Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tertukar



Tertukar

0Anya melihat para wartawan yang tidak bersalah itu terluka. Ia benar-benar merasa bersalah dan kasihan pada mereka.     

Untung saja, luka yang mereka alami tidak terlalu berat karena mereka hanya terkenal pecahan batu-batu kecil.     

"Teman-teman semuanya, saya minta maaf. Saya tidak menyangka akan ada hal seperti ini terjadi. Kami telah mempersiapkan makanan untuk kalian semua. Silahkan makan dan beristirahat di dalam," kata Anya dengan tulus.     

Indah menyuruh bawahannya untuk memberikan amplop pada mereka dan menyebutnya amplop untuk mengobati luka mereka. Indah meminta mereka menerimanya.     

Para wartawan itu tidak menolak. Mereka memang terluka dan mereka juga sangat ketakutan. Mungkin perasaan mereka bisa sedikit lebih tenang saat tahu bahwa kedatangan mereka ke sana tidak sia-sia.     

Polisi yang datang langsung memeriksa CCTV yang berada di depan gerbang Iris Parfume Academy.     

Mereka juga bertanya pada beberapa orang mengenai siapa saja yang berada di Iris Parfume Academy saat itu dan siapa saja yang menyaksikan kejadian ledakan itu.     

Salah satu dari mereka berkata, "Saya melihat Agnes Pratama berdiri di depan karangan bunga tersebut. Satu detik sebelum terjadinya ledakan, ia masih memegang bunganya.     

Orang lainnya berkata, "Saya juga mengambil fotonya karena Agnes berdiri di sana sendirian. Saya merasa baju yang ia kenakan sangat cantik. Saya tidak menyangka bahwa foto ini akan menjadi foto yang berbeda dari yang saya harapkan. Sepertinya lukanya cukup parah. Sepertinya …"     

"Saya juga melihatnya. Pada saat itu, saya bingung mengapa Agnes tidak ikut berfoto dengan Keluarga Pratama. Saya tidak menyangka akan ada ledakan. Saya melihat kakinya terbang ke jalanan," kata seseorang.     

"Untung saja ledakannya tidak sebesar itu dan kami berada cukup jauh. Kalau tidak kami semua bisa terluka," beberapa orang terlihat ketakutan.     

Para polisi meneruskan penyelidikan mereka, tetapi Agnes sudah terlanjur terluka. Grand opening dan acara pemotongan pita di sekolah tarinya harus dibatalkan. Sebagai seorang penari, ia sudah tidak memiliki kaki lagi. Sepertinya, pembukaan sekolah itu tidak akan dilanjutkan …     

Iris Parfume Academy sudah menyiapkan pesta makanan untuk semua orang yang datang. Bahkan kehadiran para polisi yang menyelidiki kejadian ini tidak mempengaruhi perayaan yang terjadi di Iris Parfume Academy.     

Galih mengikuti ambulans yang mengantar Agnes ke rumah sakit, sementara acara yang dilaksanakan oleh Iris Parfume Academy tetap dilanjutkan.     

Tara sedang hamil dan ia hanya datang sebentar untuk mengucapkan selamat pada Anya. Setelah itu, ia langsung kembali karena situasinya terlalu ramai untuk wanita yang sedang hamil. Tetapi Maria dan Nadine datang untuk membantu Anya mengurus acara tersebut, sehingga tidak ada masalah besar yang terjadi.     

Setelah ledakan itu, semua orang fokus pada acara Anya sehingga tidak ada lagi yang memedulikan Agnes lagi. Bagaimana pun juga, hari ini mereka datang untuk mendukung Anya dan Keluarga Atmajaya serta Keluarga Pratama.     

Mereka juga tahu bahwa sekolah tari milik keponakan Galih akan mengadakan acara grand opening, Mereka memang berniat sekalian menghadirinya, tetapi mereka tidak menyangka akan ada terjadi kecelakaan seperti ini.     

Saat mereka berkumpul di acara Anya, masih ada beberapa orang yang membahas kejadian tersebut.     

"Kira-kira, siapa yang disinggung oleh Agnes? Sampai-sampai ada yang memberinya karangan bunga dengan bom."     

"Tetapi detonator bom tersebut ditemukan di samping Agnes sendiri. Bukankah itu artinya ia sendiri yang meledakkan bom tersebut?"     

"Mana mungkin? Masa iya ia bunuh diri dengan cara seperti itu?"     

"Tiga tahun lalu, ia terluka dan pernah hampir mati. Mungkin ia sudah kehilangan akal sehatnya dan bisa melakukan hal-hal ekstrim seperti ini."     

"Aku rasa tidak ada alasan baginya untuk bunuh diri."     

"Sekarang ia adalah general manajer Pratama Group dan hari ini sekolah tarinya akan dibuka."     

"Apakah kamu tidak lihat, karangan bunga yang meledak itu sangat mirip dengan karangan bunga yang ada di depan Iris Parfume School."     

"Astaga! Jangan-jangan … sebenarnya bukan karangan bunganya yang ingin Agnes ledakan, tetapi karangan bunga yang …"     

"Benar! Pada saat itu, Galih, Indah dan Anya sedang berdiri di gerbang Iris Parfume School. Saat itu, Galih memanggil Aiden untuk mengambil foto bersama-sama. Sebelum Aiden bisa menghampiri mereka, ledakan itu terjadi."     

"Itu artinya, Agnes ingin membunuh Keluarga Pratama dengan karangan bunga itu! Apakah ini masuk akal?"     

"Sangat masuk akal! Mungkin Agnes ingin membunuh semua anggota Keluarga Pratama sehingga ia adalah satu-satunya orang yang mengemban nama Pratama. Dengan demikian, ia akan mendapatkan semua properti milik Keluarga Pratama."     

"Itu sangat jahat. Memikirkannya saja aku sudah takut."     

…     

Di mana ada perempuan, selalu ada gosip, terutama saat ada kejadian besar yang terjadi. Orang-orang ini tidak akan pernah berhenti membicarakannya sampai mereka mendapatkan berita yang baru.     

Anya berpura-pura tidak mendengarnya. Ia ingin bertanya pada Aiden, apa yang sebenarnya terjadi.     

Ia merasa Aiden sudah mengetahui bahwa akan ada terjadi ledakan ini sejak lama.     

"Anya, apakah kamu baik-baik saja?" Della akhirnya berhasil lepas dari calon ibu mertuanya dan ia langsung datang untuk menanyakan kondisi Anya.     

"Jangan khawatir. Aku punya sembilan nyawa!" Anya menertawai dirinya sendiri.     

Ia tidak tahu bagaimana ia masih bisa hidup saat begitu banyak orang yang ingin mencelakainya. Sepertinya ia benar-benar memiliki banyak nyawa.     

"Kamu masih bisa tertawa? Aku mendengar gosip dari orang-orang, katanya Agnes sendiri yang meledakkan bom itu dan detonatornya ada di tangannya sendiri. Ia ingin membunuhmu dan orang tuamu. Ia benar-benar jahat, padahal orang tuamu sudah membantunya," kata Della dengan marah.     

"Aku sudah tahu bahwa Agnes ini bukan orang baik-baik. Terakhir kali, ia berani datang untuk makan bersama dengan kita tanpa diundang. Ia benar-benar tidak tahu malu," kata Raisa.     

Jenny juga datang menghampiri Anya. "Bibi, apakah benar yang dikatakan orang-orang?"     

"Rasanya tidak sesederhana itu. Kamu sangat beruntung kalau karangannya benar-benar tertukar," kata Jonathan dengan serius.     

Indah akhirnya bisa kembali tenang setelah ledakan itu berakhir. Ia bisa berpikir dengan jernih dan memahami apa yang digosipkan oleh para ibu-ibu yang berada di sana.     

Mana mungkin para polisi tidak bisa melihat konspirasi seperti yang semua orang bisa lihat?     

Tetapi rasanya masalah ini tidak sesederhana itu. Kalau Agnes yang mengatur semuanya, apakah mungkin karangan bunga itu tidak sengaja tertukar?     

Mata Indah beralih ke arah Aiden. Aiden dan Ivan sedang berdiri berdampingan, membahas mengenai masalah pekerjaan. Sementara itu, Nico mengikuti Bima untuk menyapa para tamu yang sebagian besar adalah kenalannya.     

"Ibu, jangan terlalu memikirkannya. Serahkan semuanya pada polisi. Mereka akan segera mencari tahu. Bukan kita yang melakukannya. Kita tidak akan pernah melakukan hal sekejam itu!" kata Anya.     

"Anya …" Indah mengelus punggung tangan Anya dan akhirnya tidak mengatakan apa pun.     

Sama halnya dengan Indah, Anya juga takut suaminya akan terlibat dalam masalah ini. Meskipun Agnes pantas mendapatkan hal ini, tidak ada gunanya mengotori tangan Aiden untuk menghukum wanita jahat itu!     

Anya menyadari bahwa ibunya menatap ke arah Aiden dan mengkhawatirkannya. Ia tahu apa yang ibunya pikirkan. "Jangan khawatir. Aiden selalu melakukan sesuatu dengan sangat berhati-hati. Belum tentu juga ia yang melakukannya."     

Indah mengangguk sambil tersenyum. "Kalau Agnes membunuh dirinya sendiri, ia tidak boleh menyalahkan orang lain."     

…     

Di malam hari, berita datang dari rumah sakit bahwa Agnes sudah melewati masa kritis.     

Ia terluka begitu parah hingga tulang rusuknya patah dan melukai paru-parunya. Setelah operasi berlangsung selama delapan jam, akhirnya ia bisa diselamatkan.     

Kakinya sudah terlalu hancur sehingga tidak bisa disambungkan kembali dan wajahnya rusak akibat ledakan yang terlalu dekat itu.     

Mendengar berita itu, Maria mengambil inisiatif untuk menghubungi Anya. "Anya, apakah kamu mau kakak menggantikanmu untuk mengunjunginya atas nama Keluarga Atmajaya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.