Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Ikut Denganku



Ikut Denganku

0"Ini benar-benar kejahatan …" bisik Aiden.     

Anya tertawa dan langsung menutup jubahnya. "Kenapa kamu tidak mengetuk pintunya? Suapi aku, aku lapar!"     

Aiden tersenyum melihat tingkah Anya yang manja. Ia langsung duduk di kursi makan dan memotongkan steak untuk Anya. Sementara itu, Anya minum anggur dengan santai sambil memandang suaminya yang sedang sibuk menyiapkan makanannya.     

"Terima kasih, suamiku. Kamu baik sekali!" kata Anya dengan manja. Ia mulai memakan steaknya, sementara Aiden bangkit berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil handuk.     

Ia mengeringkan rambut Anya yang basah dengan lembut.     

Anya merasa kesal karena Aiden mengeringkan rambutnya saat sedang makan. Kepalanya terus bergoyang, membuatnya susah untuk memasukkan steak itu ke mulutnya. "Jangan goyang-goyang!" gumamnya.     

Aiden tertawa kecil mendengar keluhan istrinya itu. "Beberapa bulan tidak bertemu, kamu jadi semakin nakal," Aiden tidak menghentikan gerakan di tangannya, tetapi kali ini ia mengeringkannya dengan lebih lembut.     

"Beberapa bulan terakhir ini, aku tinggal bersama dengan ibu dan ibu selalu memanjakanku. Apakah kamu keberatan?" jawab Anya dengan nakal.     

"Aku tidak berani," Aiden mengecup pipi Anya dengan lembut membuat Anya tertawa.     

Setelah mengeringkan rambut Anya, Aiden mandi terlebih dahulu dan melepaskan jasnya, menggantinya dengan pakaian yang lebih santai.     

Saat ia keluar, ia melihat Anya sudah menghabiskan steaknya dan sedang makan kue cokelat. "Jangan makan terlalu banyak. Nanti kita akan makan dengan ayah," Aiden mengambil piring berisi cake tersebut.     

Anya mengerutkan bibirnya dengan kecewa, tetapi tidak berani melawan Aiden.     

Ia mengulurkan tangannya ke arah Aiden dan berkata dengan manja, "Gendong!"     

Aiden tertawa melihat betapa manjanya istri kecilnya itu. Ia menggendong Anya dan membawanya menuju ke arah sofa. Mereka berpelukan di sofa, Anya berada di pangkuannya dengan kepala yang bersandar di dadanya.     

Aiden mengelus rambut Anya yang sudah tidak sepanjang dulu lagi. "Mengapa kamu memotong rambutmu?"     

"Saat aku tiba di tempat baru, aku sangat merindukanmu. Aku tidak bisa tidur dan sering melamun hingga pagi. Setelah itu, rambutku mulai rontok parah sehingga akhirnya aku harus memotongnya," Anya memegang pipi Aiden dengan kedua tangannya dan memandangnya. "Aiden, aku benar-benar merindukanmu. Sangat, sangat merindukanmu."     

"Aku juga sangat merindukanmu. Apakah rambutmu masih rontok sekarang?" Aiden melihat rambut Anya yang lebih tipis dibandingkan sebelumnya.     

"Setelah kondisiku membaik, rambutku tidak rontok seperti dulu. Sebenarnya aku tidak berencana untuk kembali. Tetapi sulit mencari alasan untuk pulang dan melihatmu sehingga aku memutuskan untuk datang, meski hanya sebentar. Aiden, aku kembali untukmu, aku benar-benar merindukanmu," Anya memandang suaminya dengan serius, seolah takut Aiden tidak bisa merasakan ketulusannya.     

"Aku senang mendengarnya. Aku juga merindukanmu," kata Aiden.     

Anya menatap mata Aiden dalam-dalam, dan Aiden juga sedang memandang mata Anya dengan lembut. Mata mereka saling berjumpa seolah tercipta untuk satu sama lain.     

Aiden tidak bisa menahan diri untuk menunduk dan mengecup bibir Anya. Tubuh Anya yang mungil dilingkupi oleh tubuh besar Aiden, menelannya di dalam pelukannya.     

Tangan Anya memegang tangan Aiden yang kekar, tidak menyisakan jarak di antara mereka.     

"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau kamu pergi, tetapi aku juga tidak mau menghalangi keinginanmu," Aiden menggigit bibir Anya dengan kesal.     

"Aku juga tidak mau pergi, tidak mau meninggalkanmu. Apakah kamu ikut denganku?" Anya tersenyum ke arahnya.     

"Pergi bersamamu?" ide itu tidak pernah terpikirkan di benak Aiden.     

"Kalau kamu rela meninggalkan Atmajaya Group, aku akan menghidupimu. Aku tidak ingin meninggalkanmu, tetapi aku juga tidak mau egois," kata Anya dengan sedih.     

"Bagaimana dengan Arka dan Aksa?" tanya Aiden sekali lagi.     

"Tentu saja ikut bersama dengan kita," kata Anya.     

"Beri aku waktu untuk berpikir," Aiden sangat terkejut dengan ide Anya yang sangat berani.     

Beberapa bulan terakhir ini saat ia beristirahat, Nico bisa memimpin perusahaan dengan baik, dengan bimbingan dari Ivan.     

Kalau ia tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk pergi bersama dengan Anya, karena ingin menunggu Ivan pergi ke luar negeri, Aiden takut ia tidak akan mendapatkan kesempatan ini untuk kedua kalinya.     

"Jangan terlalu dipikirkan. Ikut saja denganku," Anya mengecup bibirnya. "Apakah kamu tidak merindukanku? Kita bisa bersama setiap hari, seperti hari ini. Kalau kamu merindukanku, aku akan selalu ada di sampingmu."     

"Kamu sudah dewasa. Sekarang kamu tahu bagaimana cara menggodaku," Aiden mengecup bibir Anya dan kemudian memperdalam ciumannya itu.     

Tangannya menahan tangan mungil Anya dan mulai melepas jubah yang Anya kenakan. Ia melemparkan jubah itu ke pinggir sofa dan mengangkat Anya ke dalam pangkuannya.     

Wajah Anya merona dengan malu karena posisinya saat ini. sementara itu, Aiden sedang sibuk mengagumi tubuh indah istrinya.     

Ia mencumbu Anya berulang kali, berusaha untuk menghapus rasa rindu di hatinya. Ia tidak ingin melepaskan Anya dan berulang kali bercinta dengannya, namun seribu kali pun tidak bisa membuat hatinya puas.     

Tubuh Anya terkulai lemah di pelukan Aiden. Napas panas menyembur dari mulutnya, membuat Aiden merinding dan ingin mencumbunya sekali lagi.     

Tetapi Anya sudah kelelahan.     

"Aiden, apakah kamu mau ikut denganku?" Anya menggunakan jarinya untuk memegang dada Aiden yang bidang. "Kakimu kan baru saja sembuh dan kamu butuh istirahat. Selain itu, aku juga membutuhkanmu."     

"Apakah kamu kembali dengan niat untuk membawaku pergi?" tanya Aiden.     

"Aku hanya ingin kembali untuk bertemu denganmu. Setelah mengetahui Agnes mengincarmu, aku ingin membawamu pergi dari sini. Agnes sangat cantik dan tubuhnya sangat indah. Aku takut …" Anya berhenti berbicara dan memandang ke arah Aiden. "Ikutlah denganku!"     

"Bukankah kamu bilang kamu percaya padaku?" Aiden tertawa.     

"Aku percaya padamu, tetapi aku tidak percaya pada wanita itu. Suamiku terlalu tampan, terlalu hebat sehingga sainganku terlalu banyak. Aku ingin menyembunyikanmu dari semua wanita itu," Anya merasa idenya untuk membawa pergi adalah ide yang sangat bagus.     

"Aku akan ikut denganmu," kata Aiden.     

"Kamu serius?" Anya memandangnya dengan gembira.     

"Siapa yang menggodaku dan membuatku jatuh ke dalam perangkapnya. Aku ingin bercinta denganmu setiap hari. Aku ingin bersamamu setiap hari," kata Aiden dengan serius.     

Anya tertawa dan wajahnya memerah. "Ternyata itu yang kamu inginkan! Dasar mesum!"     

"Apa mesumnya kalau aku ingin tidur bersama dengan istriku sendiri?" Aiden menggendongnya menuju ke tempat tidur dan memerangkapnya di bawah tubuhnya.     

Setelah itu, ia kembali mencumbu Anya …     

…     

Pesta pernikahan Nico dan Nadine diadakan sejak pagi hingga sore hari. Saat pesta selesai, satu demi satu tamu mulai pulang.     

Namun, Keluarga Atmajaya tidak langsung meninggalkan tempat acara tersebut, tetapi menggunakan ruang VVIP untuk makan malam bersama dengan Anya.     

Anya tertidur lelap setelah menghabiskan seluruh energinya untuk bercinta dengan Aiden.     

"Anya, ayo bangun. Waktunya makan malam," Aiden mengecup pipi Anya dengan lembut.     

Anya mengerutkan keningnya dan mengeluh. "Ini salahmu. Kamu yang membuatku kelelahan."     

"Iya, iya, salahku. Ayo bangun dan ganti bajumu," Aiden berusaha untuk membujuk Anya agar mau bangun dan mengambilkan baju untuknya.     

Anya melihat gaun indah yang dipilihkan oleh Aiden dan merasa keheranan. "Apakah aku harus mengenakan gaun?"     

"Hmm … Nanti akan ada Agnes, katanya ia ingin berkenalan denganmu. Kak Maria yang mengirimkan baju ini untukmu tadi, memintamu untuk memakainya," kata Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.