Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Menyembunyikan Perasaannya



Tidak Menyembunyikan Perasaannya

0"Hmm … Nanti akan ada Agnes, katanya ia ingin berkenalan denganmu. Kak Maria yang mengirimkan baju ini untukmu tadi, memintamu untuk memakainya," kata Aiden.     

Kantuk yang Anya rasakan langsung lenyap, menghilang begitu saja. Ia bangkit berdiri dan mengenakan gaun itu, mengeluarkan alat make up dari tasnya dan merias wajahnya.     

"Bagaimana?" Anya memandang ke arah Aiden untuk menunjukkan riasannya.     

Aiden mengangguk. "Istriku memang yang paling cantik. Apakah kamu butuh seseorang untuk menata rambutmu?"     

"Tidak usah," Anya mengepang rambutnya ke salah satu sisi dan menghiasnya dengan sebuah jepit berbentuk bunga. Tatanan itu sederhana, tetapi terlihat rapi dan memancarkan kecantikan Anya.     

Aiden memandang istrinya dengan kagum. Istrinya itu memang yang paling sempurna di matanya.     

"Ayo turun. Jangan sampai mereka menunggu!" Anya menggandeng tangan Aiden dan keluar dari kamar hotel itu bersama-sama.     

Sebelum Agnes pulang ke Indonesia, Indah sudah pernah menceritakan mengenai keponakan Galih itu pada Anya.     

Indah menceritakan bahwa semua anggota Keluarga Pratama tidak menyukai dirinya. Karena bagi mereka, Indah hanyalah pengganti istri Galih yang sebenarnya.     

Indah pun tidak terlalu menyukai Keluarga Pratama. Keluarga suaminya itu sering memanfaatkan Galih dan meminta bantuan darinya hanya karena Galih tidak pernah menolak.     

Galih selalu menutup matanya karena ia merasa bahwa keluarga memang harus saling membantu.     

Setelah itu, orang tua Agnes mengalami kecelakaan pesawat, membuat Agnes menjadi yatim piatu. Selama bertahun-tahun, Galih bertanggung jawab untuk membiayai semua pengeluaran Agnes di luar negeri.     

Walaupun Agnes menghasilkan banyak uang, Agnes sering meminta uang pada Galih.     

Kali ini, Agnes kembali ke Indonesia dan ingin membangun sekolah tari. Ia meminta bantuan Galih untuk membangun sekolahnya itu.     

Tetapi karena Agnes adalah sepupu Anya, Indah masih berharap hubungan mereka tetap baik.     

Namun, tidak ada yang menyangka bahwa Agnes menyukai Aiden dan tidak berusaha untuk menutupi ketertarikannya itu sedikit pun.     

Anya muncul di makan malam Keluarga Atmajaya dengan penampilan yang sangat indah, untuk membuat Agnes menyerah dan mundur perlahan.     

Kalau Agnes ingin menghancurkan keluarganya, meski mereka adalah saudara sepupu sekali pun, Anya tidak akan peduli.     

Anya dan Aiden masuk ke ruangan VVIP itu sambil bergandengan tangan. Hana yang melihatnya langsung bangkit berdiri. "Anya, kamu sudah kembali."     

"Bu Hana, kamu pasti repot sendirian di rumah," kata Anya sambil tersenyum.     

"Anya, kapan kamu pulang? Mengapa ayah tidak melihatmu?" suara Bima terdengar sedikit dingin.     

Maria mengedipkan matanya pada Anya, mengisyaratkan Anya agar Anya berusaha untuk menyenangkan hati ayah mertuanya yang sedang kesal.     

"Ayah, aku datang sejak pagi tadi. Ada terlalu banyak tamu, jadi aku tidak bisa menemuimu. Aku bahkan merekam acaranya tadi, aku juga mengambil beberapa foto!" Anya mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Nadine pada Bima.     

Bima melihat foto itu diambil dengan arah yang sangat bagus. Dan dari foto itu, Bima tahu bahwa Anya memang datang dari awal acara. Melihat hal itu, kemarahan Bima langsung mereda.     

Ia melihat foto yang diambil oleh Anya satu per satu dari beberapa sudut yang berbeda. "Anya, foto yang kamu ambil bagus-bagus."     

"Kamera ponselnya yang bagus dan aku juga mengambil sudut yang cukup bagus," kata Anya dengan rendah hati.     

"Maria, lihatlah ini fotomu dan anak-anakmu. Fotonya sangat bagus!" Bima memberikan ponsel itu pada Maria. Melihat fotonya, Maria ikut tersenyum. "Kirimkan fotonya padaku!"     

"Aku akan mengirimkannya pada kakak," Anya mengambil ponsel itu dan mengirimkannya ke Maria.     

"Kalian semua tidak kaget. Apakah kalian semua sudah tahu Anya kembali?" Bima menemukan bahwa semua orang selain ia dan Hana tampak sudah mengetahui kepulangan Anya.     

"Kakek, aku lapar. Dari tadi aku sibuk menyapa tamu sehingga tidak sempat makan," Nico menunjukkan wajah memelas, langsung berusaha untuk membantu Anya dengan mengalihkan pembicaraan. "Bibi sudah pulang dan keluarga kita sudah berkumpul. Ayo kita makan!"     

"Dasar! Kamu hanya ingat makanan saja!" Bima melotot ke arah cucu tertuanya itu.     

"Anya, orang tuamu akan segera tiba," Maria menggenggam tangan Anya sambil tersenyum.     

Melihat senyum di wajah Maria, Anya merasa bersalah karena tidak bisa membantu kakak iparnya itu di saat sedang repot. Maria dan Raisa lah yang mengurus semua acara ini sendiri. "Kak, maaf aku tidak bisa membantumu untuk mengurus acara ini," kata Anya dengan merasa bersalah.     

"Jangan bilang begitu. Kamu tidak perlu melakukan apa pun. Selama kamu dan Aiden bahagia, aku bisa mengurus semuanya sendirian. Aku masih sangat kuat!" kata Maria sambil tertawa dengan anggun.     

Anya memandang ke arah Bima dengan perasaan bersalah. Ia tidak cukup mampu menjadi menantu yang baik. Sampai kapan pun, ia tidak akan pernah bisa lebih baik dibandingkan Maria.     

"Kakak iparmu benar. Semua orang punya kelebihannya masing-masing. Kamu bisa membuat parfum, Tara adalah seorang dokter, Maria dan Nadine pandai bersosialisasi. Nico memiliki kemampuan profesionalitas yang baik, sementara Aiden dan Ivan memiliki kemampuan manajemen yang baik. Kita semua memiliki bidang kita masing-masing dan tidak bisa dibandingkan," kata-kata Bima membuat hati Anya terasa hangat.     

"Aku mengerti, ayah. Terima kasih!" kata Anya dengan penuh syukur.     

"Tidak perlu berterima kasih. Kita semua adalah keluarga," Bima tersenyum.     

Pada saat yang bersamaan, Galih masuk ke dalam ruangan bersama dengan Indah di sampingnya dan Agnes di belakang mereka.     

"Bima, aku tidak mau mengganggu makan malam keluarga kalian. Aku hanya ingin memperkenalkan Agnes dan pulang," kata Galih.     

Agnes melangkah maju dan memperkenalkan dirinya dengan anggun. "Halo, paman Bima. Halo semuanya. Namaku Agnes, sepupu Anya. Aku baru saja kembali ke Indonesia. Aku akan tinggal bersama dengan paman dan bibiku. Senang bertemu dengan kalian semua. Kita akan lebih sering bertemu nantinya!"     

"Hmm .." Bima mengangguk dan bergumam pelan untuk menjawabnya.     

"Keluarga Pratama memiliki gen yang sangat bagus. Anya sangat cantik dan sepupunya ternyata juga cantik," kata Maria.     

Indah tertawa dengan senang mendengar Maria memuji putrinya. "Keluargamu juga sama. Hari ini, beberapa orang menanyakan mengenai Jenny," kata Indah.     

Jenny yang berada di samping mengerutkan bibirnya dengan kesal. "Aku hanya ingin Raka."     

Bima langsung melotot dengan tajam ke arahnya, membuat Jenny menundukkan kepalanya dengan takut.     

"Baiklah, kalau begitu aku akan segera pulang. Aku tidak mau membuat kalian semua terlambat makan malam. Bima, kapan-kapan kita makan malam bersama! Aku pulang dulu!" Galih memandang ke arah putrinya.     

Anya langsung bangkit berdiri dari tempat duduknya. "Ayah, biar aku mengantarmu."     

"Aiden, kamu juga. Antar mertuamu pulang," kata Bima pada Aiden.     

Aiden mengangguk dan menemani Anya untuk mengantar Galih dan Indah pulang.     

Saat sedang menunggu lift, Indah memegang tangan Anya dengan lembut. "Tidak perlu takut kalau ayah mertuamu marah. Kamu jangan melawannya."     

"Aku tahu, Ibu," Anya mengangguk dan kemudian memandang ayahnya. "Ayah, akhir-akhir ini ibu sering batuk. Tolong bantu aku mencari dokter, aku akan menemaninya besok," kata Anya.     

"Aku sudah menelepon dokter. Kembalilah, jangan biarkan yang lainnya menunggumu," kata Galih.     

"Agnes, maaf aku tidak bisa banyak mengobrol denganmu hari ini," kata Anya dengan sopan.     

"Tidak perlu terlalu sopan denganku, Anya," kemudian Agnes mengalihkan pandangannya pada Aiden. "Aiden, kamu harus menjaga sepupuku dengan baik."     

Namun, tidak hanya sampai di situ. Mata Agnes terus memandang ke arah Aiden dengan tatapan kagum, tidak menyembunyikan perasaannya sama sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.