kamu mau menggodanya di tempat tidur. Karena masalah akting, Nico sudah membuat kakek marah. Kalau Nico lagi yang mendatangi kake untuk membicarakan masalah Jenny, aku rasa kita tidak akan bisa menghindari perjodohan ini," kata Tara, mengungkapkan kegelisahannya.     

Anya menepuk pundak Tara dan berkata, "Aku hanya bercanda. Aiden adalah paman Jenny dan ia juga harus memperhatikan keponakannya. meski aku tidak mengatakannya padanya, kalau ia tahu bahwa ayah akan menjodohkan Jenny dengan Rudi, ia tidak akan setuju."     

"Baiklah," Tara mengangguk.     

Pada jam delapan malam, Arka dan Aksa kelelahan dan kembali ke kamar mereka untuk beristirahat.     

Aiden dan Anya duduk-duduk di balkon sambil berbincang-bincang. Setelah mandi, Nico dan Tara juga mengikuti mereka untuk bersantai di balkon sambil menikmati angin malam.     

"Paman, berlibur di tempat ini menyenangkan juga, ya," setelah Nico duduk, ia mengambil anggur dan menuangkannya ke gelasnya.     

Tara langsung memelototinya.     

"Kamu tidak boleh. Minum jus saja!" kata Nico sambil memberikan segelas jus untuk Tara.     

Tara hanya bisa menghela napas panjang. Ia juga ingin minum anggur, tetapi kehamilan ini membuatnya tersiksa. "Apakah kalian ingat Jessica?"     

"Mengapa kamu tiba-tiba membicarakan wanita itu?" Nico melirik ke arah Aiden diam-diam, merasa sedikit takut membahas mengenai Jessica di hadapan pamannya. Ia ingat Anya sempat mengalami depresi karena Jessica.     

"Temanku melihatnya mondar-mandir di rumah Rudi Aditya. Apa yang ia lakukan ya, pergi ke rumah Rudi malam-malam?" kata Tara.     

Begitu Anya mendengar Tara membicarakan Rudi dan Jessica, ia langsung mengerutkan keningnya. Apakah pria seperti ini yang ayah mertuanya pilihkan untuk Jenny?     

Ia memegang tangan Aiden dan Aiden langsung mengulurkan tangannya untuk merangkul Anya ke dalam pelukannya.     

Anya berpindah tempat, mencari posisi yang lebih nyaman di pelukan Aiden.     

"Aiden, aku baru saja ingin memberitahumu mengenai Rudi. Hari ini kita tidak datang ke pesta di hotel, tetapi ayahmu mengatur perjodohan untuk Jenny. Sepertinya ayahmu memilih si Rudi ini," Anya memandang ke arah Tara diam-diam, seolah ingin memberitahu Tara bahwa ia tidak lupa menjelaskannya pada Aiden.     

Tara mengangguk dengan puas. Kalau Aiden turun tangan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.     

Nico tidak akan setuju kalau Jenny dijodohkan dengan Rudi. Tetapi ketidaksetujuannya tidak akan menyelesaikan masalah.     

Oleh karena itu, Aiden adalah orang yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah ini.     

Nico memutar-mutar gelas di tangannya dan menyesap anggurnya perlahan. "Agnes meninggal karena ia memilih wanita lain. Setelah ia membuang Agnes, akhirnya ia tidak menikah dengan wanita itu. Sekarang ia masih single. Pria seperti itu tidak pantas untuk Jenny. Dan Jessica sudah sering bolak balik pindah ke tempat tidur orang-orang kaya setelah kita membeli Hermawan Group."     

Anya memandang ke arah Aiden. "Aiden, bagaimana menurutmu?"     

"Aku setuju dengan perjodohan ini," kata Aiden dengan tenang.     

"Apa?" Nico, Anya dan Tara sama-sama terkejut dengan keputusan Aiden.     

"Setelah Rudi mengambil alih Aditya Group, ia mulai berinvestasi pada banyak proyek dalam negeri. Kerja sama dengan Keluarga Atmajaya bisa membantu keduanya untuk memasuki pasar domestik. Untuk memastikan kestabilan kerja sama, pertunangan adalah pilihan yang paling tepat. Ini bukan pernikahan, hanya pertunangan saja. Apa yang perlu ditakutkan?" kata Aiden dengan tidak peduli.     

Nico bersandar di kursinya. Ia dulu juga dijodohkan dengan alasan yang sama. Tetapi ia tidak ingin adiknya mengalami hal yang sama.     

Ia tidak mau Jenny dijodohkan bukan atas dasar cinta, melainkan kerja sama. Kalau mereka menemukan pasangan pilihan mereka, maka pertunangan itu bisa diakhiri begitu saja.     

"Paman, Rudi bukanlah pria baik-baik. Bagaimana kalau sampai Jenny menikah dengannya?" kata Nico dengan cemas.     

"Selama ada Keluarga Atmajaya, Jenny akan bahagia, tidak peduli siapa pun yang ia nikahi. Nico, kamu harus paham bahwa pernikahan Jenny bahagia atau tidak, hanya bergantung pada apakah Atmajaya Group masih bisa bertahan dan tetap sukses atau tidak."     

"Aku tidak mau Jenny menjadi korban atas pernikahan yang tidak bahagia. Apa gunanya ia memiliki keluarga yang besar dan hebat seperti Keluarga Atmajaya, kalau ia tidak bisa menikahi dengan pria yang diinginkannya dan hidup bahagia?" Nico menghela napas panjang.     

"Aku punya rencana untuk pernikahan Jenny," kata Aiden dengan tenang.     

"Paman, apakah kamu sudah bekerja sama dengan kakek sejak lama?" tanya Nico dengan marah.     

Anya tidak percaya suaminya akan mengorbankan kebahagiaan Jenny hanya untuk kerja sama. "Aiden, bisakah kamu memberitahu kepada kami? Nico dan Tara sangat khawatir terhadap Jenny. Aku pun juga sama."     

"Semuanya terjadi sejak kita mengakuisisi Hermawan Group. Jessica memiliki sebuah tanah yang bisa ia jual pada Rudi dan tanah itu sangat membahayakan bisnis Atmajaya Group," kata Aiden.     

"Apakah tanah yang paman maksud adalah tanah di depan mall Atmajaya Group?" tanya Nico.     

"Benar," Aiden mengangguk. "Kalau Rudi menggunakan tanah itu untuk membangun bangunan tingkat tinggi, mall Atmajaya Group akan langsung terhalangi oleh bangunan tersebut."     

"Itu adalah langkah yang sangat licik. Eka pasti melakukannya dengan sengaja. Tidak heran Jessica pergi ke rumah Rudi. Ia pasti ingin menjual tanah itu pada Rudi," kata Nico dengan marah.     

Anya dan Tara juga memahami apa yang Aiden maksud. Kalau sampai tanah di hadapan mall Atmajaya Group itu dibangun menjadi bangunan tingkat tinggi, itu artinya, mall Atmajaya Group akan dijepit oleh bangunan-bangunan tinggi. Bisnis mereka akan sangat terpengaruh!     

Kalau Atmajaya Group bisa mendapatkan tanah itu, maka mereka bisa menggunakannya sesuka hati mereka, atau bahkan untuk mengembangkan mall Atmajaya Group.     

Tetapi tanah itu sekarang berada di tangan Rudi. Kalau ia menggunakan tanah itu untuk menikahi Jenny, Bima mungkin akan langsung menyetujui permintaannya.     

Pernikahan Rudi dan Jenny sangat menguntungkan kedua belah pihak.     

Dan Jenny tidak akan mengalami kerugian apa pun. Tidak peduli siapa pun yang ia nikahi, ia tidak akan mengalami kerugian sama sekali. Lagi pula, sampai sekarang, masih belum ada orang yang Jenny sukai.     

Satu-satunya pria yang Jenny sukai adalah Raka yang sudah memiliki tunangan dan akan menikah.     

Aiden sama sekali tidak perlu khawatir.     

"Aiden, apakah ada cara untuk mendapatkan tanah itu tanpa pernikahan?" tanya Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.