Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hari Valentine



Hari Valentine

0"Anya, jangan berpuas diri dulu. Lihat saja nanti," Jessica pergi dengan marah.     

Jessica melihat Jessica pergi tanpa membawa parfum yang ia bayar. "Apakah tamu itu sudah membayarnya?" tanya Anya.     

"Iya, tetapi ia lupa membawa parfumnya," kata kasir tersebut.     

"Kirimkan parfumnya ke rumah keluarga Hermawan sebelum kamu pulang nanti," kata Anya.     

…     

Pada jam delapan malam, Aiden datang untuk menjemput Anya pulang kerja.     

Hari ini ada banyak orang yang berada di Iris, bahkan Nadine dan Esther pun turun tangan untuk mengurus acara. Itu sebabnya, Anya tidak punya banyak pekerjaan di sana.     

Anya juga tidak bersikeras untuk bekerja dan ikut Aiden untuk pulang.     

Di perjalanan pulang, Anya berpikir sejenak dan berkata, "Jessica tadi datang dan membeli parfumku seharga 100 juta. Apakah menurutmu ia sudah gila?"     

"Ia ingin meminta maaf padamu," kata Aiden.     

"Jadi 100 juta itu bukan hanya karena ia ingin membeli parfumku? Aku pikir ia menyukai parfumku sehingga rela mengeluarkan uang sebesar itu untuk membeli sebotol parfum," kata Anya dengan sengaja.     

Aiden mengangguk, memahami apa keinginan istrinya. Setelah itu, ia langsung menelepon seseorang.     

Anya bisa mendengar isi dari pembicaraan tersebut. setelah itu, ia bergegas membuka website mall Atmajaya Group.     

Ia sangat puas saat melihatnya. Website mall Atmajaya Group merilis sebuah berita baru mengenai lelang yang diadakan oleh Iris.     

'Seorang penggemar wanita dari Iris telah membeli parfum edisi terbatas hari Valentine. Parfum itu terjual dengan harga 100 juta rupiah!'     

Di bawahnya, disematkan foto Jessica yang mengikuti lelang tersebut. Walaupun tidak dituliskan siapa penggemar wanita tersebut, tetapi dengan foto itu, semua orang bisa tahu siapa yang membeli parfum dengan harga 100 juta rupiah.     

"Apakah Jessica sudah gila? Ia membeli parfum dengan harga 100 juta rupiah?"     

"Apakah ia sudah tidak membutuhkan uang lagi?"     

"Bukankah Jessica menyukai Aiden? Apa jangan-jangan, sebenarnya Jessica adalah fans Anya?"     

"Atau mungkin hanya karena ia mencintai Aiden, ia sampai rela membeli parfum semahal itu."     

"Jessica pasti sudah kehilangan akal sehatnya."     

…     

Anya melihat semua kolom komentar itu sambil tertawa dengan senang. "Jempol orang-orang di luar sana memang sangat beracun. Jessica pasti marah saat melihat semua ini."     

"Apakah kamu senang?" Aiden menatapnya sambil tersenyum.     

"Tentu saja! Aku mendapatkan banyak uang hari ini. Mungkin ini adalah uang terbanyak yang pernah aku dapatkan seumur hidup," kata Anya dengan semangat.     

"Wanita kaya, apa yang kamu inginkan setelah memiliki banyak uang?" tanya Aiden dengan sengaja.     

"Mencari banyak pria untuk aku jadikan simpananku," kata Anya dengan sembarangan.     

Aiden menyipitkan matanya mendengar jawaban itu. "Sepertinya kemarin malam aku belum cukup memuaskanmu. Kamu masih punya energi untuk mencari kekasih lain," dengus Aiden.     

Anya tertawa kecil mendengarnya. Ia memeluk lengan Aiden dan berkata, "Aku hanya bercanda. Jangan dianggap serius. Kalau aku punya uang, aku ingin membuat sekolah parfum. Tetapi uangku masih belum cukup sekarang."     

"Sekolah parfum?" Aiden tidak menyangka istri kecilnya ini ingin membuka sebuah sekolah.     

"Iya. Aku ingin memberi ilmu pada para staf Iris dan juga pada para pecinta parfum di luar sana. Kalau aku bisa mengembangkan talenta-talenta baru, suatu hari nanti, mereka bisa membantuku untuk mengembangkan Iris," kata Anya dengan serius.     

"Itu ide yang bagus. Setelah membeli Hermawan Group, aku akan memilihkan sebuah tanah untuk sekolah parfummu," kata Aiden.     

"Apakah kamu serius?" Anya terlihat penuh dengan semangat.     

"Tetapi aku juga ingin terlibat dalam sekolahmu. Mungkin sebagai pemegang saham," kata Aiden.     

"Tidak masalah. Ada kamu sebagai pemegang saham di sekolah adalah keuntungan untukku. Kalau aku tidak punya uang, aku bisa mencarimu," Anya tertawa. "Aku juga akan membuat ayah sebagai pemegang sahamku. Ayah bisa memberi rempah-rempah secara gratis untuk latihan murid-muridku."     

"Kamu benar-benar putri ayahmu. Jiwa bisnismu tidak kalah dengannya," Aiden tersenyum, menggodanya.     

Anya hanya nyengir lebar saat mendengar hal itu. "Kapan aku bisa membangun sekolah parfumku sendiri …" gumam Anya dengan mata penuh harapan.     

"Apakah kamu ingin menjadi guru dan ingin mengajar murid-muridmu?" Aiden tersenyum.     

"Aku suka mengajari seseorang. Aku sudah bisa membayangkan seperti apa sekolahku nanti. Aku ingin bangunan yang tinggi dan lantai teratasnya digunakan sebagai ruang guru. Sekolah itu juga harus memiliki fasilitas yang lengkap seperti ruang olahraga, kalau bisa kolam renang. Dan jangan lupa kebun bunga yang besar, kebun bunga yang penuh dengan bunga Iris," sebuah bayangan mengenai sekolah yang belum ada itu sudah muncul di benak Anya.     

"Di taman, kita bisa menanam pohon bergamot. Saat angin bertiup, aromanya akan tersebar di seluruh taman," tambah Aiden.     

Mata Anya berbinar mendengarnya. "Apa yang kamu tunggu lagi? Bantu aku untuk membangun sekolahnya. Aku tidak sabar melihatnya menjadi kenyataan!"     

"Beri aku waktu satu tahun. Tahun depan, sekolah impianmu akan berdiri dan menerima para murid-murid baru," kata Aiden.     

"Aku menantikannya!" Anya tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya dan langsung menghubungi Galih.     

Galih benar-benar mencintai Anya. tidak peduli apa pun yang Anya inginkan, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya. "Anya, ayah mendukungmu untuk membangun sekolah itu. Ayah akan memberimu suplai rempah-rempah secara gratis selama 10 tahun."     

"10 tahun? Itu uang yang sangat banyak, ayah!" kata Anya.     

"Uang tidak masalah. Mendukung putri ayah adalah hal yang paling penting," kata Galih sambil tertawa. "Apakah setelah itu ayah harus memanggilmu bu guru?"     

"Tentu saja! apakah aku harus menjadi kepala sekolah sekalian? Agar aku menjadi pemimpin sekolah. Atau CEO?" Anya bertanya sambil memikirkannya dengan serius.     

"Kamu bisa menjadi keduanya," kata Aiden dari sebelahnya sambil tertawa kecil.     

"Baiklah kalau begitu. Setelah sekolahnya buka, aku bisa menjadi guru sekaligus kepala sekolah," kata Anya dengan senang.     

"Kepala sekolah Anya, hari ini adalah hari Valentine. Aku dan ibumu mau berkencan. Kamu berkencanlah dengan Aiden!" Galih menutup telepon.     

Anya melihat teleponnya yang sudah mati dan kemudian memandang Aiden. "Aiden, hari ini adalah hari Valentine. Apakah kamu punya rencana?"     

"Bagaimana kalau kita pergi ke bianglala dan melihat kembang api?" tanya Aiden sambil tersenyum lembut.     

Anya mengangguk dengan senang.     

Mereka tiba di bianglala pada pukul sembilan malam. Bianglala itu sudah ditutup untuk umum dan hanya Anya dan Aiden saja yang bisa menaikinya berdua.     

Mereka duduk di salah satu kursi sambil memandang lampu-lampu kota di kejauhan. Dari tempat mereka, terlihat beberapa orang sedang menyalakan kembang api.     

"Besok aku akan pergi urusan bisnis ke luar negeri. Kalau semuanya berjalan dengan lancar, seminggu lagi aku akan kembali," kata Aiden.     

"Aku akan menunggumu di rumah," Anya tersenyum saat mengatakannya.     

Aiden merasa hatinya tidak rela meninggalkan Anya sendirian di rumah. Kalau bisa, ia ingin selalu berada di samping Anya.     

Ia tidak mau kehilangan wanita yang paling dicintainya ini.     

Aiden memeluk Anya dengan erat dan menghirup aromanya dalam-dalam seolah berusaha untuk mengingatnya selama seminggu ia pergi.     

Anya tersenyum dan mengelus kepala Aiden dengan lembut. Jarang-jarang suaminya bersikap manja seperti ini.     

"Anya …"     

"Hmm? Aku di sini …"     

"Aku benar-benar mencintaimu. Aku ingin selamanya bersama denganmu dan anak-anak. Aku ingin melihat anak-anak kita tumbuh besar dan mendampingi mereka hingga mereka memiliki keluarga mereka sendiri. Aku ingin melihatmu membangun sekolahmu dan menjadi guru yang hebat …"     

Anya menyadari ada yang salah dengan kata-kata Aiden. Ia mengerutkan keningnya dan merasa ada sesuatu yang terjadi pada Aiden. "Ada apa denganmu? Apakah perjalanan bisnis ini sangat sulit?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.