Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Dua Pernikahan yang Berbeda



Dua Pernikahan yang Berbeda

0"Kapan kakakku pergi ke sana?" Nadine menatap Nico di layar besar itu dengan iri.     

"Tadi pagi, ia masih datang untuk menemui Ivan dan Raisa. Begitu sampai di hotel, ia langsung pergi ke lantai teratas di mana helikopter sudah menunggunya. Lihat baju yang ia kenakan, ia masih mengenakan kemejanya tadi pagi karena tidak sempat berganti baju," bisik Harris.     

"Aku juga ingin ke sana," gumam Nadine.     

"Aku akan membawamu ke sana di tahun baru," Harris menggenggam tangan Nadine, berusaha untuk menghiburnya.     

"Kakak jahat sekali. Ia tidak membawaku ikut ke sana," Jenny juga merasa marah.     

"Jenny, kalau Paman Ivan dan Bibi Raisa mendengar, mereka akan sedih," kata Nadine.     

Pernikahan Anya dan Aiden tergolong pernikahan yang sederhana, tetapi tetap romantis.     

Mereka saling bertukar sumpah setia, sehidup semati dan kemudian bertukar cincin di depan kamera. Setelah itu, mereka menari-nari bersama dengan para penduduk di sekitar.     

Anya dan Aiden saling bergandengan, dengan Arka dan Aksa di gendongan mereka, menari dan menyanyi bersama.     

Pernikahan mereka sangat meriah, meski tidak dihadiri oleh banyak tamu seperti pernikahan Raisa dan Ivan. Suasananya terasa sangat hangat dan manis saat mereka semua menari dan bernyanyi.     

Anya tidak peduli dengan pesta pernikahan yang megah dan meriah. Ia hanya ingin hidup yang sederhana dan damai bersama dengan keluarga kecilnya.     

Hari ini, pengantin tercantik adalah Raisa.     

Tetapi Anya yang bahkan tidak mengenakan baju pengantin tetap terlihat cantik seperti malaikat di tengah bunga-bunga.     

Raisa pergi untuk memperbaiki riasannya. Ivan menunggunya di depan kamar dan berkata, "Ayo, Anya dan Aiden sudah menunggu."     

Raisa tidak menyangka Anya akan melakukan hal ini untuknya. Saat ia melihat wajah Anya di layar besar, tanpa sadar matanya memerah.     

"Kakak ipar, selamat atas pernikahanmu!" kata Anya sambil tersenyum.     

"Aku mendoakan pernikahan yang langgeng dan bahagia untuk kakak dan kakak ipar," kata Aiden.     

"Selamat untuk kita semua," jawab Ivan sambil tersenyum.     

"Anya, bagaimana bisa kamu menikah tanpa menggunakan gaun pengantin?" suara Raisa terdengar tercekat.     

Ia merasa bersalah. Selama ini ia selalu memikirkan dirinya sendiri, tidak tahu kalau Anya juga memikirkannya.     

Anya tertawa. "Kita menikah di hari yang sama. Anggap saja kamu menggunakan gaun pengantin itu untuk kita berdua. Di sini kami akan mengadakan barbekyu."     

"Terima kasih sudah datang ke pesta pernikahan kakakku. Aku minta maaf karena aku dan Anya tidak hadir secara langsung. Biar kakakku dan kakak ipar yang mewakili kami untuk bersulang bersama."     

Dua pengantin hari ini menikah dengan gaya yang sangat berbeda.     

Pesta pernikahan Aiden dan Anya sangat sederhana. Mereka mengumumkan kepada semua orang bahwa mereka sudah menjadi suami istri, tetapi mereka tidak berada di hotel itu untuk menyambut semua tamu.     

Sementara itu, Raisa dan Ivan mengadakan pesta pernikahan yang megah. Sesuai dengan keinginan Raisa, ia menjadi satu-satunya pusat perhatian di pesta itu dan tidak perlu khawatir akan dibanding-bandingkan dengan Anya.     

Sayangnya, setelah pesta ini, sepertinya wajah Raisa akan kaku karena harus terus tersenyum di hadapan para tamu dan kamera.     

Sementara itu, Anya dan anak-anaknya menari-nari di perkebunan, makan barbekyu dan menikmati pesta pernikahannya dengan penduduk sekitar.     

…     

Di sore hari, Aiden dan Nico mengajak Arka dan Aksa bermain sembunyi-sembunyian di perkebunan. Anya dan Tara bersantai di balkon lantai dua, menikmati sinar matahari sore sambil minum teh dan mengobrol.     

Anya membuatkan teh buah yang segar untuk Tara.     

"Sebelumnya, saat melihat Arka dan Aksa, aku sangat iri padamu. Tetapi saat aku mengandung dua anak di perutku ini, aku merasa menyesal," kata Tara dengan sedih.     

Anya memandang sahabatnya itu sambil tersenyum. "Ada apa memangnya?"     

"Siapa yang akan kamu gendong dulu saat Arka dan Aksa menangis bersamaan?" tanya Tara.     

"Tentu saja aku akan menggendong yang tangisannya lebih keras," Anya tertawa. "Dulu juga pernah ada yang menanyakan hal ini, tetapi aku lupa siapa."     

"Bagaimana kalau nanti aku stress mengurus dua anak. Tubuhku melar, rambutku rontok dan aku terlihat menua …"     

"Tara, semua orang juga akan menua pada akhirnya. Lihat aku sekarang, apakah aku tua dan melar?" tanya Anya sambil tersenyum.     

"Kamu masih muda saat kamu melahirkan," kata Tara sambil cemberut.     

"Kamu juga masih muda sekarang. Jangan terlalu khawatir. Setelah kamu melahirkan, kamu bisa pergi ke gym dan kembali ke bentuk tubuhmu semula. Kamu tidak perlu khawatir tidak akan ada yang membantumu mengurus anak-anak. Kak Maria akan sangat senang membantumu mengurus anak-anak," kata Anya.     

Tara memandang ke arah perkebunan di kejauhan. "Apakah kamu tahu mengapa aku mengijinkan Nico untuk menjadi aktor?"     

"Aku tidak mengerti. Mengapa kamu mengijinkannya untuk menjadi aktor padahal kamu sedang hamil?" tanya Anya dengan penasaran.     

"Nico tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Kalau ia pergi dan sibuk bekerja, aku sedikit bisa beristirahat. Setiap malam aku harus waspada padanya. Aku selalu kelelahan setiap malam," kata Tara dengan kesal.     

"Apakah ia tidak bisa sedikit menahan diri? Kamu sedang hamil anak kembar!" Anya merasa marah saat mendengarnya.     

"Apakah kamu pikir semua pria sama perhatian dan pengertiannya dengan suamimu? Nico bahkan menggunakan alasan bahwa ia ingin 'bertemu' dengan anak-anaknya," Tara mencibir.     

Anya menutupi mulutnya dan tertawa terbahak-bahak. "Jangan salahkan dia. Ia terlalu mencintaimu."     

"Aku tahu ia mencintaiku, tetapi ia tidak banyak berpikir. Aku harap ia bisa lebih dewasa setelah bekerja di dunia film. Bukankah peran yang ia ambil adalah peran yang cocok untuknya."     

"Iya, aku juga sudah mendengarnya. Banyak orang bilang bahwa peran ini sangat sesuai untuknya," kata Anya.     

"Seorang pangeran yang sangat tampan dan dicintai banyak orang. Setelah itu, banyak orang yang memanfaatkannya sehingga ia hampir kehilangan nyawanya. Pada akhirnya, ia berusaha keras untuk mengambil alih kerajaannya kembali. mustahil bagi Keluarga Atmajaya untuk bangkrut, jadi aku merasa film ini bisa membuat Nico merasakan hal yang baru dan mencoba kehidupan yang berbeda," Tara tersenyum.     

Anya mengangkat tangannya dan memberikan dua jempol pada Tara. "Tara, kamu memang benar-benar hebat."     

"Aiden bisa belajar dari pengalamannya sendiri untuk menjadi pria dewasa. Tetapi Nico membutuhkan bantuan orang lain untuk menjadi pria yang bertanggung jawab," Tara menghela napas panjang.     

"Jangan khawatir. Saat Nico kembali nanti, ia akan banyak berubah," kata Anya.     

"Setelah kematian ayahnya, semua orang menyayangi dan memanjakannya sehingga ia tidak mandiri seperti ini. Aku tidak tahu apakah film ini bisa membuatnya lebih dewasa."     

Anya memandang Tara sambil tersenyum. "Tara, sebenarnya tidak masalah kalau Nico seperti ini. Kamu masih punya semua Keluarga Atmajaya yang bisa membantumu."     

"Aku juga tidak ingin ia berubah. Tetapi sekarang aku sedang mengandung dan akan memiliki anak. Ia harus menjadi ayah yang baik untuk anak-anakku," Tara mempertimbangkan semua hal dalam hidupnya dan berpikir dengan lebih realistis.     

Anya tertawa. "Biarkan saja. Aku merasa sebenarnya Nico tidak seburuk itu. Ia juga bisa bertanggung jawab terhadap tugasya sendiri. Tetapi ia hanya kebiasaan bersembunyi di balik punggung Aiden dan Kak Ivan."     

"Sudah, jangan membicarakan mengenai Nico. Ceritakan mengenai dirimu saja. apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Tara menoleh dan memandang Anya.     

"Memulai sekolahku, mencari murid, mengatur pelatihan staf Iris," Anya sudah memikirkan rencana kehidupannya ke depannya.     

"Apakah kamu ingat Rudi, mantan kekasih Agnes? Ada kabar bahwa Kakek Bima menyukainya dan ingin menikahkan Jenny dengannya," Tara memberikan ponselnya pada Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.