Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Lamaran Tanpa Cincin



Lamaran Tanpa Cincin

0"Anya, aku dengar kamu makan malam di sini. Aku datang untuk makan malam!" kata Agnes dari depan gerbang.     

Wajah Anya langsung berubah menjadi muram. Ia bergumam, "Aku tidak mengajaknya."     

"Ia tidak mengenalku. Biar aku saja yang menyuruhnya pulang," merasa tidak nyaman dengan tempatnya, Jenny memutuskan untuk bangkit berdiri.     

"Biar aku saja. Walaupun ia tidak mengenalmu, kamu berasal dari Keluarga Atmajaya. Tidak enak kalau kamu yang menyuruhnya pulang," kata Della.     

Diana membuka pintu dan mengajak Agnes untuk masuk. "Masuklah saja. Aku akan mengambilkan piring dan sendok untukmu."     

"Agnes kamu datang? Duduklah," Anya sama sekali tidak berdiri untuk menyambut Agnes.     

Diana mengambil kursi dari dalam rumah dan berkata, "Agnes, duduklah di sini."     

"Halo semuanya. Aku adalah sepupu Anya. Namaku Agnes. Senang bertemu dengan kalian," Agnes memperkenalkan dirinya.     

Raisa mengambil sumpitnya dan menusuk-nusuk lobster di piringnya. "Ini adalah makan malam keluarga. Kenapa tiba-tiba ada orang asing. Apakah kamu tidak malu?"     

"Raisa …" tegus Raka.     

"Aku tidak salah," Raisa terlihat tidak senang.     

"Jangan diambil hati, sepupu. Raisa masih sangat muda. Ia terbiasa langsung mengatakan apa yang dirasakannya sebelum berpikir dulu," kata Anya.     

"Apakah aku mengganggu kalian?" Agnes memandang mereka dengan polos.     

"Kamu sudah datang. Jangan berdiri terus," kata Raka.     

Diana mengambil alat makan baru dan berkata dengan hangat, "Agnes duduklah dan makan malam bersama-sama."     

"Terima kasih, Bibi," Agnes duduk di kursinya.     

Posisi Jonathan paling dekat dengan Agnes sehingga ia memberikan makanan untuknya. Jenny langsung mengerutkan bibirnya dan terlihat tidak senang.     

"Paman, aku ingin bertukar tempat denganmu!" Jenny bangkit berdiri dan berpindah di samping kanan Jonathan, memisahkan Jonathan dengan Agnes.     

Jonathan tidak keberatan. Baginya, Jenny sama seperti Alisa yang masih kecil dan harus dituruti permintaannya.     

Ketika Jenny memandang Raka membantu Della untuk mengupas lobster dengan iri, Jonathan langsung mengupas lobster untuk Jenny dan memberikannya ke piringnya. "Makan ini. Jangan lihat lagi," kata Jonathan sambil tersenyum.     

"Aku tidak iri," gumam Jenny dengan suara pelan.     

Agnes tidak keberatan semua orang di sana tidak peduli padanya. Ia menawarkan bantuan pada semua orang untuk menuang anggur dan selalu bersikap ramah pada siapa pun.     

Alisa menyelesaikan makan malamnya dengan cepat dan kemudian pergi untuk bermain. Agnes meninggalkan meja makan dan membantu Alisa untuk naik ke atas ayunan.     

"Apa yang sebenarnya diinginkan oleh sepupumu? Aku tidak mengerti," sejak awal, Raisa sudah tidak menyukai Agnes dan ia langsung mengeluh pada Anya.     

"Apakah kamu tidak bisa lihat bahwa ia ingin bergabung dengan kita?" kata Raka dengan terang-terangan.     

"Aku sudah melihat banyak wanita bermuka dua seperti itu. Paman, jangan tertipu olehnya. Kamu hanya satu-satunya yang single di sini. Mungkin ia mengincarmu," kata Jenny.     

"Ia tidak datang untuk Jonathan. Di hari pernikahan Nadine, Agnes terus memandangi Aiden," kata Raisa.     

Ketiak mendengar hal ini, senyum tipis di wajah Anya sama sekali tidak berubah. Ia tidak keberatan dengan apa yang orang-orang ini katakan dan tidak memasukkannya ke dalam hati.     

"Ia menyukai pamanku?" Jenny menoleh ke arah Aiden. "Pamanku sangat dingin dan wajahnya sangat kaku. Selain tampan, tidak ada yang bisa disukai darinya!"     

Della langsung tertawa mendengar celotehan Jenny. Tentu saja Jenny tidak bisa melihat mengapa para wanita itu menyukai Aiden, karena Jenny adalah keponakannya sendiri. Ia tidak bisa membayangkan menyukai Aiden karena mereka adalah keluarga.     

"Apa yang kamu tertawakan? Aku tidak salah," Jenny masih membenci Della karena ia menyukai Raka, tetapi Raka hanya bisa melihat Della di matanya.     

"Agnes ingin masuk ke dalam lingkaran pertemanan kita, itu artinya, pasti ada sesuatu yang ia inginkan dari kita. Aku rasa ia bukan mengincarku, tetapi kamu, Anya. Ia datang untuk kamu," kata Aiden setelah berpikir panjang.     

"Aku?" Anya memandang ke arah Agnes yang sedang menemani Alisa bermain ayunan di kejauhan. Ia tidak bisa mengerti jalan pikir Agnes dan apa yang ia inginkan darinya.     

Semua orang bisa melihat bahwa ia tidak menyukai Agnes dan selalu dingin padanya.     

Tetapi Agnes sama sekali tidak peduli. Ia selalu berusaha untuk mendekatinya dan ingin memiliki hubungan yang baik dengannya.     

Sebenarnya, tidak peduli apakah Agnes dekat dengan Anya atau tidak, Galih akan tetap membantunya. Tetapi entah mengapa Agnes terus berusaha untuk mendekatinya.     

"Berhati-hatilah," kata Ivan dengan tatapan yang tidak tertebak.     

Anya sama sekali tidak memperhatikan Agnes sepanjang makan malam. Semua orang lainnya juga tidak mengajak Agnes berbicara. Bagaimana pun juga, tidak ada yang mengenal Agnes secara dekat. Hanya Diana saja yang sesekali mengajaknya berbicara."     

Anya menghela napas panjang. "Sudahlah, aku terlalu malas untuk memikirkannya. Ngomong-ngomong, Raka dan Della akan segera menikah. Raisa, kapan giliranmu?" goda Anya.     

"Aku …" Raisa memandang ke arah Ivan dengan malu.     

"Kak Ivan, aku dan Aiden tidak jadi pergi. Kamu harus segera mempersiapkan lamaranmu," kata Anya dengan sengaja.     

Berhadapan dengan tatapan Raisa yang penuh harap, Ivan tiba-tiba berkata, "Mungkin lebih baik aku melakukannya sekarang."     

"Sekarang juga?" Raisa menutup mulutnya dengan terkejut.     

"Paman, kamu terlalu cuek!" Jenny menggelengkan kepalanya.     

"Jenny, pamanmu mau melamar Raisa. Ayo bantu aku mengurus semuanya," Anya takut kesempatan ini akan terlewatkan begitu saja. Ia tidak mau Raisa menunggu terlalu lama."     

"Bu Hana, tolong bantu membersihkan mejanya. Kakakku mau melamar" teriak Aiden.     

Begitu Hana mendengar bahwa Ivan ingin melamar Raisa, ia langsung menyuruh para pelayan untuk membersihkan meja makan. Ia juga mengeluarkan makanan penutup dan cake, serta bunga untuk menghiasi meja tersebut.     

Diana dan Anya langsung bergegas pergi ke tamannya dan mengambil bunga mawar. Della juga membantu mereka untuk membersihkan durinya dan kemudian membungkusnya menjadi buket yang bagus.     

Para pengawal Aiden bergegas kembali ke rumah dan mengambil hiasan-hiasan yang sebelumnya Nico gunakan untuk melamar Tara.     

"Papa, apa yang semua orang lakukan?" Alisa melihat para orang dewasa yang sibuk dengan kebingungan.     

"Akan ada lamaran," kata Jonathan dengan senyuman.     

Alisa langsung berteriak dengan penuh semangat."Wow, romantis sekali!"     

Karena hanya ada sedikit saja alat peniup balon, Agnes langsung membantu meniup balon itu dengan mulutnya sendiri. Dalam waktu singkat saja, balon-balon yang membentuk sebuah hiasan lengkung sudah siap.     

Lantai teras tersebut sudah dihias dengan kelopak mawar merah yang bertebaran.     

Dalam waktu kurang dari satu jam saja, hiasan di tempat tersebut sudah siap.     

Jonathan bertugas untuk merekam aksi lamaran itu dengan kameranya, siap untuk mengabadikan momen yang hanya terjadi satu kali seumur hidup itu.     

"Kak, apakah kamu punya cincinnya?" tanya Anya dengan tiba-tiba.     

Ivan tertegun. "Cincin? Untuk apa?" tanyanya.     

"Aiden, lihat kakakmu!" Anya memijat kepalanya yang terasa sakit. Bisa-bisanya Ivan bertanya untuk apa cincin. Mana ada lamaran tanpa cincin?     

"Apakah paman pikir kalau paman membawa sebuket bunga untuk seorang wanita, ia akan langsung menerima lamaranmu?" Jenny juga ikut menggeleng-gelengkan kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.