Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Lamaran yang Berantakan



Lamaran yang Berantakan

0"Kak, apakah kamu punya cincinnya?" tanya Anya dengan tiba-tiba.     

Ivan tertegun. "Cincin? Untuk apa?" tanyanya.     

"Apakah paman pikir kalau paman membawa sebuket bunga untuk seorang wanita, ia akan langsung menerima lamaranmu?" Jenny juga ikut menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Bukankah lamaran memang begitu?" Ivan terlihat benar-benar polos saat menanyakannya.     

Ivan tidak tahu bahwa ia harus mempersiapkan sebuah cincin saat ia ingin melamar. Ia pikir, bertukar cincin hanya dilakukan saat upacara pernikahan. Apakah itu artinya seorang wanita akan mengenakan dua cincin setelah menikah? Cincin lamaran dan cincin pernikahan?     

Ivan menggaruk kepalanya dengan canggung dan malu. Sepertinya selama ini ia terlalu cuek. Ia terlihat tidak tulus dan tidak menghargai cinta Raisa, sampai-sampai ia bahkan tidak mempersiapkan cincin untuk calon istrinya itu.     

"Tadi aku lihat Raisa memakai cincin. Bagaimana kalau menggunakan cincinnya dulu?" tanya Della.     

"Aku akan memintanya," Anya langsung bergegas ke lantai atas, menuju ke tempat Raisa menunggu di lantai dua. Tanpa banyak bicara, ia langsung mengambil cincin di tangan Raisa.     

"Anya, mengapa kamu mengambil cincinku?" Raisa langsung ketakutan.     

"Kak Ivan tidak mempersiapkan cincin untuk lamaran. Kita gunakan cincin ini saja untuk lamarannya," Anya langsung bergegas mengambil cincin itu dari tangan Raisa. "Tunggu, jangan mengintip ya!"     

Raisa tersenyum dengan manis.     

Ketika Anya sampai di depan pintu, ia berhenti dan menoleh ke arah Raisa, "Raisa, apakah kamu mau memikirkannya kembali? Apakah kamu yakin ingin menikah dengan pria yang bahkan tidak mempersiapkan cincin untuk lamaran?"     

"Kalau aku menikah dengannya, kamu harus memanggilku kakak ipar!" Raisa mengedipkan matanya dengan bangga.     

"Baiklah, baiklah. Kamu menang!" Anya tertawa. Ia membawa cincin itu ke lantai bawah dan memberikannya pada Ivan.     

Setelah itu, ia memeriksa semuanya dengan sangat hati-hati dan kemudian memandang ke arah Jenny. "Jenny, apakah kamu sudah siap?"     

"Siap! Kita bisa mulai!" Jenny menunjukkan gestur OK dengan tangannya.     

"Mainkan musiknya!" dengan perintah Aiden, Jenny langsung memainkan lagunya.     

Begitu Raisa mendengar suara musik, ia langsung berlari turun.     

"Raisa, hati-hati!" Raka mengerutkan keningnya. Adiknya itu benar-benar ingin menikah. Lihat saja betapa cepat larinya.     

Ivan memegang sebuah buket bunga mawar dan cincin di tangannya saat melihat Raisa berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa.     

Ia berlari begitu cepat sehingga kakinya tersandung dan terjatuh tepat di hadapan Ivan.     

"Aku bersedia!" kata Raisa dengan senyum bodoh.     

Ivan langsung meletakkan bunga dan cincin yang dipegangnya. Ia langsung membantu Raisa untuk bangkit berdiri. "Sakit?"     

"Tidak sakit!" Raisa masih tertawa dengan senang.     

"Lamaran yang sungguh gila!" Jenny menghela napas panjang.     

"Mama, apakah lamarannya sudah berakhir?" Alisa menoleh ke arah Anya dan bertanya.     

"Belum dimulai. Sebenarnya ini agak membingungkan!" Anya tidak menyangka semua ini akan terjadi.     

"Kak Ivan, ayo lamar!" Aiden merasa bahwa semuanya sudah siap, seharusnya ini adalah waktu yang tepat untuk melamar.     

Ivan mengambil bunga yang ia letakkan di lantai dan berlutut di hadapan Raisa. "Raisa, aku tidak tahu bagaimana berbicara dengan romantis. Aku tidak tahu bagaimana cara menyenangkan hatimu. Tetapi aku berjanji akan memperlakukanmu dengan baik seumur hidupku. Aku akan berusaha untuk memberikan semua yang kamu inginkan dalam hidupmu. Apakah kamu bersedia menikah denganku?"     

"Aku bersedia!" teriak Raisa dengan penuh semangat.     

Ivan tersenyum dan merogoh kantongnya untuk mengambil cincin. Ia terus merogoh, merogoh dan merogoh, tetapi cincinnya tidak ada!     

Rasanya tadi ia menyimpan cincinnya di kantung. Mengapa cincin itu tiba-tiba hilang?"     

"Kak Ivan kehilangan cincinnya! Cepat bantu cari!" kata Anya dengan suara pelan.     

"Ada sesuatu yang bersinar di sana!" Alisa tiba-tiba berteriak dan menemukan cincinnya.     

"Mata Alisa memang paling hebat. Kamu adalah pahlawannya di lamaran ini. Mama sangat sayang Alisa," Anya mengambil cincin itu dan mengecup pipi tembam Alisa.     

Anya memberikan cincinnya pada Ivan. "Kak, cepat pasangkan cincinnya di tangan Raisa. Jangan sampai hilang lagi!"     

Ivan memasangkan cincin itu di tangan Raisa dan Jenny langsung berteriak, "Cium, cium, cium …"     

Saat Ivan dan Raisa berciuman, Jonathan langsung mengambil foto mereka. Jenny melemparkan kelopak bunga di atas mereka untuk menciptakan suasana yang romantis.     

Walaupun terjadi kecelakaan saat lamaran itu dan persiapannya sangat mendadak, foto yang dihasilkan sangat bagus!     

Setelah lamaran itu, Ivan langsung mengantarkan Raisa ke rumah sakit, memastikan bahwa Raisa baik-baik saja setelah terjatuh tadi. Raka dan Della juga menyusul mereka.     

"Makan malam hari ini telah membantu hubungan Raisa dan Ivan. Agnes, terima kasih sudah membantu," kata Anya.     

"Agnes, ini bunga untukmu. bawalah pulang!" Diana memberikan sebuket bunga mawar untuk Agnes.     

"Terima kasih, Bibi. Bunganya cantik sekali!" Agnes menerimanya dengan senang. "Anya, sudah malam, aku pulang dulu!"     

"Apakah kamu butuh seseorang untuk mengantarmu?" tanya Anya.     

"Aku menyetir ke sini. Tempatnya dekat, tidak perlu mengantarku! Kamu pasti sibuk!" Agnes meninggalkan rumah Diana sambil membawa bunga.     

Jenny menatap bunga yang dibawa oleh Agnes dengan iri. Ia juga menginginkan bunga itu, tetapi ia terlalu malu untuk memintanya.     

"Jenny, bunga apa yang kamu sukai? Kamu bisa memilihnya di taman dan mengambilnya sendiri!" Anya bisa melihat tatapan cemburu di wajah Jenny.     

"Aku akan membantumu!" kata Diana sambil tersenyum.     

"Aku juga ikut!" Alisa berteriak dengan penuh semangat.     

"Aku akan menemani mereka," kata Jonathan sambil mengikuti mereka ke arah taman.     

Diana pergi ke kamarnya dan mengambil senter untuk mereka. Hana sibuk mengatur para pelayan untuk membersihkan tempat tersebut. Anya ingin membantunya, tetapi Aiden langsung menghentikannya.     

"Biar mereka saja yang bersih-bersih. Kamu istirahatlah," Aiden menggandeng tangannya dan duduk di ayunan.     

"Tadi Jenny dan Della bekerja sama untuk lamaran Raisa. Mereka bisa bekerja sama dengan sangat baik dan hasilnya pun juga sangat baik. Sepertinya tidak sulit bagi Jenny untuk melupakan Raka," kata Anya sambil tersenyum.     

"Jenny masih sangat polos. Ia hanya tidak bisa memahami perasaannya saat ini," kata Aiden dengan tenang.     

Anya duduk di ayunan itu sambil mengangkat kepalanya, memandang bintang-bintang di langit. "Bisa bersama dengan orang-orang yang kita cintai adalah hal yang paling membahagiakan. Raisa memang manja dan kekanakan, tetapi ia mau berubah demi Kak Ivan. Aku rasa mereka sangat cocok!"     

"Iya. Selama ini, Kak Ivan jarang merasakan cinta. Imel menganggapnya sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan. Ayahku juga terlalu canggung untuk berhadapan dengan anak-anaknya. Ia pantas mendapatkan seseorang yang mencintainya lebih dari apa pun," kata Aiden.     

Di pinggir kebun bunga, Jonathan sedang memotong beberapa bunga lily dan mawar dengan berbagai warna.     

"Tadi aku lihat kamu bekerja sama dengan Della dan hubungan kalian sangat baik. Apakah kamu sudah melupakan Raka?" tanya Jonathan sambil tersenyum.     

Jenny menggunakan sarung tangannya untuk membungkus bunga yang ia ambil. "Mencintai seseorang bukan berarti harus memilikinya. Selama ia bahagia, aku sudah puas."     

Ketika Raka bersama dengan Della, ia sangat bahagia. Matanya terlihat lembut saat ia memandang Della. Jenny tidak pernah melihat Raka seperti ini sebelumnya.     

Jenny memutuskan untuk melupakan Raka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.