Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Diusir ke Luar Negeri



Diusir ke Luar Negeri

0"Aku akan menemuinya dan membujuknya untuk pergi. Tolong beri aku waktu dan jangan lakukan apa pun padanya. Pikirkan mengenai Anya. Kamu tidak mau Anya berpisah dengan ayahnya dan melihat ayahnya masuk ke dalam penjara, kan?"     

"Semuanya tergantung Agnes. Aku tidak bisa menjamin aku akan menyimpan identitasnya selamanya. Bagaimana pun juga, ibu ingin menceraikanmu. Kalau kalian benar-benar berpisah, tidak masalah apakah kamu akan dipenjara atau tidak. Aku juga tidak memedulikan Pratama Group," Aiden mengatakannya dengan sangat tenang, membuat Galih tersentak.     

Selama ini, ia tahu bagaimana sifat Aiden yang kejam dan dingin. Ia juga sangat bersyukur Aiden adalah suami Anya. Itu artinya ia tidak akan pernah bersaing dengan Aiden dan Aiden akan selalu mendukungnya.     

Tetapi sekarang ia tidak merasa seberuntung itu karena Aiden terlalu pintar. Sulit untuk menyembunyikan apa pun darinya.     

Setelah Galih pergi, ia tidak kembali ke rumahnya. Sebaliknya, ia pergi ke apartemen Indah untuk menemui Agnes.     

Agnes mendengar bel pintu dan langsung berlari untuk membukanya. Melihat bahwa Galih yang datang, ia langsung membukakan pintu dan membiarkannya masuk.     

"Ayah, mengapa kamu datang malam-malam begini?" Agnes melepaskan masker wajah yang ia kenakan dan membuangnya ke sampah. Ia kembali ke sofa dan menepuk-nepuk pipinya, memastikan bahwa kulitnya kencang dan bersih karena masker tersebut.     

Ketika Galih melihat Agnes begitu santai, ia bertanya, "Katakan padaku sejujurnya, penculikan Anya itu, apakah benar kamu yang melakukannya?"     

"Mana mungkin aku melakukannya? Kamu juga melihat sendiri bahwa aku terluka. Sekarang ada bekas luka di perutku! Kalau aku benar melakukannya, aku tidak sebodoh itu sampai membuat diriku terluka. Kamu tahu aku. Aku takut sakit," Agnes terus menepuk-nepuk pipinya.     

Ia begitu takut rasa sakit tetapi harus melewati banyak operasi untuk membuat wajahnya menjadi seperti ini. Oleh karena itu ia harus menjaganya baik-baik.     

"Bukan penculiknya yang melukai perutmu, tetapi Aiden. Ia sudah memberitahuku semuanya. Ia yang membawamu dari rumah sakit dan ia merekam semua kata-katamu. Keara, kamu sudah mengecewakan ayah," mata Galih memerah. "Bagaimana bisa kamu melukai Anya? Ia adalah adikmu!"     

Agnes terkejut mendengarnya. "Ayah, apa maksudmu? Apakah Aiden sudah tahu sapa ku?"     

"Benar," Galih mengangguk. "Kamu pergilah dari sini."     

"Mengapa aku harus pergi? Sekolahku sudah jadi dan aku akan segera menjalankannya. Setelah ini, aku tinggal menerima murid dan menghasilkan uang sendiri. Aku tidak mau pergi," kata Agnes dengan keras kepala.     

"Apakah kamu tidak takut Aiden akan mengungkapkan identitasmu yang sebenarnya?" teriak Galih.     

"Ia tidak akan melakukannya. Kalau Aiden ingin mengungkapkan identitasmu, ayah juga akan terlibat. Ia pasti ingin melindungimu sehingga ia akan diam. Aku akan baik-baik saja selama aku tidak memprovokasinya. Tidak usah khawatir," Agnes mengatakannya dengan tenang.     

Ketika mendengar kata-kata Agnes, Galih merasa hatinya dingin. "Aku benar-benar berharap kamu bisa menjadi Agnes. Kalau kamu tidak memikirkan mengenai Aiden dan tidak merasa iri pada Anya, mana mungkin identitasmu akan terbongkar seperti ini? Sekarang, Aiden mengetahuinya dan kita harus mendengarkannya!"     

"Ayah, kamu terlalu banyak berpikir. Selama aku tidak melakukan apa pun, ia juga tidak akan melakukan apa pun. Apa yang harus aku takutkan?" Agnes mengatakannya dengan acuh tak acuh.     

Tentu saja Galih juga memahaminya. Tetapi mendengarnya dari mulut Agnes, Galih merasa semakin tidak senang.     

"Ibumu akan menceraikanku dan mengusirku dari rumah," kata Galih.     

"Biarkan saja. Itu bukan masalah besar. Bukankah ayah menyukai Bibi Diana? Ayah bisa mengejarnya setelah bercerai dengan ibu," Agnes mengambil kutek untuk mengecat kukunya.     

"Indah adalah ibumu. Ia sudah memperlakukanmu seperti putrinya sendiri. Ia mencintaimu lebih dari 20 tahun. bagaimana bisa kamu mengatakan hal sebodoh itu?" Galih merasa sangat marah. "Aku tidak peduli alasan apa yang kamu katakan. Aku beri kamu waktu satu minggu untuk pergi ke luar negeri."     

Agnes langsung berhenti mengecat kukunya dan bertanya. "Apakah kamu harus mengusirku seperti ini?"     

"Kamu harus pergi atau kalau tidak ibumu tidak akan memaafkanku. Dan Aiden tidak akan tenang kalau kamu masih di sini," kata Galih dengan marah.     

"Ayah, kamu mungkin tidak percaya, tetapi aku benar-benar ingin hidup dengan damai. Sebelum aku pergi, biarkan aku melihat grand opening sekolah tari dan sekolah parfum Anya," kata Agnes.     

"Anya tidak mau mengadakan grand opening. Kalau kamu mau …"     

"Kalau Anya tidak mau mengadakan grand opening, aku juga tidak mau. Aku ingin melihat sekolah tariku dan sekolah parfumnya dibuka bersama-sama," Agnes bersandar di sofa dan mengatakannya dengan nada yang tidak bisa dibantah. Tidak peduli apa pun alasannya, ia tidak akan pernah berubah pikiran.     

Hati Galih luluh mendengarnya saat mengatakan Agnes ingin membuka sekolah bersama-sama dengannya. Ia sudah berusaha untuk menyelamatkan Keara, tetapi sekarang ia juga terancam.     

"Baiklah, aku akan mencoba untuk membujuk Aiden," Galih akhirnya setuju. Selama Agnes bersedia untuk pergi, syarat ini tidak sulit untuk dipenuhi.     

Setelah keluar dari apartemen Agnes, Galih menelepon Aiden dan memberitahu syarat yang diberikan oleh Agnes.     

"Aku setuju. Kita bisa mengadakan grand opening di awal bulan Oktober. Pertama kita bisa memotong pita di sekolah parfum Anya dan setelah itu kita pergi ke sekolah tari milik Agnes," kata Aiden dari telepon.     

"Tetapi Anya …"     

"Selama Agnes bersedia untuk pergi dari Indonesia, aku bisa membujuk Anya," kata Aiden.     

"Agnes bilang setelah ia melihat grand opening sekolah tari dan sekolah parfum Anya, ia akan langsung pergi ke luar negeri dan tidak akan pernah kembali untuk mengganggu hidup kita lagi," janji Galih.     

"Aku tidak percaya padanya, tetapi aku bersedia untuk bekerja sama," setelah mengatakannya, Aiden menutup telepon.     

Ketika Aiden sedang telepon dengan Galih, Anya berada di sampingnya dan mendengar semua percakapan itu dengan jelas.     

"Aku tidak setuju. Aku tidak mau Agnes memanfaatkanku. Ia ingin mengambil semua perhatian dariku, mendapatkan semua tamu dan media yang datang untuk sekolahku," kata Anya dengan marah.     

"Anya, apakah kamu percaya padaku?" Aiden memeluk pinggang Anya dan menatap wajahnya lekat-lekat.     

Anya mengulurkan tangannya dan memeluk leher Aiden. "Tentu saja, aku percaya padamu. tetapi aku tidak percaya pada Agnes."     

"Percayalah padaku. Percaya pada rencanaku. Aku punya rencana untuk melawannya," kata Aiden dengan tenang.     

"Apa yang ingin kamu lakukan?" melihat ekspresi di wajah Aiden, Anya tahu bahwa suaminya itu telah mengatur semuanya.     

"Aku tidak bisa memberitahumu sekarang," kata Aiden dengan misterius.     

"Baiklah, aku percaya padamu. Karena kamu yang meminta, aku akan mendengarkanmu. Tetapi aku tidak mau melihat Agnes memotong pita di gerbang sekolahnya," kata Anya.     

Aiden tertawa, "Aku baru mau bilang bahwa kamu benar-benar dilarang untuk menginjakkan kaki ke sekolah itu."     

"Memangnya apa yang kamu lakukan?" Anya langsung berpikir dan mencari ide di benaknya. "Apakah saat pemotongan pita, sekolah Agnes akan hancur dan rata dengan tanah?"     

Aiden mencubit hidung Anya. "Dasar bodoh. Sekolah itu dibangun dengan kokoh dan kuat. Kalau sekolah tari itu tidak jadi dibuka, kamu bisa mendapatkannya dan menjadikannya sebagai ruang kelas tambahan untukmu. Apakah kamu tidak mau mendapatkan sekolah itu sekaligus?"     

Anya tertawa saat mendengarnya. Ia tidak pernah memikirkan hal itu. Ia hanya ingin melihat sekolah itu hancur, tidak pernah membayangkan bahwa ia bisa mengambil alih sekolah itu dan menyatukannya dengan sekolah parfumnya.     

"Suamiku memang sangat cerdas. Mengapa aku tidak kepikiran hal itu? Apakah aku benar-benar bisa mendapatkannya?" kata Anya sambil mengecup pipi Aiden.     

"Kalau aku mengatakan demikian, maka kamu pasti bisa mendapatkannya," Aiden mengecup bibir Anya. Kemudian, ia berbisik pelan di telinga Anya. "Anya, malam ini …"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.