Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pergi



Pergi

"Aku benar-benar mencintaimu. Aku ingin selamanya bersama denganmu dan anak-anak. Aku ingin melihat anak-anak kita tumbuh besar dan mendampingi mereka hingga mereka memiliki keluarga mereka sendiri. Aku ingin melihatmu membangun sekolahmu dan menjadi guru yang hebat …"     

Anya menyadari ada yang salah dengan kata-kata Aiden. Ia mengerutkan keningnya dan merasa ada sesuatu yang terjadi pada Aiden. "Ada apa denganmu? Apakah perjalanan bisnis ini sangat sulit?"     

Kalau saja hanya pekerjaan saja yang sulit, Aiden pasti akan bisa melewatinya dengan mudah. Ia bisa menyelesaikannya tanpa perlu takut terjadi apa pun.     

Tetapi ini adalah masalah kesehatannya.     

Ia tidak bisa mengatur kesehatannya sendiri seperti mengatur pekerjaan.     

"Benar, pekerjaan kali ini sangat rumit. Kalau tidak, aku tidak perlu pergi ke sana sendiri. Setelah pulang, aku akan menemanimu," Aiden menghela napas panjang.     

Saat bianglala mereka tiba di puncak tertinggi, Anya langsung menggenggam tangan Aiden dan menutup matanya. "Cepat ucapkan permohonanmu. Permohonanmu pasti akan dikabulkan!"     

Aiden tertawa, tetapi tetap mengikuti kata-kata Anya.     

Ia berdoa dalam hati, 'Tuhan, aku berdoa untuk kesehatanku agar aku bisa mendampingi Anya sampai akhir hayatku.'     

Pada saat yang bersamaan, Anya juga mengucapkan doanya. 'Aku berharap semua yang dilakukan oleh Aiden akan berjalan dengan lancar.'     

Anya tidak bisa menjelaskan perasaannya saat ini.     

Ia benar-benar mencintai Aiden setengah mati. Tetapi setelah depresi menyerangnya, ia selalu merasa cemas dan meragukan cinta Aiden kepadanya.     

Aiden terus mengatakan bahwa ia mencintai dan mempercayainya. Tetapi kalau ada sesuatu, Aiden tidak pernah memberitahunya apa pun.     

Anya merasa bahwa berpura-pura bahagia dan baik-baik saja malah membuatnya semakin depresi.     

Anya tidak ingin membohongi Aiden, tetapi ia juga tidak bisa terus seperti ini. Ia merasa sesak dan butuh udara.     

…     

Keesokan paginya, Anya mengantarkan Aiden hingga ke bandara. Setelah melihat Aiden melewati pemeriksaan, Anya berbalik dan pergi dari bandara.     

Alih-alih pulang ke rumah, ia langsung pergi ke perusahaan ayahnya.     

Indah sudah menunggunya di kantor. Begitu Anya tiba, mereka akan pergi ke luar kota bersama-sama.     

Di dalam pesawat, entah mengapa Aiden merasa khawatir akan meninggalkan Anya sendiri. Ia langsung menelepon salah satu pengawalnya yang mengantar Anya. "Apakah Anya sudah pulang?"     

"Tuan, Anda belum berangkat? Nyonya pergi ke perusahaan Pratama Group. Katanya ia ingin bertemu dengan ayahnya," kata pengawal tersebut.     

Ketika Aiden mendengar Anya pergi untuk menemui Galih, ia merasa sangat lega. "Hati-hati dan jaga Anya baik-baik."     

"Baik, Tuan!"     

Pada saat yang bersamaan, Galih memandang istri dan putrinya dengan cemas.     

"Anya, apakah kamu yakin? Apakah kamu tidak mau memikirkannya lagi?" tanya Galih.     

"Ayah, aku benar-benar harus pergi. Kalau tidak, aku akan semakin gila," kata Anya sambil tersenyum. Senyumnya terlihat sedih. Kalau bisa, ia juga tidak mau pergi.     

Ia tidak mau meninggalkan Aiden.     

Ia ingin terus bersama dengan Aiden dan anak-anaknya.     

Tetapi kalau penyakitnya semakin parah, ia bisa kehilangan akal sehatnya. Ia bisa mencelakai Aiden atau anak-anaknya. Ia hanya akan menyulitkan semuanya     

Ia tidak mau sampai hal itu terjadi …     

"Kalau Aiden pulang dan tidak bisa menemukanmu. Ia akan …"     

"Aku sudah meninggalkan surat untuknya. Aku yakin Aiden pasti paham," kata Anya dengan tenang.     

"Galih, kondisi Anya belum pulih betul, malah semakin serius. Agar Aiden tidak khawatir, ia berpura-pura bahagia. Sebagai seorang pasien, tidak seharusnya Anya berpura-pura bahagia hanya untuk menenangkan orang lain. Ini terlalu kejam untuknya. Seharusnya ia lah yang membutuhkan dukungan dan hiburan," kata Indah.     

Galih memandang putrinya dengan sedih. Sejak Anya kembali ke Indonesia, sudah terlalu banyak hal yang terjadi di kehidupannya.     

Anya terlalu lelah dan butuh waktu untuk menyendiri.     

"Ayah akan memastikan Aiden tidak bisa menemukanmu. Tetapi kamu harus berjanji pada ayah, kamu tidak boleh menolak pengobatan yang ayah atur. Ayah akan mencari dokter terbaik untukmu," kata Galih.     

"Terima kasih, Ayah. Aku juga akan berusaha untuk cepat pulih. Aku ingin kembali ke sisi Arka dan Aksa, menjadi ibu mereka yang sehat. Aku tidak mau Arka dan Aksa memiliki ibu yang depresi dan gila," kata Anya.     

Ia tahu apa yang Jessica katakan memang benar.     

Jessica bilang ia gila. Ia berpura-pura tidak peduli dan tidak mendengarkannya, tetapi sebenarnya, kata-kata Jessica itu tersimpan di dalam hatinya.     

Ia juga tidak mau mengalami depresi. Ia juga tidak mau menggila.     

Mengingat kembali hidupnya selama ini, tiga tahun lalu adalah masa-masa yang paling membahagiakan untuknya.     

Masa-masa saat ia pertama kali menikah dengan Aiden, sebelum ia kehilangan anaknya dan sebelum ai pergi dari Indonesia.     

Setelah kembali ke Indonesia, ia hampir saja ditembak oleh Natali. Meski ia berhasil selamat, Aiden harus terluka karenanya.     

Ia berulang kali berada dalam bahaya karena Keara, terutama saat ia mengandung anak Aiden. Keara berulang kali berusaha untuk membunuhnya dan anak di dalam kandungannya.     

Selama ia mengandung, Anya benar-benar cemas terhadap keselamatan anaknya.     

Setelah anak-anaknya lahir dengan selamat, ia pikir bahaya itu sudah berakhir. Tetapi siapa sangka ternyata ibunya lah yang terluka dan kritis.     

'Roller coaster' kehidupan ini membuat Anya tidak mampu bertahan.     

Semua orang di luar sana bilang bahwa Anya adalah wanita paling beruntung di dunia karena bisa mendapatkan Aiden Atmajaya dan bisa melahirkan anak kembar untuk Keluarga Atmajaya.     

Ditambah lagi, Anya ternyata adalah putri kandung Galih Pratama.     

Benar, ada begitu banyak wanita yang ingin menikah dengan Aiden. Tetapi Aiden hanya mencintai Anya.     

Ada begitu banyak orang yang ingin memiliki keluarga kaya dan berada. Galih sangat kaya dan berpengaruh. Semua orang menyebutnya sebagai raja rempah-rempah. Sekarang, Keara sudah meninggal dan Anya menjadi satu-satunya penerus Keluarga Pratama.     

Berapa banyak orang di luar sana yang mandul dan tidak bisa punya anak? Tetapi Anya bisa melahirkan dua anak yang sehat dan lucu seperti Arka dan Aksa.     

Bagaimana bisa kehidupan Anya tidak membuat semua orang iri?     

Tetapi mereka hanya bisa melihat hal-hal baik yang terjadi pada Anya, tanpa tahu rasa sakit yang Anya sembunyikan di belakangnya.     

"Ayah harap kamu bisa membantu ibumu untuk mengurus kebun rempah-rempah milik ayah. Ayah juga akan mengurus sekolahmu agar bisa dibangun secepat mungkin," Galih menepuk pundak putrinya dengan lembut.     

Anya tersenyum dan memeluk ayahnya. "Terima kasih, ayah."     

"Kamu adalah anak ayah. Buat apa berterima kasih pada ayah," Galih mengelus kepala putrinya. "Ayo kita segera berangkat."     

…     

Aiden mengetahui kepergian Anya keesokan harinya. Anya meninggalkan sebuah surat di kamarnya untuk Aiden, surat yang belum bisa ia baca.     

Terakhir kali, sosok Anya terlihat di perusahaan Pratama Group. Aiden menyimpulkan bahwa Galih lah yang mengirim Anya pergi darinya.     

Aiden langsung menelepon Galih. "Ayah, di mana Anya?"     

"Aiden, ayah minta maaf tidak memberitahumu. Kondisi Anya tidak membaik, malah semakin memburuk. Saat berada di pulau, agar tidak mengkhawatirkanmu, ia berpura-pura bahagia, tetapi sebenarnya ia merasa sangat tertekan. Percayalah, seorang ayah yang kehilangan putrinya selama 20 tahun tidak akan pernah menyakiti anaknya sendiri," kata Galih dengan serius.     

"Ia … Selama beberapa bulan terakhir ini, ia hanya berpura-pura?" Aiden merasa hatinya sesak mendengarnya. Ia merasa bersalah dan menyesal karena tidak mengetahui kondisi istrinya yang sebenarnya.     

Ia tidak tahu Anya berpura-pura bahagia, berpura-pura baik-baik saja, berpura-pura sudah pulih.     

"Iya. Anya hanya berpura-pura dan kondisinya semakin memburuk. Kalau terus-terusan seperti ini, aku takut akan terjadi sesuatu padanya. Tolong pahami kondisinya dan pahami keputusanku untuk mengirimnya pergi. Jangan tanyakan di mana dia sekarang dan jangan mencarinya. Ia akan kembali saat ia sudah siap. Ia bilang ia akan menuruti pengobatan yang aku aturkan dan ia juga ingin cepat pulih untuk bisa kembali padamu dan anak-anak. Anya adalah anak yang kuat. Ia pasti bisa," kata Galih.     

"Ayah, setidaknya bisakah kamu memberitahuku di mana Anya sekarang? Aku berjanji tidak akan mengganggunya. Aku hanya ingin melihatnya dari jauh," pinta Aiden.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.