Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Grand Opening



Grand Opening

0"Anya, malam ini …"     

"Malam ini kita harus berdamai dulu. Punggungku sakit!" Anya langsung menolak.     

"Aku akan memijatnya untukmu," Aiden membujuk Anya untuk berbaring di tempat tidur dan membantunya untuk memijat pinggangnya. Tetapi kemudian, ia langsung melahap Anya dan menyapunya hingga bersih!     

Anya merasa punggungnya pegal dan lemas. Ia mengerang dengan kesal. "Aiden, kamu jahat. Kamu pembohong. Kamu serigala!"     

Aiden hanya tersenyum dengan puas sambil membelai rambut istrinya. "Jangan salahkan aku. Ini semua salahmu karena terlalu menawan."     

"Aku tidak mau berbicara denganmu lagi. Aku mau ibuku …" Anya menutupi wajahnya dengan bantal dan memukul bantal itu dengan kesal.     

Aiden tertawa melihatnya. "Tidak ada gunanya memanggil ibumu. Kamu sudah punya suami sekarang. Biar suamimu yang mengurusmu," Aiden menariknya keluar dari selimut dan menggendongnya ke kamar mandi.     

Setelah mandi, Anya merasa sangat mengantuk dan langsung ingin tidur. Ia bahkan tidak punya tenaga untuk memakai baju sehingga ia tidur tanpa mengenakan apa-apa.     

Tetapi kemudian, ia benar-benar menyesal mengapa ia tidak mengenakan baju. Tidak peduli seberapa lelah dan mengantuknya dia, seharusnya ia tetap menggunakan bajunya.     

Mengapa ia harus menggunakan baju saat ia sedang tidur?     

Tentu saja untuk menghalangi suaminya melakukan sesuatu! Tanpa mengenakan sehelai pakaian pun di bajunya, Aiden tentu saja akan tergoda dan menunjukkan cintanya lagi.     

Ini adalah sebuah pelajaran bagi Anya! Tidak peduli apa pun yang terjadi, ia akan menggunakan baju saat sedang tidur!     

…     

Di tanggal 1 Oktober, sekolah parfum Anya, Iris Perfume Academy, dan sekolah Tari Agnes akan dibuka pada saat yang bersamaan. Banyak wartawan sudah berkumpul di sana, menyorot orang-orang penting dan juga selebriti yang datang untuk mendukung pembukaan tersebut.     

Sebelum menerima murid, kedua sekolah itu sudah terkenal dan mendapatkan banyak sorotan.     

Pada pukul 9 pagi, semua orang sudah tiba. Para tamu penting hari ini datang untuk menyaksikan acara pemotongan pita dan grand opening kedua sekolah tersebut.     

Bima dan Galih berdiri di tengah, mewakili Anya untuk melakukan pemotongan pita tersebut. Aiden dan Anya juga berada di barisan, tetapi mereka membiarkan orang tua mereka untuk mewakilinya.     

Di sisi kanan dan kiri gerbang tersebut penuh dengan karangan bunga yang diberikan oleh banyak orang.     

Setelah pemotongan pita tersebut, balon-balon yang sudah disiapkan langsung dilepaskan, terbang ke atas langit, melambangkan mimpi para murid yang akan terbang dengan sangat tinggi, mencapai puncaknya.     

Maria dan Nadine membantu Anya untuk menghadapi para wartawan dan menjawab setiap pertanyaan dari mereka.     

Hari ini, sekolah tari Agnes juga mengadakan grand opening dan acara pemotongan pita. Seharusnya, sebagai sepupu Anya, ia juga memberi selamat pada Anya dan mengikuti acara yang Anya adakan. Tetapi, ia hanya berdiri di depan pintu gerbang sekolahnya dan memandang sekitarnya dengan dingin.     

Di pintu gerbang sekolahnya, ia mendapatkan dua karangan bunga. Menurut kurirnya, karangan bunga itu dikirimkan oleh Aiden.     

Agnes merasa sangat puas saat melihatnya.     

Mungkin Aiden tahu bahwa sekolah Anya dipenuhi dengan karangan bunga dari keluarga dan rekan-rekan kerjanya, tetapi tidak ada satu orang pun yang akan memberinya karangan bunga. Itu sebabnya, Aiden mengambil inisiatif untuk memberinya bunga.     

Agnes menyentuh karangan bunga yang indah itu dan bergumam, "Anya, aku akan merebut semua yang kamu miliki sekarang."     

Pada saat itu, seorang wartawan menyarankan agar Anya berfoto bersama dengan Galih dan Indah di depan gerbang sekolahnya.     

Ini adalah sebuah acara yang sangat besar. Iris Perfume Academy akhirnya dibuka. Begitu berita tersebut tersebar, pasti akan ada banyak murid yang mendaftar dan kelasnya bisa segera dimulai.     

Anya berdiri di tengah. Galih berada di kirinya dan Indah berada di kanannya. Seluruh Keluarga Pratama sudah lengkap di sana.     

Setelah mengambil beberapa foto, Galih melambaikan tangannya pada Aiden, "Aiden, kemarilah. Ayo kita mengambil foto bersama-sama. Hari ini adalah hari pentingnya Anya. Di masa depan, ia tidak hanya akan menjadi seorang Parfumeur, tetapi juga kepala sekolah Iris Perfume Academy."     

Saat Aiden hendak menghampiri mereka, tiba-tiba saja suara ledakan yang besar terdengar.     

"Astaga! Apa yang terjadi?"     

"Meledak! Ada yang meledak!"     

"Cepat telepon polisi. Apakah ada yang terluka?"     

"Apa yang terjadi? Mengapa karangan bunganya meledak?"     

"A-Apakah itu … kaki?"     

"Astaga, untung saja akut idak di sana. Kalau tidak, mungkin aku yang akan meledak!"     

"Menyeramkan sekali. Mengapa tiba-tiba saja karangan bunganya meledak?"     

…     

Suara ledakan itu membuat telinga semua orang berdengung sejenak. Setelah karangan bunga itu meledak, pintu gerbang yang terbuat dari batu juga terkena dampak dari ledakan.     

Pecahan-pecahannya berterbangan ke mana-mana, menyebabkan munculnya asap.     

Dalam sekejap, suasana menjadi kacau. Teriakan dan tangisan terdengar di mana-mana.     

Agnes tergeletak di tanah dengan tidak berdaya. Di sekitarnya, terdapat genangan darah yang mengotori tanah. Ia menatap Anya yang berada di depan sekolah parfumnya sendiri, terlihat baik-baik saja.     

Tidak jauh dari tempatnya itu, ada kaki wanita yang mengenakan hak tinggi, tergeletak terpisah dari tubuhnya.     

"Agnes …" teriak Galih, ia langsung menghampirinya. Melihat Agnes penuh dengan darah, Galih memeluknya dengan panik. "Agnes, jangan takut. Ambulans-nya akan segera tiba!"     

"Ayah, aku kesakitan. Aku akan mati! Ini semua karena Aiden. Aiden dan Anya yang bekerja sama untuk membunuhku!"     

Mendengar hal ini, Galih langsung memalingkan pandangannya, memandang ke arah Aiden dengan marah.     

Aiden terlihat tenang. Ia melindungi Anya di balik tubuhnya, tidak mau Anya melihat tragedi ini.     

Anya ingin melihatnya, tetapi saat melihat kaki Agnes yang terlepas dan wajahnya yang berdarah-darah, Anya merasa mual.     

"Apakah Agnes terluka?" ketika mendengar bahwa Agnes terluka, Indah uga datang menghampiri.     

"Ibu, jangan lihat!" Anya langsung menghentikan Indah agar tidak melihatnya.     

Maria juga langsung mengalihkan pandangannya. Ia tahu, terluka karena ledakan bukan luka yang kecil.     

Dulu, Aiden juga terluka karena ledakan. Seluruh tubuhnya hancur. Wajahnya rusak dan kakinya pun lumpuh. Ia hanya bisa duduk di kursi rodanya.     

Ditambah lagi, karena kejadian itu, Aiden harus kehilangan penglihatan dan pendengarannya. Ia juga kehilangan indera pengecapannya. Butuh waktu yang lama untuk memulihkannya, tetapi hingga terakhir pun, penglihatannya tidak bisa pulih total.     

Aiden bisa kembali ke kondisinya yang semula karena tekadnya yang kuat. Aiden memang pria yang kuat dengan kemauan yang besar. Tetapi Agnes adalah seorang wanita. Seorang wanita tidak akan bisa hidup dengan wajah yang hancur.     

"Indah, lebih baik kita jangan menghalangi. Aku tidak tahu bagaimana ledakan itu bisa terjadi dan bagaimana kalau sampai ada ledakan susulan. Lebih baik kita menjauh," Maria dan Anya bekerja sama untuk menjauhkan Indah dari tempat kejadian.     

Setelah pemotongan pita, beberapa orang sudah pulang dan beberapa masuk ke dalam sekolah Anya untuk melihat-lihat.     

Hanya ada para wartawan yang berkumpul di depan gerbang, mengambil foto Anya dan keluarganya. Mereka berdiri di tengah jalan dan ledakan itu terjadi di belakang mereka. Beberapa pecahan batu terlempar dan mengenai mereka.     

"Ayah, aku kesakitan. Ayah …" Agnes mengerang. Karena posisinya terlalu dekat dengan karangan bunga, wajahnya terluka cukup parah.     

"Agnes, Agnes …" Galih menangis dengan sedih, terutama saat melihat kaki Agnes yang sudah tidak ada.     

Ambulans segera tiba dan membawa Agnes, bersama dengan kakinya yang sudah terluka parah. Sepertinya sulit untuk menyambungkannya kembali.     

Polisi segera tiba di tempat tersebut dan segera mengumpulkan bukti. Mereka menemukan bom yang tersembunyi di dalam karangan bunga tersebut dan menemukan detonator di tempat kejadian.     

Walaupun detonator itu sudah gosong dan hitam, polisi masih bisa menemukan bahwa ledakan itu terjadi karena ada seseorang yang memencet tombol detonatornya.     

Ada CCTV yang terpasang di depan gerbang Iris Perfume Academy. Ketika ledakan itu terjadi, apa yang terjadi di depan gerbang sekolah tari Agnes bisa dilihat dengan jelas.     

Nadine tampak menyadari sesuatu. Tidak heran kemarin malam Harris memeriksa CCTV sekolah Anya dan baru kembali pagi-pagi sekali, untuk memastikan kalau tidak ada yang salah.     

Apakah Aiden dan Harris sudah menebak akan ada sesuatu yang terjadi di grand opening hari ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.