Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Undangan Pesta



Undangan Pesta

0"Aku tidak tahu apakah ia ingin menghukum dirinya sendiri atau menghukum aku dan ibu dengan cara tidak mau menemui kami. Cari cara untuk bertemu dengannya dan membujuknya untuk datang ke pesta ulang tahun anak-anak," Anya hanya punya satu harapan yaitu suaminya.     

"Aku akan mencoba untuk menunjukkan video saat anak-anak belajar berjalan," kata Aiden.     

…     

Keesokan harinya, di siang hari, Aiden menyempatkan untuk mengunjungi penjara.     

Karena Aiden yang datang, kali ini, Galih tidak menolak untuk menemuinya.     

"Bagaimana keadaan Anya dan Indah?" walaupun Galih menolak untuk bertemu dengan Indah, sebenarnya hanya ada Anya dan Indah di pikirannya.     

Aiden memandang pria yang duduk di hadapannya. Apakah benar ini Galih Pratama yang dulunya dikenal sebagai raja rempah-rempah?     

Rambutnya tampak berubah menjadi penuh uban dalam semalam saja. Dan ia juga terlihat menua 10 tahun.     

Setelah mendekam di dalam penjara, akhirnya Galih memiliki kesempatan untuk berpikir dengan jernih.     

Saat memencet detonator itu, apa yang sebenarnya ada di pikiran Keara?     

Saat itu, Keara sama sekali tidak peduli dengan Galih, Indah atau pun Anya. Ia hanya merasakan kebencian dan kecemburuan yang besar untuk Anya.     

Ia ingin mereka semua mati agar ia bisa mendapatkan semuanya dari Keluarga Pratama setelah mereka semua mati.     

Ia tidak peduli pada ayahnya yang membesarkannya sejak kecil dan rela membantunya di segala situasi.     

Ia tidak peduli pada ibunya yang membesarkannya dan mencintainya dengan sepenuh hati meski mereka tidak memiliki hubungan darah.     

Yang ia pikirkan hanya kebenciannya pada Anya dan keinginannya untuk mendapatkan semua yang Anya miliki.     

Itu lah putri yang Galih selamatkan, bahkan dengan cara melanggar hukum.     

Galih tidak tega melihat putrinya itu mati. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkannya dan memberikan kesempatan kedua bagi Keara untuk hidup kembali. Ia pikir dengan menjalani hidup yang baru, Keara akan hidup dalam damai dan bahagia.     

Tetapi apa yang ia lakukan?     

Menculik Anya, menghasut penculik itu untuk membunuh Anya dan ingin membunuh seluruh anggota Keluarga Pratama. Tidak hanya Anya saja, tetapi juga Galih dan Indah.     

Galih tidak bertanya pada Aiden bagaimana bisa kurir itu mengirimkan ke tempat yang salah. Tetapi satu hal yang pasti, Keara lah yang memesan karangan bunga dengan bom dan ia ingin memberikannya pada Anya.     

Dunia ini memang adil. Siapa yang menabur benih buruk akan menuainya sendiri.     

Kalau saja saat memencet detonator itu, Keara merasa sedikit ragu. Ia tidak akan terluka seperti itu. Sayangnya, tidak ada keraguan sedikit pun di hatinya saat ia ingin membunuh Anya, Galih dan Indah.     

Pada akhirnya, ia harus merasakan sendiri hasil buruk dari rencananya dan ia tidak bisa menyalahkan siapa pun atas kejadian ini.     

"Kalau kamu benar-benar peduli pada ibu dan Anya, seharusnya kamu tidak menolak untuk bertemu dengan mereka. Anya bilang, kamu bukan sedang menghukum dirimu sendiri, tetapi menghukum mereka. Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi kamu bahkan tidak mau menemui mereka," kata Aiden dengan tenang.     

"Aku tidak punya muka lagi untuk menemui mereka. Aku hampir saja membunuh mereka!" Galih menundukkan kepalanya dengan malu.     

Aiden mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan video saat Arka dan Aksa berjalan.     

"Anya menyuruhku untuk menunjukkannya padamu. Arka dan Aksa sudah bisa berjalan meski masih belum seimbang," ia meletakkan ponselnya di meja.     

Galih memandang ponsel itu, melihat Arka dan Aksa sambil gemetaran dan menangis.     

"Arka dan Aksa adalah bayi prematur. Tetapi mereka bisa belajar berjalan sama seperti anak-anak biasa. Mereka sangat hebat," kata Galih.     

Aiden menatap Galih dan tahu bahwa Galih sangat mencintai kedua cucunya.     

Galih tidak memiliki anak laki-laki, sehingga ia sangat menyayangi Arka dan Aksa.     

Sebelum Keara datang, hampir setiap hari Galih datang ke rumah Aiden untuk mengunjungi kedua cucunya.     

Tetapi setelah Keara hadir kembali dalam hidupnya, Galih menghabiskan seluruh waktu dan energinya untuk membantu Keara memulai hidupnya lagi.     

Sayangnya, sekali lagi, Keara mengecewakan Galih.     

Keara tidak ingin menjadi Agnes dan tidak ingin menyerahkan warisan Pratama Group pada Anya. Ia tidak rela kalau Anya mendapatkan bagiannya, meski hanya setengah sajam.     

Melihat kedua cucunya dari video itu,air mata mengalir di wajah Galih.     

Hari itu, Indah dan Anya bertanya padanya, apakah ia menyesal menyelamatkan Keara?     

Tetapi apa gunanya penyesalan? Nasi sudah menjadi bubur.     

Sekarang ia tidak bisa melihat dua cucunya tumbuh besar. Ia tidak bisa menghabiskan masa tuanya bersama dengan istrinya. Ia tahu bahwa kondisi kesehatan Indah tidak cukup baik, tetapi ia malah meninggalkannya sendirian.     

"Anya berharap kamu bisa datang ke pesta ulang tahun Arka dan Aksa. Aku sudah berkonsultasi dengan pengacara. Karena kamu menyerahkan diri, aku bisa memastikan kamu bisa keluar meski hanya sebentar," kata Aiden.     

"Aiden, aku tidak akan datang. Itu adalah acara yang sangat penting untuk keluargamu. Aku berharap kalian bahagia dengan keluarga kalian sendiri," Galih menundukkan kepalanya dan terdiam.     

Aiden mengambil kembali ponselnya dan matanya terlihat dingin. "Aku ingin tahu. Anya dan Keara sama-sama putrimu, tetapi mengapa kamu lebih menyayangi Keara?"     

Galih tersenyum dengan pahit. "Sebelum Keara lahir, hidupku cukup sulit. Kehadiran Keara dalam hidupku membuat segalanya dalam hidupku jauh lebih baik. Tepat saat ia lahir, perusahaanku mulai berkembang dan maju."     

"Jadi, kamu mencintainya karena ia mendatangkan keberuntungan untukmu?" cibir Aiden.     

Galih memahami bahwa Aiden memandangnya terlalu percaya hal-hal yang mistis dan tidak masuk akal. "Aku tahu kamu pasti menganggapku terlalu percaya takhayul. Tetapi pada saat aku kehilangan Anya, Indah membawa Keara kembali padaku. Aku percaya bahwa ia adalah bintang keberuntunganku. Aku tidak akan bisa hidup tanpa Keara. Tanpa Keara, hidupku tidak akan bisa sesukses ini," kata Galih.     

Aiden menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk menahan dirinya. ia merasa Galih benar-benar tidak adil pada Anya.     

Hanya karena berpikir bahwa Keara adalah bintang keberuntungannya, ia berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Keara, meski harus menyakiti Anya.     

"Sekarang, sudah tidak ada lagi Keara. Mungkin kamu juga akan melihat Pratama Group hancur," kata Aiden dengan dingin.     

Galih menertawai dirinya sendiri. "Itu sebabnya aku bersyukur ada kamu di sini. Kamu tidak akan membiarkan Pratama Group bangkrut dan kamu akan memberikannya pada Anya."     

Senyum muncul di wajah Aiden. Ia tidak mengelak apa yang dikatakan Galih karena itu memang benar.     

"Aku tidak akan pernah membiarkan Anya menderita. Kalau ia dipaksa untuk memimpin Pratama Group, aku akan mengirim seseorang untuk membantunya. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya. Kalau kamu tahu itu, mengapa kamu masih menganggap Keara sebagai bintang keberuntunganmu? Dengan adanya aku, apakah kamu pikir aku tidak bisa mengalahkan bintang keberuntungamu yang palsu itu?"     

"Aiden, kamu juga seorang ayah. Aku menyelamatkan Keara bukan hanya karena ia membuat hidupku jauh lebih beruntung. Tetapi karena ia adalah putri kandungku, anak pertamaku," kata Galih.     

Aiden paham. Di keluarganya sendiri, ayahnya pun jauh lebih menghargai kakaknya.     

Kalau saja kakaknya tidak mengalami kecelakaan dan meninggal, mungkin Aiden yang merupakan anak ketiga tidak akan punya kesempatan untuk bersinar.     

"Bagi Keara, tidak peduli apa pun yang kamu lakukan, kamu tidak akan pernah menjadi ayah yang baik di matanya. Meski kamu sudah memberikan segalanya untuknya, setiap malam di penjara ia akan menyalahkanmu karena kamu kurang mencintainya dan tidak bisa menyelamatkannya lagi. Tetapi Anya berbeda. Sejak kecil ia kekurangan cinta dari ayahnya. Kalau kamu memberikan sedikit saja kehangatan untuknya, ia akan balas mencintaimu berpuluh-puluh kali lipat."     

Aiden mengeluarkan undangan yang dibawanya dan meletakkannya di hadapan Galih. "Pikirkan lagi mengenai pesta ulang tahun anak-anak. Aku sudah mengatur semuanya. Kamu tinggal bilang apakah kamu mau datang atau tidak."     

"Aiden, Anya … Apakah Anya masih menyalahkanku? Ia pasti sangat sedih saat tahu bahwa aku lebih mencintai kakaknya. Aku minta maaf. Aku malu untuk bertemu dengannya dan anak-anak …" Galih tidak bisa melanjutkan kalimatnya lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.