Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pernyataan Cinta di Depan Umum



Pernyataan Cinta di Depan Umum

0"Tuan Atmajaya, apakah kamu mau berdansa denganku?" kata Anya sambil tersenyum ke arah Aiden.     

"Nyonya Atmajaya, dengan senang hati, aku akan berdansa denganmu," Aiden langsung merangkul Anya dan mereka berjalan menuju ke lantai dansa.     

Hari ini, kedatangan Galih mengejutkan semua orang yang di sana dan membuat sedikit keributan karena semua orang berbondong-bondong untuk menyapanya.     

Tetapi setelah itu, keadaan kembali menjadi normal.     

Ivan juga sempat menghampirinya dan meninggalkan Raisa sendirian. Pada saat itu, Martin mengambil kesempatan untuk mengajak Raisa berdansa. Melihat bahwa Ivan pergi dan tidak akan kembali dalam waktu dekat, Raisa memutuskan untuk menerima ajakannya.     

"Raisa? Mengapa kamu di sini?" Anya terkejut saat melihat Raisa berada ke lantai dansa bersama dengan Martin.     

"Apakah aku tidak boleh berdansa dengan Raisa?" kata Martin dengan kesal.     

"Aku berharap tidak ada yang akan terjadi padamu," Anya melihat Ivan mengajak Jenny ke lantai dansa dan berdansa menuju ke arah mereka. "Lihat di sebelah kananmu."     

Raisa menoleh dan melihat Ivan mendekat ke arahnya.     

"Martin, apakah kamu takut?" Raisa menarik napas dalam-dalam. Mengapa ia merasa Ivan sangat marah padanya?     

"Sedikit. Sepertinya Kak Ivan marah!" Martin terus berdansa dengan Raisa dan menjauh dari mereka.     

Jenny sempat kuliah di luar negeri selama beberapa tahun dan sering pergi ke acara pesta. Menari adalah keahliannya sehingga tidak sulit untuk mengikut pergerakan Ivan.     

Nico melihat apa yang terjadi dan langsung mengajak Tara untuk minggir dari lantai dansa. Ia tidak mau kalau ia dan istrinya terlibat dalam pertengkaran yang akan terjadi.     

Aiden dan Anya juga meninggalkan lantai dansa, tetapi mereka ingin menyaksikan drama yang akan terjadi. Bagiamana pun juga, jarang-jarang ada yang bisa membuat Ivan cemburu.     

Di sisi lain lantai dansa, Indah sedang menyandarkan kepalanya di lengan suaminya. "Suamiku, kamu pasti benar-benar menderita."     

"Aku yang membuat kamu menderita. Kesehatanmu kurang baik, tetapi aku tidak bisa menemani dan menjagamu," kata Galih dengan penuh penyesalan.     

"Aku khawatir padamu. Mengapa kamu tidak mau bertemu denganku? Aku sedih karena tidak bisa melihatmu," kata Indah dengan suara tercekat.     

Galih menepuk pundaknya dengan lembut. "Jangan khawatir. aku tidak akan bersembunyi lagi darimu."     

"Kalau kamu berani menghindariku lagi, aku tidak akan pernah mau menjengukmu lagi," Indah memukul dada Galih dengan marah.     

Galih tertawa melihatnya. "Bagaimana keadaan Keara?"     

"Aku tidak tahu dan aku tidak mau tahu. Ia yang membuatmu seperti ini," kata Indah dengan dingin.     

Galih menghela napas panjang. "Ia baru saja terluka parah dan kondisi rumah sakit penjara tidak sesuai untuknya sehingga lukanya terinfeksi. Tolong bantu aku untuk memindahkannya ke rumah sakit yang lain. Tidak peduli berapa pun uang yang harus kamu gunakan, asalkan ia bisa pindah ke tempat yang lebih baik."     

"Sampai sekarang kamu masih memikirkannya juga. Apakah kamu tidak tahu apa yang sudah ia lakukan?" kata Indah.     

"Bagaimana pun juga, ia adalah putri kita," Galih menghela napas panjang. "Kita yang tidak mendidiknya dengan baik dan kita juga turut bertanggung jawab. Indah, temuilah dia."     

"Kalau ia akan mati, aku akan menemuinya sekali lagi," kata Indah dengan kaku.     

"Indah …"     

"Aku tahu. Aku akan mengatur agar ia bisa pindah ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan yang lebih baik," kata Indah dengan tidak sabar.     

"Aku merepotkanmu," kata Galih.     

"Sebagai orang tua, aku hanya ingin hidup dengan tenang. Aku tidak kasihan pada kamu atau pun Keara. Ia yang melakukan semua ini, semua ini adalah salahnya," kata Indah dengan tenang.     

Galih mengangguk. Memang benar, semua ini adalah salahnya sendiri, tetapi ia malah membuat semua orang kerepotan.     

…     

Di sisi lain lantai dansa, Jenny dan Ivan sudah semakin dekat dengan Raisa.     

Mereka berputar-putar dengan sangat indah dan sempurna, sehingga Martin saja sampai tidak sadar bahwa wanita yang berada di pelukannya bukan lagi Raisa, melainkan Jenny.     

Ivan langsung menarik Raisa ke pelukannya dan pasangan mereka bertukar dalam sekejap.     

"Kak, kata Martin kerjasama kita dengannya sudah mau selesai. Aku berharap kita bisa bekerja sama dengannya lagi lain kali," kata Raisa sambil tersenyum.     

"Tidak ada lain kali," jawab Ivan dengan suara dingin.     

"Mengapa? Kamu tidak senang mendapatkan proyek besar?" tanya Raisa dengan sengaja.     

"Apakah harus kamu yang menjalankan kerja sama itu? Bukankah kamu hanya ingin menguji perasaanku? Aku sangat peduli padamu. Aku tidak suka ada pria lain yang ingin merebutmu dariku. Kamu adalah milikku!" kata Ivan.     

Raisa bisa mendengarnya dengan jelas, tetapi ia tidak bisa mempercayai apa yang ia dengar. Apa mungkin ia salah dengar? "Apa yang kamu katakan? Disini sangat berisik. Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas."     

"Raisa, aku mencintaimu!" teriak Ivan dengan keras.     

Tidak tahu sejak kapan musiknya berhenti, Ivan meneriakkan itu saat ruangan sedang sunyi dan semua orang bisa mendengar pernyataan cintanya dengan jelas.     

Nico yang berada di pinggir ruangan langsung bersiul menggoda. Sementara Aiden dan Anya tertawa.     

Raka bertepuk tangan dengan gembira dan diiringi dengan tepuk tangan semua orang di dalam ruangan. Anya langsung berteriak. "Cium! Cium! Cium!"     

Sejak awal, Anya lah yang menyarankan untuk meminta bantuan Martin agar bisa mengetahui perasaan Ivan. Sejak kerjasama Atmajaya Group dengan perusahaan Martin, Ivan terus menerus menaruh perhatian khusus pada Raisa.     

Hari ini, Ivan yang biasanya diam tiba-tiba saja mengungkapkan perasaannya pada Raisa di hadapan begitu banyak orang.     

Itu artinya, rencananya berjalan dengan sangat lancar kan?     

"Aku juga mencintaimu!" Raisa terlihat sangat gembira. Ia berjinjit dan mengambil inisiatif untuk mencium bibir Ivan.     

Ivan langsung memeluk pinggangnya dan memperdalam ciuman mereka. Tepuk tangan di ruangan itu menjadi semakin meriah.     

Jenny benar-benar tersentuh hingga air mata mengalir di pipinya. Martin yang berada di sampingnya hanya berkata, "Seharusnya aku merasa sedih, tetapi entah mengapa aku turut bahagia."     

"Hei gemuk, kamu sudah banyak membantu hubungan paman dan bibiku!" kata Jenny.     

"Heh! Menurut senioritas, seharusnya kamu memanggilku paman! Aku sudah berteman dengan paman dan bibimu sejak kecil," kata Martin.     

Jenny memandang Martin dari atas kepala hingga ke ujung kaki dan berkata dengan dingin. "Coba katakan lagi apa yang kamu bilang barusan!"     

Martin langsung meringkuk. Mata gadis kecil ini sungguh menyeramkan sehingga ia langsung mengubah kata-katanya. "Aku bilang kamu cantik hari ini."     

"Hmm … Seleramu cukup bagus rupanya." Jenny mengalihkan pandangannya. Saat ia melihat Jonathan, ia langsung berteriak dengan gembira. "Paman Jonathan! Kamu sudah datang."     

"Kamu memanggilnya paman, mengapa kamu tidak bisa memanggilku dengan sebutan yang sama? Sepertinya usianya tidak jauh berbeda dariku," kata Martin sambil mengerutkan keningnya.     

Jenny memandangnya dengan kesal dan berkata, "Tentu saja karena dia jauh lebih tampan daripada kamu!"     

"Baiklah, aku tidak bisa membantah alasan itu," Martin menghela napas panjang, tetapi ia mengikuti ke tempat Jenny pergi.     

Jonathan melihat Jenny berlari ke arahnya. Ia berpamitan pada orang-orang di sekitarnya dan menghampiri Jenny.     

Setelah tiba di hadapannya, Jonathan baru sadar bahwa Jenny tidak sendirian. Ia memandang Martin yang mengikutinya, "Apakah ini temanmu?"     

"Ini bukan pacarku, paman. Ia adalah …" Jenny berpikir sejenak dan kemudian menoleh ke arah Martin, "Siapa kamu sebenarnya?" Jenny melupakan identitas Martin dalam sejenak. Sepertinya, bibinya mengatakan bahwa pria ini memiliki sebuah perusahaan.     

"Aku memiliki sebuah perusahaan entertainment kecil, memiliki beberapa artis dan industri periklanan! Salam kenal. Semoga kita bisa bekerja sama di lain waktu," Martin memberikan kartu namanya dengan sopan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.