Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengancam



Mengancam

0"Kakak cantik, papaku masih single. Apakah kamu mau dengannya?" tiba-tiba saja Alisa nimbrung pembicaraan mereka.     

Saat Anya pergi ke taman bunga untuk mencari Jenny, ia mendengar pertanyaan Alisa. Ia langsung menutup mulutnya dan tersenyum diam-diam. Dari jauh, ia mengamati dalam diam.     

Jenny kebingungan dengan pertanyaan Alisa dan tidak tahu bagaimana menjawabnya.     

Ia bahkan tidak tahu bagaimana Alisa tiba-tiba menyukainya dan menginginkannya untuk menjadi ibu tirinya.     

"Bukankah anak kecil takut dengan ibu tiri? Mengapa kamu malah mencari pacar untuk papamu?" Jenny bertanya padanya karena ia tidak mengerti.     

"Kamu cantik dan kamu suka makan. Kalau kakak menjadi ibuku, kakak bisa mengajakku untuk makan makanan enak!" kata Alisa dengan serius.     

"Alisa, bagaimana bisa kamu meminta seseorang untuk menjadi mamamu hanya karena kamu ingin makan? Jenny cantik dan masih muda. Ia punya banyak pilihan lain. Kamu jangan nakal!" kata Jonathan dengan lembut.     

"Papaku sangat baik. Ia lembut dan memiliki sifat yang baik. Ia rajin dan sangat bersih. Selain itu, ia juga kaya. Kakak bisa membeli banyak baju cantik dan makanan enak. Kakak cantik, bagaimana kalau kamu memikirkannya?" Alisa berusaha sekuat tenaga untuk mempromosikan ayahnya agar bisa mendapatkan pacar.     

Jenny merasa malu. Apakah anak kecil jaman sekarang sepintar ini?     

"Alisa, ayah sibuk mengurus perusahaan, sibuk mengurus kamu dan tidak punya energi tersisa untuk jatuh cinta. Kalau kamu suka kakak Jenny, kamu bisa bermain dengannya. Tetapi jangan paksa ia untuk menjadi ibumu," Jonathan meninggalkan taman dengan menggandeng Alisa. Dan salah satu tangannya yang lain memegang bunga segar yang dibungkus dengan koran. Jenny mengikuti mereka sambil membawa senter.     

Sebelumnya, saat Jonathan mengatakan bahwa ia menyukai Jenny, sebenarnya ia hanya berbohong agar Jenny tidak memperkenalkannya pada wanita lain.     

Srijaya Group baru saja berkembang ke jalan yang benar, tetapi ambisinya jauh lebih besar dibandingkan itu.     

Ia juga sangat mencintai Alisa dan tidak ingin Alisa memiliki ibu tiri. Ia takut wanita lain akan memperlakukan Alisa dengan jahat, jadi ia tidak berniat mencari pacar.     

Jenny tidak memikirkan hal ini sebelumnya, jadi ia mengenalkan temannya pada Jonathan. Jonathan menggodanya dan mengatakan bahwa ia menyukainya, tetapi dengan bodohnya Jenny percaya.     

"Kalau kamu tidak ingin memikirkan mengenai perasaan untuk sementara waktu, kamu bisa langsung mengatakannya padaku. Tidak perlu membohongiku," kata Jenny di belakangnya.     

"Aku tidak akan pernah menikah lagi, tetapi aku tidak bohong padamu. Aku … Aku benar-benar menghargaimu. Kalau pun kamu tidak bisa bersama dengan Raka sekalipun, aku yakin suatu hari nanti kamu akan menemukan pasangan yang tepat untukmu," kata Jonathan sambil tersenyum.     

Jenny tersentuh mendengarnya.     

Walaupun ia tidak bisa bersama dengan Raka, bukan berarti ia bukan wanita baik. Jonathan bilang bahwa ia menghargainya.     

"Untuk pertama kalinya, aku merasa penghargaan darimu jauh lebih indah dibandingkan suka dan cinta. Jangan khawatir. Setelah hari ini, aku akan melupakan masa laluku," kata Jenny sambil tersenyum.     

"Papa, aku mengantuk," Alisa bersandar di pundak Jonathan sambil menguap.     

"Biar mama membuat buket bunga untukmu dan setelah itu kita pulang," Jonathan tersenyum sambil menggendong putrinya dengan penuh cinta.     

Setelah mereka memilih bunganya, Diana dan Anya bekerja sama untuk membungkusnya menjadi buket.     

"Wow, bibi! Kamu sangat hebat!" Jenny melihat Anya bekerja dengan cepat, menghilangkan semua duri di bunga mawar, mengambil dedaunan dan membungkusnya menjadi buket bunga yang indah.     

Anya memberikan buket itu pada Jenny. "Aku berjualan bunga sejak aku berumur 10 tahun. Aku bukan hebat, aku hanya banyak belajar. Ini bunga untukmu. Aku harap hidupmu akan seindah bunga, bahagia setiap hari hingga selamanya."     

"Terima kasih, Bibi!" Jenny menerima bunga itu dengan senang.     

Diana langsung membersihkan bunga-bunga yang tersisa. Anya membuatkan buket bunga kecil dan memberikannya pada Alisa. Kemudian, ia membuat satu buket bunga lagi, yang besar, untuk Jonathan.     

Anya melihat Alisa yang sudah menguap dan berkata, "Hari ini pasti kalian lelah. Pulanglah dan beristirahatlah.     

"Bagaimana dengan keadaan Bibi Raisa?" tanya Jenny, teringat saat Raisa terjatuh dari tangga tadi karena terlalu bersemangat.     

Tepat pada saat itu, Della menelepon. "Anya, hasil pemeriksaan Raisa sudah keluar. Ia hanya memar-memar saja. tidak ada tulang yang patah. Dokter bilang ia hanya perlu istirahat beberapa hari. Kamu tidak perlu khawatir."     

Anya tertawa mendengarnya. "Raisa memang terlalu gegabah. Ia bahkan tidak bisa bersabar."     

"Meski sakitnya luar biasa sekali pun, aku akan menahannya. Kak Ivan akhirnya melamarku. Bagaimana bisa aku melewatkan lamaran ini hanya karena aku terjatuh," kata Raisa dari ujung telepon. Suaranya terdengar jauh. Sepertinya Della sedang menyalakan speaker ponselnya.     

"Iya, kamu terluka, tetapi kamu masih bisa menerima lamaran Kak Ivan dengan senyum di wajahmu. Raisa, sepertinya kamu benar-benar ingin menjadi kakak iparku," goda Anya.     

"Memangnya kenapa? Apakah kamu tidak suka aku menjadi kakak iparmu? Meski kamu tidak suka sekali pun, sekarang kamu dan Aiden harus memanggilku dengan sebutan kakak ipar," kata Raisa dengan bangga.     

"Ya, ya, kakak ipar. Sekarang istirahatlah! Besok aku akan mengunjungimu di rumah sakit," kata Anya sambil tersenyum.     

"Tidak usah. Besok aku akan keluar dari rumah sakit. Aku hanya perlu menginap sekali untuk memastikan bahwa kondisiku baik-baik saja. Kamu beristirahat saja dan temani anak-anakmu. Anya, walaupun sebelumnya aku tidak menyukaimu, aku sangat berterima kasih atas bantuanmu hari ini," kata Raisa dengan tulus.     

Anya menoleh ke arah Jonathan yang menggendong Alisa di pelukannya. "Kalian pulanglah. Raisa baik-baik saja."     

Kemudian, Anya kembali berbicara di telepon. "Semua orang sudah pulang. Jangan khawatir. Videonya lamarannya juga sangat bagus. Aku akan memotong bagian kamu terjatuh, tetapi aku tetap akan menyimpannya," goda Anya.     

"Apa yang kamu inginkan? Aku terjatuh dengan sangat memalukan. Mengapa kamu malah menyimpan videonya?" Raisa tidak menyangka Anya akan membalasnya seperti ini.     

"Apakah kamu menginginkan video itu?" kata Anya dengan sengaja.     

"Kamu mengancamku sekarang?" Raisa mendengus. "Kalau kamu mau uang, aku punya banyak. Sebut saja kamu mau berapa."     

"Aku tidak ingin uang. Aku hanya ingin tahu satu hal," kata Anya.     

"Tanyakan saja."     

"Dulu, saat ibumu memberiku uang, apakah kamu tahu bahwa uang itu adalah uang pengobatan ibuku? Uang untuk operasi dan menyelamatkan nyawa ibuku?" tanya Anya secara tiba-tiba.     

Raisa tidak menyangka candaan mereka akan berubah menjadi pembicaraan yang serius. Wajahnya terlihat terkejut dan memucat saat memandang Raka dan Della yang berada di sana.     

Raisa tahu suatu hari nanti, Anya pasti akan menanyakan hal ini. Tetapi hingga sekarang, hatinya masih belum siap untuk menjawabnya.     

"Anya, aku minta maaf. Ibuku tidak menyukaimu, sehingga ia membayarmu untuk meninggalkan kakakku. Aku sangat marah saat mendengar kamu meninggalkannya hanya demi uang. Kemudian, Natali yang menghasutku. Ia bilang kakakku sangat mencintaimu tetapi kamu malah meninggalkannya hanya demi uang yang tidak seberapa. Jadi aku …" ketika Raisa mengatakan hal ini, ia memandang ke arah Raka dengan hati-hati.     

Raka sudah terlihat emosi. Sementara itu, Della yang berada di sampingnya berusaha untuk menahannya dan memegang tangannya dengan erat, menggelengkan kepalanya.     

"Siapa yang memberi ide untuk merampok uang itu? Kamu atau Natali?" tanya Anya sekali lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.