Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kebiasaan atau Cinta



Kebiasaan atau Cinta

0"Iya, Martin sangat baik sehingga banyak orang merasa nyaman dengannya. Saat aku di luar negeri, ia selalu menemaniku. Kalau tidak, mungkin aku akan merasa tertekan," kata Raisa sambil berjalan.     

"Aku akan berterima kasih padanya karena telah menemanimu," ekspresi di wajah Ivan terlihat sedikit kaku dan ia terlihat seperti menahan diri.     

Raisa merasa sangat senang! Ia yakin seratus persen kalau Ivan cemburu.     

"Aku bilang pada Martin, saat aku menikah nanti, aku akan memperkenalkannya pada temanku yang paling cantik. Tetapi ia malah bilang jangan memberi garam pada lukanya. Apakah kakak mengerti maksudnya?" Raisa berpura-pura polos dan terus menguji reaksi Ivan.     

Ivan mengelus kepala Raisa dengan lembut dan membantunya untuk memasang sabuk pengaman begitu masuk ke dalam mobil. "Martin bekerja di industri hiburan dan mengenal banyak artis. Ia tidak kekurangan wanita cantik."     

"Baguslah kalau begitu. Aku pikir ia masih suka padaku dan ingin mengejarku," kata Raisa sambil tertawa.     

Ketika mendengar hal ini, wajah Ivan menggelap, tetapi ia tidak mengatakan apa pun.     

…     

Saat Ivan dan Raisa tiba di restoran sebuah hotel, Martin sudah tiba terlebih dahulu.     

"Kak Ivan, Raisa, kalian sudah datang. Lama tidak bertemu!" Martin hendak memeluk Raisa dan menghampirinya, tetapi Ivan langsung menghentikannya.     

Ivan berkata dengan wajah dingin. "Di Indonesia, jarang ada yang menyapa dengan pelukan.     

Martin memandang ke arah Ivan dan Raisa. "Aku terlalu bersemangat. Ayo duduk, duduk …"     

Raisa langsung duduk di samping Ivan dengan patuh, tidak seperti Raisa yang nakal saat kecil dulu.     

"Kak Ivan, kamu dan Keara sudah bertunangan selama bertahun-tahun. Mengapa kamu tiba-tiba berpisah dengannya?" saat Martin duduk, ia langsung melemparkan pertanyaan yang sulit.     

Saat Raisa melihat Ivan tidak mau menjawab, ia langsung berkata, "Itu karena Kak Ivan tidak menyukai Keara. Kalau ia tidak mengakhiri pertunangannya dengan Keara, bagaimana ia bisa bertemu dengan bertunangan denganku?"     

"Raisa, kamu tidak pernah memiliki pacar sebelumnya, jadi kamu tidak mengerti. Aku rasa, Kak Ivan bertunangan dengan Keara karena wajahnya mirip dengan Anya. Setelah itu, ia menyadari bahwa yang palsu tidak akan bisa menggantikan yang asli. Sehingga akhirnya ia mengakhiri pertunangannya."     

"Apa yang kamu bicarakan? Ini tidak ada hubungannya dengan Anya!" kata Raisa dengan kesal.     

Martin memandang ke arah ivan. "Raisa, sejak kita kecil, Anya adalah pasangan Kak Ivan. Apakah kamu tidak ingat?"     

"Martin, kita tidak bertemu untuk membicarakan masa lalu. Mengapa kamu malah membahas hal itu?" Raisa memandangnya dengan kesal.     

Martin terlihat tidak setuju dengan tentangan dari Raisa. "Raisa, aku tulus padamu, tetapi Kak Ivan idak. Ia menyukai Anya, tetapi karena tidak bisa bersama dengannya, ia menggunakan Keara sebagai pengganti Anya. Setelah itu, ia membuangnya karena tidak menginginkannya. Aku tidak yakin apakah ia benar-benar mencintaimu dan ingin menikah denganmu!"     

"Kak Ivan mencintaiku dan aku juga mencintainya!" Raisa menggandeng tangan Ivan dengan erat.     

Setelah hening cukup lama, akhirnya Ivan bertanya. "Apakah kamu menyukai Raisa?"     

"Sejak kecil aku selalu menyukainya! Saat aku tahu bahwa Raisa dipaksa pergi ke luar negeri, aku pergi ke sana untuk menemaninya. Aku tidak bisa menerima orang yang tidak mencintainya. Mengapa kamu menahannya seperti ini?" tanya Martin dengan sakit hati.     

Ivan tersenyum. "Bagaimana kamu bisa menilai bahwa aku tidak mencintainya?"     

"Apakah kamu berani menyangkal bahwa orang yang kamu sukai adalah Anya?" tanya Martin.     

"Aku mengakui bahwa dulu aku memang sangat menyukai Anya. Tetapi aku bahagia karena ia sudah mendapatkan kebahagiaannya sendiri. Sementara itu, aku sama sekali tidak pernah mencintai Keara. Lagi pula, ia sudah tidak ada lagi, tidak ada gunanya membicarakannya. Sejak aku bertunangan dengan Raisa, ia selalu berada di sampingku. Bisa dibilang, aku melihatnya tumbuh dari kecil. Aku menyukainya, aku menyayanginya dan aku tidak bisa hidup tanpanya. Kamu bisa bilang itu kebiasaan. Kamu bisa menyebutnya sebagai cinta. Kamu bisa menyebutnya sebagai apa pun, terserah kamu …" Ivan menggenggam tangan Raisa yang berada di bawah meja dengan erat.     

Pelayan restoran mulai menyajikan makanan mereka satu demi satu, tetapi Martin sudah tidak nafsu makan lagi.     

"Raisa, apakah kamu bodoh? Kak Ivan hanya memanfaatkanmu. Ini bukan cinta. Apakah kamu tidak bisa memahaminya?" kata Martin dengan marah.     

Raisa mengerutkan bibirnya saat mendengarkannya. "Kak Ivan bilang ia tidak bisa hidup tanpa aku. Itu saja sudah cukup bagiku. Walaupun itu tidak menggebu-gebu, bukan berarti itu bukan cinta."     

"Akhir-akhir ini, perwakilan dari perusahaanku bertemu dengan Atmajaya Group. Kalau Kak Ivan tidak keberatan, kita akan menjalankan kerja sama dan Raisa yang akan bertanggung jawab atas proyek ini. Kalian berdua akan berpisah sementara. Aku ingin lihat apakah kebiasaan ini benar-benar cinta. Apakah kalian berani?" Martin memandang Ivan dengan menantang.     

Raisa memandang Ivan sambil tersenyum. "Tidak masalah untukku."     

"Aku tidak setuju. Bukannya aku tidak percaya padamu, tetapi aku tidak mempercayai Martin. Aku tidak mau setelah kerjasamanya berakhir, ia tidak akan menghargaimu lagi," kata Ivan, tidak memedulikan meski Martin masih berada di hadapannya.     

"Benarkah? Apakah kakak takut terhadap pekerjaannya, atau takut aku akan berubah pikiran?" tanya Raisa.     

Ivan menghela napas panjang. "Aku tidak mau mengambil resiko. Kamu adalah milikku. Tidak ada yang perlu diuji dari perasaan kita dan kita tidak perlu membuktikannya pada orang lain. Raisa, menurutku …"     

"Aku belum pernah memegang proyek sebesar ini sebelumnya. Aku ingin mencobanya, Kak. Beri aku kesempatan!" Raisa memegang tangan Ivan dengan manja.     

Walaupun Ivan merasa enggan, akhirnya ia hanya bisa menyetujuinya.     

…     

Keesokan harinya, Raisa menelepon Anya dan memarahinya.     

"Ada apa? Apakah rencananya tidak berhasil? Kak Ivan sudah memberimu ijin untuk memegang proyek dengan Martin. Kamu sudah menjadi asistennya selama lebih dari satu tahun. Seharusnya tidak akan ada masalah, kan?" tanya Anya dengan bingung.     

"Tapi kamu tidak tahu kan. Setelah pulang kemarin malam, ia …" Raisa tidak berani melanjutkan, terlalu malu untuk mengatakannya.     

Anya langsung tertawa terbahak-bahak. "Tidak perlu mengatakannya. Aku sudah tahu. Aku tidak menyangka Kak Ivan yang sabar ternyata juga bisa berubah menjadi serigala! Tetapi bukankah itu namanya tanda cinta. Itu yang kamu inginkan, kan?" goda Anya.     

Raisa mendengus dengan marah. "Hari ini, aku merasa sangat lelah. Pinggangku sakit dan kakiku lemas. Selain itu, mataku terlihat hitam seperti panda. Ia tidak terlihat marah sedikit pun saat makan malam, tetapi …"     

"Bukankah itu hal yang bagus? Kamu bisa menumbuhkan rasa posesif di hati Kak Ivan dan membuatnya sedikit gugup. Tetapi kamu harus berhati-hati. Kalau kamu terlalu dekat dengan Martin, apa yang terjadi kemarin malam akan menjadi hal yang biasa," kata Anya.     

Raisa merasa gugup saat mendengarnya. "Benarkah?"'     

"Kak Ivan adalah orang yang sulit untuk menunjukkan perasaannya. Kamu bisa memancingnya, tetapi jangan keterlaluan. Kalau tidak, kalian bisa-bisa punya anak dulu sebelum pesta pernikahan kalian dilangsungkan," kata Anya sambil tertawa.     

"Mengapa kamu malah tertawa! Aku tidak peduli lagi!" Raisa menutup teleponnya dengan marah.     

Di malam hari, saat Aiden pulang kerja, Anya menceritakan semuanya dengan senang.     

Namun, ia tidak menyangka Aiden akan 'melemparkannya' ke tempat tidur dan membelai wajahnya. "Nyonya Atmajaya, sepertinya akhir-akhir ini kamu sedang sibuk. Bukankah kamu juga perlu belajar dari Raisa?"     

"Aku tidak mau!" Anya berusaha untuk melarikan diri, tetapi Aiden memegangi pinggangnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.