Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Aksen yang Kental



Aksen yang Kental

0"Ibuku bilang Tuan Galih adalah orang baik dan suka membantu orang lain. Setelah pria ini bangun, ia akan membantumu untuk pergi dari sini."     

Anya merasa sangat gembira mendengarnya. Ia menangkupkan tangannya untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya pada wanita itu karena ia tahu wanita itu tidak bisa mengerti bahasanya.     

Wanita itu terlihat malu-malu. Ia bergegas mengganti perban di luka pengawal Aiden dan kemudian pergi.     

Di hari keempat sejak menghilangnya Anya, akhirnya Aiden bertemu dengan pemilik perkebunan opium tersebut, Reza. Namun, orang tersebut mengelak dan mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat wanita dengan ciri-ciri seperti itu.     

Aiden menjanjikan imbalan yang sangat besar pada siapa pun yang berhasil menemukan Anya.     

Sementara itu, Indah benar-benar khawatir pada putrinya. Setiap hari ia terus menangis dan bersikeras ingin mengunjungi perkebunan Pratama Group untuk menunggu Anya di sana.     

"Galih, aku ingin pergi ke kebun. Kalau Anya baik-baik saja, ia pasti akan kembali ke sana," kata Indah.     

"Walaupun banjirnya sudah surut, di sana tidak aman. Tunggu saja beritanya di hotel," kata Galih.     

"Anya sangat peduli terhadap kebun itu. Kalau ia tidak bisa menghubungi kita, mungkin ia akan mencari kita di kebun," Indah terus bersikeras.     

"Indah … Baiklah, aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarmu," Galih tahu bahwa ia tidak bisa membujuk istrinya lagi dan akhirnya memutuskan untuk menuruti permintaannya.     

Galih sendiri yang menjemput Indah ke kebun Pratama Group. Setelah gempa bumi, terjadi banjir juga di sana. Tetapi Anya berhasil menjaga perkebunan itu dengan sangat baik sehingga dampak yang terjadi sangat minim.     

Para pekerja sudah kembali melakukan tugas mereka, menanam kembali rempah-rempah, memupuki tanah dan memulihkan perkebunan itu.     

Aiden mengikuti Galih selama beberapa hari dan akhirnya menemukan tempat persembunyian Agnes.     

Sekitar pukul 10 malam, Aiden masuk ke dalam kamar rumah sakit Agnes saat wanita itu sedang berbaring di tempat tidur dengan wajah yang pucat.     

Agnes merasakan ada seseorang yang mendekati tempat tidurnya. Saat ia membuka matanya, ia melihat Aiden berdiri di sana.     

"Aiden? Apakah ada berita mengenai Anya?" tanya Agnes.     

"Apa yang terjadi?" tanya Aiden dengan dingin. Tangannya terkepal berusaha menahan amarahnya.     

"Ada orang yang merampok sekoci kita. Orang-orang tersebut membawa pisau. Orang-orang itu menusuk perutku dan melemparkanku di air. Saat aku terluka, Anya masih berada di atas sekoci. Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Agnes dengan cemas.     

"Mengapa kamu tidak memberitahu kami berita sepenting itu? Beberapa hari terakhir ini, kami mencari Anya ke mana-mana …"     

"Aku baru saja bangun malam ini. Kamu bisa tanya pada dokter kalau kamu tidak percaya. Rumah sakit sudah memberitahu pamanku dan ia akan segera tiba sebentar lagi," Galhi tiba tepat saat Agnes mengatakannya.     

Galih keluar dari lift dan langsung melihat pengawal Aiden berdiri di depan pintu kamar rumah sakit Agnes. Ia merasa jantungnya seperti diremas-remas.     

Ia berpura-pura tenang dan berjalan menuju ke arah kamar. Saat ia melihat Aiden, ia mengambil inisiatif untuk menyapanya. "Aiden, kamu di sini …"     

"Ayah, sejak kapan kamu menemukan Agnes?" tanya Aiden.     

"Dua hari yang lalu. Ia terluka dan terseret banjir. Lukanya terkena infeksi dan ia tidak sadarkan diri. Aku takut kamu terlalu gegabah dan mengganggu istirahatnya sehingga aku tidak memberitahumu. Agnes, ceritakan pada kami apa yang terjadi saat itu. Sampai sekarang, Anya masih belum ditemukan," kata Galih dengan tenang.     

Tanpa menunggu jawaban Agnes, Aiden langsung bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah pintu. "Ada hal lain yang harus aku kerjakan. Aku pergi dulu."     

Setelah ia pergi, Galih menghela napas panjang, "Bagaimana kondisimu?"     

"Aiden kelihatannya sangat marah. Apakah ia berharap aku yang menghilang dan Anya yang selamat?" dengus Agnes dengan kesal.     

"Anya menghilang dan Aiden sangat khawatir. Mungkin ia hanya sedang emosi. Apakah kamu ingat bagaimana ciri-ciri orang yang menyerangmu di sekoci itu?" tanya Galih.     

"Aku pusing dan aku tidak bisa mengingat apa pun. Paman, meski aku ingat sekalipun, apakah kamu pikir aku akan memberitahumu?" Agnes tertawa dengan keras.     

"Kamu …" Galih marah hingga wajahnya memerah. "Jangan sampai aku tahu bahwa menghilangnya Anya ada hubungannya denganmu."     

"Aku juga terluka. Mana mungkin aku melukainya. Paman hanya memikirkan mengenai Anya saja …"     

"Diam dan jujurlah padaku. Aiden sampai datang ke tempat ini hari ini. Kalau kamu tidak mau kehilangan hidupmu lagi, sebaiknya kamu mendengarkan aku. Kalau tidak, tidak ada yang bisa menyelamatkanmu!" teriak Galih.     

"Aku mengerti," Agnes mengerucutkan bibirnya. Walaupun ia merasa enggan, akhirnya ia menurut.     

Aiden tidak terburu-buru pergi setelah keluar dari kamar Agnes. Ia menunggu di mobilnya dan meminta orang-orangnya untuk memeriksa luka Agnes.     

Setengah jam kemudian, pengawalnya sudah mendapatkan informasi. Seorang petugas kebersihan mengatakan bahwa Agnes sudah berada di rumah sakit itu selama beberapa hari, tetapi ia tidak datang dalam kondisi tidak sadar.     

Sejak awal, ia benar-benar sadar!     

Mengenai luka di perutnya, tidak ada yang bisa memastikannya secara langsung karena tidak ada yang bisa melihat luka di balik bajunya. Tetapi beberapa petugas rumah sakit melihat bahwa Agnes berjalan-jalan di kamarnya saat sedang senggang.     

Mata Aiden langsung menggelap saat mendengarkan informasi itu. Keanehan dari sikap Agnes membuktikan kecurigaannya.     

Menghilangnya Anya pasti ada hubungannya dengan Agnes. Agnes berpura-pura terluka dan masuk ke rumah sakit untuk mengalihkan kecurigaan darinya.     

Dengan mengaku tidak sadarkan diri, ia bisa mengatakan bahwa ia tidak tahu di mana Anya berada.     

"Tunggu di sini dulu dan bawa Agnes kepadaku saat tidak ada orang yang melihat," kata Aiden.     

"Baik, Tuan," jawab pengawal tersebut.     

…     

Hari masih subuh, matahari pun masih belum terbit. Pengawal Aiden kembali sambil membawa sebuah tas besar. Tas itu tidak berisi barang, melainkan seseorang.     

Agnes.     

Mata Agnes ditutupi dengan menggunakan kain dan mulutnya ditutup dengan lakban. Tangan dan kakinya diikat dengan erat sehingga ia tidak bisa bergerak sedikit pun.     

Aiden menggunakan mikrofon yang bisa mengubah suara dan wajahnya terlihat dingin saat berkata, "Nona Agnes, apakah kamu pikir kami tidak bisa menemukanmu meski kamu bersembunyi di rumah sakit?"     

"Siapa kamu? Mengapa kamu menangkapku?" Agnes terlihat tenang, tidak menangis atau berteriak sedikit pun.     

"Mengapa kami menangkapmu? Kamu telah menyulitkan kami! Sekarang, Aiden Atmajaya sedang mencari kami. Bahkan Galih Pratama pun ikut terlibat. Bos sedang bersembunyi. Semua rekan-rekanku kebingungan karena tidak tahu harus berbuat apa. Semua ini karena kamu!" teriak Aiden.     

Agnes merasakan jantungnya berdebar. ia merasa curiga karena orang yang menanyainya menggunakan alat pengubah suara.     

Ia tidak tahu siapa yang menangkapnya.     

Kalau orang-orang ini benar-benar berniat jahat padanya, akan sangat berbahaya.     

Tetapi mungkin saja orang di hadapannya ini adalah Aiden yang ingin mengorek informasi darinya. Lalu, apa yang harus ia lakukan?     

Setelah mempertimbangkannya dengan hati-hati, Agnes menjawab. "Aku tidak mengerti apa maksudmu? Aiden adalah kakak iparku. Ia sedang mencari saudaraku. Kalau kamu tahu di mana saudaraku, tolong katakan padaku tempatnya. Kami akan sangat berterima kasih padamu."     

Aiden mengerutkan keningnya. Ia tahu Agnes sedang curiga padanya dan menolak untuk mengatakan yang sebenarnya.     

Saat ia hendak memikirkan mengenai serangan balik, pengawal yang berada di sampingnya tiba-tiba berkata, "Hei, wanita sialan. Jangan berpura-pura. Kamu yang menyuruh kami untuk menangkap seorang wanita. Siapa yang tahu ternyata wanita itu adalah orang yang penting. Aiden membawa banyak orang ke sini dan semua rekan-rekanku akan dihabisi olehnya. Cepat selesaikan masalah ini, atau aku akan melepaskan saudaramu pada Aiden dan mendapatkan uang yang ditawarkannya. Jangan salahkan kami kalau kami melaporkan namamu padanya."     

Pengawal Aiden menggunakan aksen lokal yang sangat kental, membuat Agnes menyadari bahwa aksen tersebut adalah aksen penduduk sana.     

Sepertinya ia benar-benar jatuh ke tangan penculik Anya. Ia tidak tahu apa yang terjadi dan bagaimana orang-orang ini bisa menemukannya.     

Semua ini berada di luar ekspektasinya.     

Mata Aiden terpaku pada wajah Agnes dan ia bisa melihat perubahan di wajah wanita tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.