Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Wakil CEO



Wakil CEO

0Bukannya Anya tidak menyukai bercinta dengan Aiden. Ia juga sangat menikmatinya. Tetapi ia tidak bisa mengimbangi stamina Aiden dan setelahnya, ia pasti akan merasa sangat lelah dan tidak bisa mengerjakan apa pun.     

Hari masih sore, tetapi kamar Anya dan Aiden sudah terkunci. Mereka bercinta berulang kali hingga Anya merasa sangat lelah.     

Bahkan, Anya sudah tidak nafsu makan lagi karena terlalu mengantuk. Ia duduk di meja makan sambil memandang Aiden beberapa kali.     

Setelah makan malam, ia langsung kembali ke kamarnya dan beristirahat. Ia sudah tidak punya tenaga untuk bekerja dan membuat parfum lagi malam ini.     

Saat matanya sudah hampir tertutup, ia mendengar suara ponselnya berbunyi.     

Ia tidak mau mengangkat telepon itu sehingga ia menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya.     

Aiden tertawa melihat kelakuan Anya. Ia mengambil ponsel Anya dan menjawab telepon itu untuk istrinya.     

Saat melihat Bima yang menelepon, Aiden bertanya dengan suara pelan. "Ayah, ada apa?"     

"Kemarin Anya bilang pada ayah kalau ia menerima dua karangan bunga. Aku sudah menanyakannya pada semua temanku, tetapi tidak ada yang mengirimkannya. Coba tanyakan pada Galih. Mungkin ia atau temannya yang mengirimkannya," kata Bima dari telepon.     

"Aku akan mencari tahu," kata Aiden.     

"Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan," Bima terlihat sedikit ragu saat menanyakannya. "Aku ingin mencari pasangan. Apakah kamu keberatan?"     

Wajah Aiden sedikit berubah. Ia berpura-pura untuk tetap tenang dan berkata, "Kamu kamu menemukan pasangan yang cocok, aku tidak akan menentang."     

"Baiklah!" kata Bima dengan senang.     

Setelah itu, Aiden menutup teleponnya dan mengembalikan ponsel Anya ke nakas. Ia duduk di samping tempat tidur Anya dan memandang ke arah istrinya yang sudah tertidur lelap.     

Tangannya terulur untuk membelai pipi Anya     

Sebelumnya, Aiden tidak akan pernah setuju kalau ayahnya ingin menikah lagi.     

Itu karena pasangan ayahnya adalah Imel. Imel sudah merusak hubungan ayah dan ibunya sejak lama. Dan Imel hanya mendekati ayahnya demi nama baik dan kekayaan yang dimiliki oleh Keluarga Atmajaya.     

Karena Aiden dan Nico tidak setuju, akhirnya Bima tidak bisa menikahinya.     

Tetapi pasangan Bima yang kali ini adalah wanita baik-baik.     

Walaupun Aiden merasa bahwa ayahnya kurang pandai dalam menilai wanita, kali ini sepertinya ia memilih orang yang tepat.     

Semua anaknya akan menikah, sama halnya dengan cucu-cucunya. Pada akhirnya, Bima akan tersisa sendirian dan kesepian. Kalau ia bisa mendapatkan kebahagiaan di usia tuanya, Aiden tidak keberatan untuk membantunya.     

…     

Anya merasakan keringat dingin mengalir di tubuhnya. Ia merasa gelisah, tidurnya tidak nyaman. Ia sedang bermimpi berdiri di depan sekolahnya, sekolah impiannya!     

Ia merasa impiannya sudah berada di rengkuhannya. Senyum di wajahnya mengembang dengan lebar.     

Tetapi sedetik kemudian, karangan bunga yang berada di kanan dan kiri gerbang sekolahnya tiba-tiba saja meledak dengan keras.     

"Ahhh!" Anya berteriak dan terbangun dari mimpinya.     

Ia langsung duduk di tempat tidur dengan napas terengah-engah, sedikit merasa kesulitan untuk bernapas.     

Aiden langsung ikut bangun mendengar teriakan itu dan memeluk Anya. "Ada apa? Jangan takut, ada aku di sini."     

Anya menyandarkan tubuhnya di pelukan Aiden. Ia berusaha untuk mengatur napasnya. Mencium aroma suaminya membuatnya jauh lebih tenang. Ia menguburkan dirinya lebih dalam di pelukan Aiden.     

"Aiden, aku mendapatkan karangan bunga untuk sekolahku. Aku tidak tahu siapa yang mengirimkannya. Tetapi aku bermimpi karangan bunga itu tiba-tiba meledak," kata Anya dengan takut.     

Aiden mengelus punggung Anya dan menenangkannya. "Jangan terlalu dipikirkan. Kamu masih belum menemukan siapa pengirimnya sehingga kamu berpikir aneh-aneh."     

"Apakah ayahmu sudah menghubungi? Apakah temannya yang mengirimkannya?" tanya Anya.     

"Ayah bilang karangan bunga itu bukan dari temannya. Bagaimana kalau tanya pada ayahmu?"     

"Ibu bilang itu bukan dari temannya. Tetapi aku belum bertanya pada ayah," saat memikirkan hal ini, Anya langsung mengambil ponselnya dan menelepon Galih.     

Pada saat itu, Galih sedang rapat sehingga asistennya lah yang menjawab panggilan Anya. Saat istirahat sejenak, Galih menelepon Anya balik dan mengatakan bahwa karangan bunga itu bukan dari dirinya dan juga bukan dari teman-temannya.     

Karangan bunga itu seperti muncul begitu saja.     

Anya merasa semakin panik mendengarnya. Ia memikirkan kembali mengenai mimpinya dan merasa cemas.     

"Aiden, tolong selidiki siapa yang mengirimkannya. Kalau kamu tidak menemukan pengirimnya, lebih baik dibuang saja!"     

"Jangan khawatir, aku akan menyuruh seseorang menyelidikinya." Aiden merasa masalah ini adalah masalah yang cukup penting sehingga ia hanya bisa mempercayakannya pada Harris.     

Harris selalu bekerja dengan cepat dan efisien, sehingga id malam hari, ia sudah mendapatkan informasinya.     

Seperti biasa, mereka semua berkumpul untuk makan malam di ruma Anya.     

Setelah makan malam, Tara dan Nico langsung pulang ke rumah untuk beristirahat. Anya juga membungkuskan sup ayam untuk Tara nikmati di rumah.     

Saat tahu Harris harus melaporkan pekerjaan pada Aiden, Nadine memutuskan untuk mengikuti Anya ke ruang parfum dan membahas mengenai acara yang akan diadakan di Iris dalam waktu dekat.     

Di ruang kerja Aiden, Harris menunjukkan semua informasi yang ia dapatkan pada Aiden.     

"Tuan, surat jalan dari karangan bunga itu palsu. CCTV di jalan menangkap mobil yang mengirimkannya, tetapi plat nomornya juga palsu. Sepertinya pengirimnya sengaja tidak ingin memberitahu identitasnya," kata Harris dengan singkat padat dan jelas.     

"Aku tidak menerima benda yang tidak tahu asal usulnya," kata Aiden.     

"Saya juga sudah mencari tahu dari mana asal usul karangan bunga ini dibuat, tetapi tidak ada toko yang menerima pesanan bunga ini. Sepertinya bunga ini sengaja dipesan dari luar kota untuk menyulitkan pelacakannya. Kalau kita ingin melacaknya lebih rinci, butuh waktu yang lebih lama," kata Harris.     

Adien berpikir sejenak dan berkata, "Terus periksa sampai kamu tahu siapa pengirimnya. Kalau ini berhubungan dengan Agnes, maka …"     

Ia menyuruh Harris mendekat ke arahnya agar ia bisa berbisik pada Harris. Mata Harris terbelalak setelah mendengar kata-kata Aiden. "Tuan, apakah itu tidak …"     

"Lakukan saja apa yang aku katakan," kata Aiden.     

"Baik, Tuan," jawab Harris.     

Nadine memandang ke arah pintu ruang kerja Aiden dan mengetuknya pelan. "Apakah kalian sudah selesai?"     

"Ada masalah apa?" tanya Aiden.     

"Paman, ini sudah bukan jam kerja, tetapi kamu masih dalam mode CEO. Kasihan Harris!" Nadine masuk ke dalam dan menggandeng tangan Harris. "Aku dengar, setelah Paman Ivan menikah, ia akan pergi ke luar negeri bersama dengan Bibi Raisa untuk mengurus perusahaan cabang."     

"Benar …" jawab Aiden.     

"Apakah kakakku bisa dipromosikan menjadi wakil CEO? Kalau kakak menjadi wakil CEO, posisi general manajer kan kosong. Maksudku …"     

"Awalnya, aku berencana meminta Harris untuk menggantikan Ivan sebagai wakil CEO setelah Ivan pindah. Tetapi kalau kamu berpikir ia lebih baik menjadi general manajer, maka …"     

"Tidak! Bukan begitu maksudku! Harris sangat berbakat dan ia bisa menjadi wakil CEO. Paman, anggap saja aku tidak mengatakan apa pun dan jalankan sesuai dengan rencanamu," Nadine memotong kata-kata pamannya dengan cepat.     

Aiden tertawa melihat kepanikan Nadine, "Harris, bagaimana menurutmu?"     

"Saya akan mengikuti keputusan Anda, Tuan," bagi Harris, tidak peduli apakah ia wakil CEO atau pun general manajer. Yang pasti, ia sudah berada di sisi Aiden sejak ia masih kecil dan ia berniat untuk mengabdikan seluruh hidupnya untuk Atmajaya Group.     

"Kalau kamu ingin kembali ke perusahaan keluargamu, aku tidak akan melarang. Aku bisa melihat seluruh kerja kerasmu selama ini dan kemampuanmu jauh di atas Nico. Walaupun Nico adalah cucu Keluarga Atmajaya, aku tidak akan memperlakukan suami Nadine lebih rendah darinya. Mungkin posisi ini akan membuat Nico iri, tetapi ini juga bisa memicunya untuk lebih baik. Kalau ia melakukan sesuatu padamu, katakan saja padaku," kata Aiden sambil tersenyum.     

Saat memikirkan bahwa suaminya akan menggantikan pekerjaan Ivan dan dipromosikan menjadi wakil CEO, Nadine merasa sangat gembira.     

"Kakakku memiliki kepribadian yang buruk, tetapi jangan takut. Aku juga akan mendukungmu. Kalau ia berani menindasmu, aku akan melaporkannya pada kakek dan ibu. Dan Paman Aiden juga akan membantu kita untuk mengurusnya!" kata Nadine dengan senang.     

"Saya mengerti apa yang Tuan inginkan. Saya tidak akan melawan Tuan Nico. Saya harap, ini bisa menginspirasinya untuk menjadi lebih baik," Harris adalah orang yang sangat peka. Ia paham apa yang Aiden dan Keluarga Atmajaya inginkan.     

Ia tahu bahwa Keluarga Atmajaya sangat mempercayainya. Dan ia juga tahu bahwa Keluarga Atmajaya ingin menggunakannya sebagai pecut yang bisa memotivasi Nico untuk bekerja lebih keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.