Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Banjir



Banjir

"Natali yang menyuruh seseorang untuk merampokmu dan memberikan uang itu kepadaku. Aku menghabiskan uang itu tanpa tahu bahwa uang itu adalah uang pengobatan ibumu. Kalau aku tahu, meski aku tidak menyukaimu sekali pun, aku pasti memilih untuk menyelamatkan seseorang dibandingkan menggunakan uang itu untuk hal yang tidak penting. Aku bodoh karena terperdaya oleh Natali, tetapi kamu juga sama bodohnya. Kalau kamu memberitahuku yang sebenarnya, mungkin …"     

"Aku mengerti. Terima kasih sudah memberitahu yang sebenarnya," kata Anya sebelum menutup telepon.     

Iya benar, Anya juga merasa bersalah. Kalau saja saat itu ia tidak malu dan gengsi untuk meminta tolong pada Raka, mungkin neneknya bisa diselamatkan.     

Walaupun ia miskin, harga dirinya terlalu tinggi untuk meminta bantuan pada orang lain.     

"Anya, sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah lewat!" Diana menghampirinya dan memeluk Anya dengan lembut.     

"Ibu, aku minta maaf. Karena aku, kalian semua terluka," kata Anya dengan penuh penyesalan.     

"Kamu tidak salah. Semua ini salah ibu. Kamu sudah menderita selama ini. Selama bertahun-tahun, kamu bekerja keras untuk membayar biaya rumah sakit ibu. Ibu yang seharusnya minta maaf padamu," kata Diana dengan sedih.     

Anya balas memeluk ibunya. "Ibu, bukan kita yang salah, tetapi orang-orang yang menyakiti kita. bagaimana aku bisa menyalahkanmu atas apa yang dilakukan oleh Imel dan kegagalan ayah untuk menjaga dan melindungimu?"     

"Kalau kita benar, kita tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Yang penting, sekarang kita masih bersama-sama dan bahagia," kata Diana sambil tersenyum.     

Anya mengangguk dan menyandarkan kepalanya di pundak ibunya.     

Tidak ada gunanya menyesali apa yang sudah berlalu. Anya hanya bisa memetik pelajaran dari masa lalunya, agar suatu hari nanti, ia tidak melakukan kesalahan yang sama.     

…     

Setelah meninggalkan rumah ibunya, Anya mulai mengedit video lamaran Raisa. Walaupun ia mengancam Raisa tadi, ia tidak benar-benar menyebarkan kejadian saat Raisa terjatuh dengan memalukan.     

Malam itu, internet digemparkan.     

Website Atmajaya Group dan Mahendra Group merilis video lamaran Ivan dan Raisa secara bersamaan. Lamaran itu mendapatkan dukungan dan doa dari semua orang.     

Mereka berdua merupakan teman sejak kecil dan Ivan adalah seorang pria yang bersih tanpa ada gosip miring tentangnya.     

Banyak orang yang tidak menyukai Raisa dan sifatnya yang kekanakan dan seenaknya. Tetapi setelah bertunangan dengan Ivan, ia sudah banyak berubah.     

Raisa bisa berubah karena Ivan adalah sosok kepala keluarga yang hebat. Ia bisa mengarahkan Raisa ke jalan yang benar.     

Pada saat bersamaan, Aiden memberitahu Anya bahwa Galih berniat menyuruh Agnes untuk mengambil alih perkebunan milik Pratama Group di luar kota yang terkena dampak gempa.     

Anya merasa tidak rela kalau perkebunan itu jatuh ke tangan Agnes. Tetapi Galih tidak punya pilihan lain selain menyerahkannya pada Agnes karena sebelumnya Anya membatalkan niatnya untuk pergi ke sana.     

"Aiden, aku harus pergi!" kata Anya dengan tegas.     

Setelah Anya kembali ke kota, Aiden tidak rela Anya pergi lagi darinya. Ia tidak mau berpisah dengan Anya sehingga ia berusaha untuk menahan Anya di rumah.     

"Setelah gempa, hujan deras terjadi di sana. Ada kemungkinan akan terjadi banjir atau tanah longsor. Aku tidak mau kamu pergi."     

"Aku tidak bisa mempercayai Agnes. Perkebunan itu adalah kerja kerasku dan ibu. Ia tidak mengetahui situasinya dan tidak ada gunanya ia pergi ke sana. Sebenarnya, aku dan ibu sudah merencanakan bagaimana cara menghadapi musim hujan. Saat ini, ibu sedang sakit dan butuh istirahat. Aku harus pergi!"     

Anya bersikeras dan tidak mau mengalah. Dan ia juga tidak sedang meminta ijin. Ia sudah memutuskan untuk pergi.     

"Apakah kamu harus pergi meski aku tidak setuju? Kalau ada sesuatu yang terjadi padamu, bagaimana denganku dan anak-anak?" tanya Aiden.     

"Aku akan melindungi diriku sendiri. Aiden, kamu tidak paham betapa berartinya perkebunan itu untukku. Aku yang bekerja sejak tanah itu masih rata, melihat satu per satu tanaman tumbuh dan berkembang. Aku tidak bisa melihat mereka semua hancur …" mata Anya memerah.     

Aiden memahami bahwa perkebunan itu adalah sesuatu yang membantu Anya untuk mengatasi depresinya. Anya melihat perkebunan itu sebagai sosoknya yang mendapatkan hidup baru dan kesempatan untuk berkembang dari nol.     

Anya ingin pergi, bukan untuk menyelamatkan perkebunan itu saja, tetapi juga untuk menyelamatkan dirinya sendiri.     

Jiwanya sudah bersatu dengan perkebunan itu dan ia bisa sembuh karena ia mengurus kebun itu, melihatnya tumbuh dengan sangat indah. Karena perkebunan itu, Anya merasa hidupnya masih penuh dengan harapan.     

Bagaimana mungkin Anya bisa melihat kebun itu hancur saat ia berharap perkebunan itu bisa bertahan hingga musim panennya?     

"Kalau kamu berniat pergi, aku juga akan ikut!" Aiden tidak bisa menolaknya lagi dan memutuskan untuk menyerah.     

Anya tersenyum melihat kerelaan hati suaminya. Memang hanya Aiden yang memahami dirinya. "Apakah kamu tidak takut bahaya?"     

"Aku lebih takut kamu berada dalam bahaya." Aiden mengecup kening Anya. "Kita akan pergi berdua, tanpa membawa anak-anak."     

"Baiklah," Anya mengangguk.     

…     

Setelah menghabiskan tiga hari di rumah bersama dengan anak-anak mereka. Aiden dan Anya akhirnya pergi.     

Walaupun Bima dan Indah menentang kepergian mereka, Anya tetap bersikeras untuk berangkat. Akhirnya, Bima hanya bisa mengatur beberapa orang untuk melindungi mereka dan meminta mereka untuk mempersiapkan diri kalau sampai ada bahaya.     

Agnes sudah pergi lebih awal, tetapi ia tinggal di hotel setiap hari. Ia hanya mengatur anak buah Pratama Group melalui telepon saja, tidak langsung pergi ke perkebunan itu.     

Hujan deras terus turun dan membuat saluran tersumbat sehingga perkebunan itu tergenang.     

Anya merasa sangat panik. Aiden membawanya pergi ke perkebunan itu dan mengatur beberapa orang yang ahli dalam menyelam untuk memperbaiki sumbatan tersebut.     

Tetapi tidak ada satu orang pun yang berani mengambil resiko. Mereka semua sibuk menyelamatkan diri mereka sendiri.     

Akhirnya, Aiden memutuskan untuk membayar beberapa orang beserta para pengawalnya untuk membuat selokan yang bisa menampung air hujan.     

Di malam hari, Aiden dan Anya tinggal di rumah panggung dari kayu yang berada di kebun tersebut. Setiap malam, para pengawal bergantian untuk berjaga, memastikan bahwa banjirnya tidak sampai masuk ke rumah.     

Mereka bertahan hingga hari ketiga, sampai sekoci mereka tiba-tiba saja menghilang dicuri orang.     

Dengan adanya sekoci itu, mereka bisa melarikan diri kalau sampai ada bahaya yang terjadi. Tetapi sekarang sekoci mereka tiba-tiba hilang dan mereka terjebak di sana.     

"Aiden, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Anya kebingungan. Ia ingin mempertahankan perkebunannya sehingga ia tetap bertahan di sana sehingga beberapa hari berlalu.     

Tetapi siapa sangka ada orang jahat di saat-saat susah seperti ini.     

Bukankah seharusnya di saat bencana seperti ini seharusnya semua orang saling membantu?     

"Kalau kita semua pergi dari sini, perkebunannya akan hancur," kata Aiden dengan tenang sambil menganalisa situasinya. "Kita tunggu dulu dua hari di sini. Kalau banjirnya mulai surut, aku akan meminta seseorang membantu kita."     

Anya ketakutan. Ia memikirkan mengenani Diana, Galih, Indah dan juga kedua putranya.     

Ia benar-benar menyesali kekeraskepalaannya. Ia bersikeras untuk datang ke perkebunan ini tanpa memedulikan bahaya yang akan dihadapi. Kalau sampai ada sesuatu yang terjadi pada Aiden, apa yang harus ia lakukan?     

Dulu, Aiden pernah buta dan tidak bisa berjalan hanya karena menyelamatkannya.     

Dan sekarang, ia membuat masalah untuk Aiden lagi!     

"Aiden, bagaimana kalau kamu pulang dulu. Biar aku saja yang di sini," kata Anya dengan tenang.     

"Tidak, aku mau menemanimu," Aiden tahu apa yang Anya pikirkan dan langsung menolak sarannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.