Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Terlalu Muda



Terlalu Muda

0"Saya mengerti apa yang Tuan inginkan. Saya tidak akan melawan Tuan Nico. Saya harap, ini bisa menginspirasinya untuk menjadi lebih baik," kata Harris.     

Ia tahu bahwa Keluarga Atmajaya sangat mempercayainya. Dan ia juga tahu bahwa Keluarga Atmajaya ingin menggunakannya sebagai pecut yang bisa memotivasi Nico untuk bekerja lebih keras.     

Aiden mengangguk. Seperti yang ia pikirkan dan harapkan, Harris memang orang yang paling peka dan pengertian. Ia selalu memikirkan mengenai orang lain terlebih dahulu dibandingkan dirinya sendiri.     

Oleh karena itu, Aiden memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Nico tersadar. Sebentar lagi, Nico akan menjadi seorang ayah. Ia harus lebih bertanggung jawab dan lebih dewasa dibandingkan sebelumnya.     

…     

Beberapa hari kemudian, Aiden memberitahu Anya bahwa ibunya, Diana, lah yang memesan karangan bunga itu. Karena ia sudah memesannya dari jauh-jauh hari, ia lupa untuk memberitahu Anya.     

Begitu tahu bahwa ibunya yang memberikannya, Anya merasa tersentuh. Ibunya memang selalu memperhatikannya. Ia langsung pergi ke rumah ibunya dan membantunya untuk mencabuti rumput liar di taman.     

Walaupun Diana tidak tahu apa yang terjadi, ia melakukan apa yang Aiden suruh padanya karena ia yakin bahwa Aiden tidak akan pernah menyakiti Anya.     

Ketika Alisa melihat Anya sedang mencabuti rumput, ia langsung mengikutinya dan meniru Anya.     

"Mama, Alisa suka dengan Kak Jenny. Ia mengajari Alisa belajar dan aku bisa mengerti dengan cepat. Seandainya saja Kak Jenny mau jadi ibuku," kata Alisa.     

Ketika mendengar kata-kata Alisa, tangan Anya berhenti bergerak dan ia menatap gadis mungil yang di sampingnya.     

"Kamu pintar sekali. Jenny memang sangat cantik dan ceria. Ia bisa mengajarimu dan membuat Alisa lebih pintar. Tetapi apakah Alisa pernah bertanya padanya apakah ia mau menjadi ibumu? Apakah papa menyukainya? Jenny tidak akan bisa menjadi ibu Alisa kalau mereka berdua tidak saling menyukai," kata Anya, memberi penjelasan pada Alisa dengan sabar.     

Sebenarnya, Anya juga berpikir bahwa Jenny dan Jonathan sangat cocok dan sifat mereka saling melengkapi. Kalau mereka berakhir bersama, mereka akan menjadi pasangan yang cocok.     

Namun, memikirkan mengenai situasi Jonathan saat ini, ia merasa bahwa Jenny masih terlalu kecil. Jenny adalah satu-satunya anggota Keluarga Atmajaya yang belum mendapatkan pasangan, sehingga keluarga mereka memikirkan mengenai pernikahannya dengan sangat hati-hati.     

"Aku rasa Kak Jenny juga menyukaiku dan papa. Papa sangat baik padanya. Aku rasa papa menyukainya," kata Alisa.     

"Berapa umurmu? Apakah kamu sudah mengerti cinta?" Anya tertawa.     

"Mama jangan meremehkan Alisa! Kalau Kakak Jenny dan papa saling menyukai, Alisa bisa punya adik!" kata Alisa.     

Anya terkejut mendengarnya. Anak kecil ini sudah tahu bahwa orang yang saling mencintai bisa memiliki anak. "Siapa yang mengajarimu?"     

"Kak Jenny!" jawab Alisa.     

Saat memikirkannya, Anya merasa masuk akal juga. Jenny adalah tipe orang yang bisa membicarakan apa pun, bahkan mengenai anak. Ia tidak memiliki filter apa yang boleh dan tidak boleh dibicarakan dengan anak kecil.     

"Kalau Alisa benar-benar menyukai Jenny, belajarlah dengan rajin agar Alisa bisa semakin dekat dengannya. Tetapi biarkan papa dan Jenny mengurus masalah mereka sendiri, ya?" kata Anya.     

"Alisa mengerti," ia mengerutkan bibir kecilnya, merasa tidak senang tetapi tetap patuh pada Anya.     

Anya mencabuti rumput hingga pinggangnya terasa sakit. Setelah itu, ia mengajak Alisa untuk kembali ke rumah.     

Diana yang berada di rumah sudah menyiapkan snack untuk mereka.     

"Jenny sangat serius dalam mengajar Alisa. Sebelum Alisa libur sekolah, ia sudah membuat rencana kelas sambil menunggu kedatangan Alisa. Dan setiap minggu, ia mendapatkan bonus karena nilai Alisa yang bagus," kata Diana sambil tersenyum.     

"Kak Jenny mengajar dengan hebat. Yang lebih penting lagi, aku pintar dan rajin belajar. Mama, cepat puji aku!" kata Alisa dengan bangga.     

"Anak mama memang paling hebat! Rajin belajar terus ya, sayang!" kata Anya.     

"Papa bilang mama tidak punya anak perempuan, hanya ada dua anak laki-laki. Alisa ingin jadi kesayangan mama!" kata Alisa sambil tersenyum ke arah Anya. "Alisa akan menurut pada mama. Saat aku besar nanti, Alisa akan membelikan baju dan sepatu yang bagus. Alisa akan membelikan semua yang mama inginkan!"     

Alisa sambil memeluk Anya dengan erat.     

"Mama akan menunggu kamu besar nanti!" kata Anya sambil mengecup pipi tembam Alisa.     

Alisa tidak memiliki ibu, tetapi ia masih tumbuh menjadi anak yang penurut dan hangat.     

Hampir semua liburannya ia habiskan di taman Diana. Jonathan tidak tahu bagaimana cara mengajari anak kecil dan ia juga tidak punya waktu.     

Ia sempat berpikir untuk mencari guru profesional agar bisa mengajari Alisa. Tetapi ia tidak mau masa kecil Alisa hanya dipenuhi dengan belajar, belajar, belajar. Ia ingin Alisa menikmati masa kecilnya yang menyenangkan.     

Alisa sudah tidak memiliki ibu. Jonathan tidak ingin merenggut kebahagiaan masa kecil Alisa juga.     

Ia yakin saat Alisa besar nanti, Alisa akan merindukan kehidupannya yang ia habiskan di taman Diana.     

Diana adalah ibu yang sangat hebat, bisa membesarkan Anya seorang diri menjadi wanita yang luar biasa. Jonathan merasa lebih lega kalau bisa menitipkan Alisa kepadanya.     

Ia juga bersyukur karena Anya bukan hanya teman baiknya, tetapi juga sepupunya. Karena Anya, Jonathan bisa mendapatkan banyak bantuan untuk membesarkan Alisa.     

Alisa mengetahui berbagai macam bunga-bunga dan tanaman sejak kecil. Ia juga menunjukkan ketertarikannya pada parfum.     

Anya pernah mengatakan dengan bercanda bahwa suatu hari nanti, kalau Alisa tertarik, Anya akan mendidiknya untuk menjadi penerusnya.     

…     

Di malam hari, Jonathan datang sambil membawa ikan segar untuk Diana.     

"Kak, aku mau pulang. Bisakah kamu mengantarku? Sekalian aku ingin berbicara padamu," Anya masuk ke dalam mobil Jonathan dan mereka pergi bersama.     

"Apakah kamu ingin tanya mengapa aku datang ke rumah ibumu?" kata Jonathan sambil tersenyum.     

"Kamu datang ke rumah ibu jam segini karena kamu tahu Jenny masih belum selesai mengajar Alisa dan kamu akan bertemu dengannya. Ibuku sudah memberitahumu untuk menghindarinya. Bagaimana menurut pendapatmu?" tanya Anya.     

"Ibumu benar. Aku harus menjauhinya," kata Jonathan.     

"Ibu memikirkan kebaikanmu, tidak mau Keluarga Atmajaya menyalahkanmu karena Jenny yang masih terlalu muda. Dan mengenai guru Alisa, walaupun Jenny bisa mengajarinya dengan baik, aku harap kakak mencari penggantinya," kata Anya.     

Jonathan tertawa, "Jangan khawatir, sekolah akan mulai di bulan Agustus. Alisa hanya akan datang saat akhir pekan. Biarkan ia bersenang-senang selama liburan ini."     

"Baiklah kalau kakak sudah memikirkannya. Hari ini, Alisa bilang padaku kalau ia menyukai Jenny dan ingin Jenny menjadi ibunya. Tetapi kalau Keluarga Atmajaya menentang, maka …"     

"Anya, apakah kamu tidak mengenalku? Aku tidak peduli pada cinta. Aku hanya ingin mengembangkan perusahaanku dan mengurus Alisa. Aku adalah pria tua dengan satu anak, mana mungkin aku bermain-main dengan gadis muda? Aku bisa memahami pendapat anggota Keluarga Atmajaya, terutama ibu dan kakek Jenny. Aku akan menghindarinya," kata Jonathan dengan tenang.     

Anya merasa sedikit tidak enak hati. Kalau boleh, ia ingin mendukung hubungan Jonathan dan Jenny. Ia juga merasa bahwa mereka berdua sangat cocok. Tetapi sayangnya situasi mereka tidak mendukung dan sulit bagi mereka untuk mendapatkan restu dari keluarga.     

Karena sudah tahu bahwa hubungan mereka tidak akan ada hasilnya, akan lebih baik menghindari masalah sejak awal.     

"Aku minta maaf, Kak. Jenny masih terlalu muda, sehingga semuanya jadi seperti ini," kata Anya dengan sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.