Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kelinci Emas



Kelinci Emas

0"Aku minta maaf, Kak. Jenny masih terlalu muda, sehingga semuanya jadi seperti ini," kata Anya dengan sedih.     

"Aku yang seharusnya minta maaf. Aku jauh lebih tua darinya, sampai-sampai ia memanggilku sebagai paman. Aku mengerti apa yang harus aku lakukan," Jonathan berhenti di depan rumah Anya.     

"Kak, apakah kamu mau masuk sebentar?" tanya Anya.     

"Aku sudah ada janji dengan klien. Aku akan membawa Alisa untuk bermain dengan Arka dan Aksa lain kali," senyum di wajah Jonathan tetap terlihat lembut.     

Sama seperti saat pertama kali Anya bertemu dengannya, Jonathan selalu pengertian dan memikirkan orang lain terlebih dahulu dibandingkan dirinya sendiri. Ia tidak akan membiarkan orang lain merasa malu atau tidak enak hati.     

Setelah Jonathan pergi, Anya hanya bisa menghela napas panjang. Ia tidak tahu apakah ia melakukan hal yang benar atau salah. Tetapi ia tahu bahwa hubungan Jonathan dan Jenny tidak memiliki harapan dan berharap mereka tidak melakukan kesalahan sejak awal.     

Di perjalanan pulang, Jonathan mendapatkan telepon dari Jenny. "Paman, kemarin hari minggu, aku memberi ujian pada Jenny dan semuanya mendapatkan nilai 100. Tetapi aku tidak menginginkan bonusnya. Bagaimana kalau kamu menemaniku belanja dan mengajakku makan malam?"     

Jonathan tidak bisa melihat wajah Jenny, tetapi ia bisa membayangkan ekspresi bangga di wajahnya.     

"Jenny, aku benar-benar minta maaf, tetapi perusahaanku sedang sangat sibuk akhir-akhir ini. aku tidak punya waktu. Bagaimana kalau aku memesankan restoran untukmu dan kamu bisa mengajak temanmu untuk makan bersama. Aku akan membayarnya nanti," kata Jonathan.     

"Aku ingin makan denganmu. Kamu adalah guru kehidupanku!" kata Jenny dengan wajah cemberut. Ia tidak senang ditolak oleh Jonathan.     

Jonathan tertawa. "Guru kehidupan? Sebutan apa itu …"     

"Paman, umurmu berapa?" tanya Jenny dari telepon.     

"Mengapa? Kamu ingin mencari pasangan untukku lagi?" goda Jonathan dengan setengah bercanda.     

"Aku hanya penasaran. Berapa umurmu, paman?" tanya Jenny sekali lagi.     

"Tahun ini aku berkepala tiga," kata Jonathan dengan mencibir, seolah menyindir dirinya sendiri.     

"Paman Aiden lebih tua dari pada kamu. Ngomong-ngomong, ulang tahunku akan segera tiba. Apakah kamu akan memberiku hadiah?" tanya Jenny.     

"Kapan ulang tahunmu?" tanya Jonathan.     

"Tanggal 25 Agustus," jawab Jenny.     

Jonathan tersenyum. "Aku akan menyiapkan hadiah yang bisa membuatmu senang."     

…     

Ulang tahun Jenny datang dalam sekejap mata. Mereka kembali mengadakan acara di rumah Diana.     

Diana sama sekali tidak keberatan. Selama ini, ia hanya hidup berdua dengan Anya. Ia suka bisa berkumpul dengan banyak orang sehingga ia menerima mereka semua dengan hangat.     

Ditambah lagi, Maria dan Hana yang bertanggung jawab atas persiapan ulang tahun itu. Ia tidak perlu melakukan apa pun, hanya menyediakan bunga-bunga dari tamannya dan meminjamkan tempat.     

Walaupun Jenny masih sangat kekanakan dan nakal, ia juga bisa menjadi anak yang bertanggung jawab saat sedang serius.     

Liburan kali ini, Alisa dan Jenny menjadi semakin dekat. Mereka belajar bersama, tidur bersama. Di hari libur, mereka akan pergi ke taman bersama-sama untuk membantu Diana atau pun bermain.     

Kebersamaannya dengan Alisa membuat Jenny bisa melupakan Raka. Sebenarnya, apa yang ia rasakan pada Raka tidak bisa dibilang sebagai cinta sejati, hanya cinta monyet.     

Selain itu, Jenny juga bisa mengajar Alisa dengan sangat baik dan Alisa mengalami kemajuan sangat pesat.     

Malam itu, hadiah untuk Jenny memenuhi kamarnya. Tetapi satu-satunya yang membuatnya penasaran adalah hadiah dari Jonathan.     

Setelah memotong kue, diam-diam ia naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya untuk mencari hadiah Jonathan saat semua orang sedang makan.     

Alisa ingin membantu Jenny, tetapi karena terlalu banyak hadiah di sana, ia tidak bisa menemukan yang mana hadiah dari ayahnya. "Aku menemukannya. Hadiah dengan pita merah muda terbesar!" kata Alisa sambil berteriak gembira.     

Jenny segera melepaskan pita tersebut dan membuka kotaknya. Ia melihat sebuah kelinci yang berkilauan. Tetapi kelinci itu bukan bunga asli, melainkan sebuah celengan berbentuk binatang.     

Jenny langsung tertawa terbahak-bahak. Apakah ia masih sekecil itu sehingga Jonathan ingin mengajarinya untuk menabung?     

"Ayahmu terlalu kolot. Ia membelikanku celengan. Jaman sekarang, kita membayar semua menggunakan ponsel. Mana bisa aku mendapatkan koin," kata Jenny sambil tertawa.     

"Tetapi kelincinya sangat lucu. Ia memakai bunga di kepalanya. Apakah kelinci ini bisa pecah?" Alisa menyentuh bunga di atas kepala kelinci itu.     

Jenny menyadari bahwa kelinci itu memiliki bentuk yang unik. Sepertinya ini bukan barang yang dibeli dari mall-mall biasa, tetapi barang yang harus dipesan secara khusus.     

"Aku tidak tahu, apakah ini bisa pecah?" katanya sambil mengangkat kelinci itu. Kemudian, ia melihat logo di bagian bawah kotak itu yang membuat matanya terbelalak lebar.     

"Kak, ada orang yang naik ke lantai atas!" Alisa mengintip di luar pintu dan berlari untuk menghentikan Anya yang mau naik ke lantai atas.     

Jenny langsung mengembalikan kelinci itu ke dalam kotaknya dan berpura-pura tenang saat kembali turun ke lantai bawah.     

Dari logo yang ia lihat, Jenny baru menyadari bahwa kelinci itu terbuat dari emas. Logo tersebut adalah logo sebuah toko perhiasan yang sangat terkenal. Jonathan memberinya sebuah kelinci yang terbuat dari emas murni!     

Malam itu, setelah semua tamu pergi, Jenny meminta bantuan Diana untuk menimbang kelinci itu. Berat kelinci itu 500 gram, itu artinya harganya sekitar 450 juta rupiah."     

"Alisa, papamu pasti sudah gila," Jenny tidak bisa berkata apa-apa.     

"Papa memberikan celengan untuk kakak, kan? Apa masalahnya?" tanya Alisa dengan bingung.     

"Ini bukan celengan biasa. Singkatnya, celengan ini jauh lebih berharga dibandingkan uang yang kamu masukkan ke dalam," kata Jenny.     

"Aku tidak mengerti," Alisa tidak bisa memahami apa yang Jenny katakan.     

Jenny menghela napas panjang. "Ayo tidur. Sudah malam." Jenny mengajak Alisa untuk masuk ke dalam kamar.     

Setelah Alisa tidur, Jenny langsung menelepon Jonathan.     

"Paman, apakah kamu gila memberiku celengan dari emas murni? Itu terlalu mahal," Jenny biasanya meminta uang jajan dari kakaknya.     

Ia juga meminta uang pada ibunya untuk menaruh saham di sekolah Anya.     

Tetapi mereka semua adalah keluarganya, berhubungan darah dengannya.     

Sementara itu, Jonathan bukanlah keluarganya. Ia tidak berani menerima hadiah semahal itu dari temannya.     

"Alisa lahir tanpa ibunya. Anggap saja itu sebagai hadiah terima kasih karena kamu telah menemani dan mendidiknya. Aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaanku. Hadiah itu adalah ucapan terima kasihku untukmu," kata Jonathan.     

"Paman, kamu terlalu baik. Sebenarnya aku tinggal di rumah ini selama liburan karena aku ingin melupakan Raka. Aku bilang aku akan mengajari Alisa, tetapi sebenarnya ia lah yang menyembuhkanku. Berapa harga kelinci ini? Aku akan membayarnya," kata Jenny.     

Jonathan tertawa, "Apakah kamu ingat terakhir kali kamu mengenalkanku pada Pak Lius padaku? Pak Lius telah setuju untuk bekerja sama dengan perusahaanku dan kerjasamanya cukup besar. Aku ingin memberimu bonus, tetapi rasanya itu tidak cukup. Jadi, saat ulang tahun, aku ingin memberikan hadiah yang spesial untukmu."     

Ketika mendengar hal ini, Jenny langsung merasa tenang. "Aku hanya mengenalkannya padamu. Kemampuan paman sendiri yang bisa membuatmu mendapatkan kerja sama itu. Itu bukan karena aku, tetapi aku akan menerima kelinci ini kalau itu alasannya. Kelincinya sangat cantik, terutama bunga di atas kepalanya."     

"Aku harap kamu suka. Sudah malam, tidurlah. Selamat malam!" Jonathan menutup teleponnya.     

Tidak tahu sejak kapan Alisa muncul di belakang Alisa. Ia bertanya. "Kak, apakah kamu menyukai papaku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.