Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Hadiah Tahun Baru



Hadiah Tahun Baru

0"Mereka semua datang, ingin mengucapkan selamat tahun baru. Dan ingin bertemu denganmu," kata Aiden dengan tenang.     

"Suruh mereka pulang saja hari ini, aku tidak mau menemui mereka. Kalau mereka benar-benar ingin bertemu denganku, suruh mereka datang ke Iris di hari Valentine," kata Anya dengan tidak peduli.     

Dulu semua orang tidak memedulikannya. Tetapi sekarang begitu ia mengubah namanya, semua orang langsung berbondong-bondong datang untuk berkenalan dengannya.     

Tidak ada salahnya memanfaatkan orang-orang seperti ini.     

"Kamu ingin menjual parfum-mu pada mereka?" tanya Aiden.     

"Produk baru Iris edisi hari Valentine sangat terbatas. Hanya beberapa dari mereka saja yang bisa mendapatkannya. Tetapi Iris juga akan mengadakan lelang," Anya mengedipkan matanya pada Aiden. "Bagaimana menurutmu mengenai ide ini?"     

"Mengapa aku tidak tahu bahwa ide bisnis-mu sangat hebat seperti ini?" Aiden tersenyum sambil mengelus kepala Anya.     

"Saat berjualan bunga dulu, aku sangat pintar dalam membuat bundling harga. Kamu tidak tahu karena dulu aku hanya berurusan dengan uang kecil saja," kata Anya dengan senyum nakal. "Orang-orang itu sekarang tahu bahwa aku adalah anak Keluarga Paratama. Biarkan mereka memutar otak dan mencari cara untuk mendekatiku."     

"Aku akan menyuruh mereka semua pulang. Kamu bisa mandi dulu. Setelah itu kita akan pergi ke rumah ayah bersama dengan Arka dan Aksa," kata Aiden.     

Anya baru ingat kalau kemarin malam mereka tidak membawa Arka dan Aksa untuk bertemu dengan Bima dan Maria karena sudah terlalu malam.     

Setelah sarapan, Aiden dan Anya berangkat bersama-sama dengan dua anak mereka.     

Saat mereka tiba, Nico dan Nadine sudah berkumpul di sana. Ivan sedang menemani Bima untuk bermain catur, sementara Raisa membantu Maria di dapur.     

Sejak Raisa menyukai Ivan, ia berusaha keras untuk menyenangkan hati Bima dan Maria sehingga ia selalu membantu mereka.     

Walaupun dulunya ia adalah gadis manja yang tidak bisa melakukan apa pun, Maria dengan sabar mengajarinya untuk bekerja di dapur bersama dengannya.     

"Ayah, Kak Ivan, selamat tahun baru!" kata Aiden.     

"Aiden, cepat bawa Arka dan Aksa masuk. Jangan sampai mereka kedinginan di luar,"Bima langsung meninggalkan caturnya dan pergi untuk melihat kedua cucu kembarnya. Kebetulan saja tadi pagi hujan sehingga udara cukup dingin.     

"Ayah, Kak Ivan, selamat tahun baru …" Anya masuk ke dalam rumah sambil tersenyum.     

"Selamat tahun baru juga untuk kalian," kata Ivan.     

Bima membalas sapaan Anya dan langsung sibuk menggoda kedua cucu barunya. Wajahnya yang galak langsung terlihat lucu saat berhadapan dengan dua bayi mungil yang sedang berbaring di sofa.     

"Aku akan membantu Kak Maria," Anya melepaskan jaketnya dan masuk ke dapur, tepat saat Maria sedang sibuk mengatur para pelayan.     

"Kak, selamat tahun baru!" Anya menghampiri dengan senyum di wajahnya. "Apa yang bisa aku bantu?"     

"Anya! Selamat tahun baru juga untukmu. Kamu datang tepat waktu. Bagaimana kalau kamu membantu Raisa membuat salad buah?" Maria sedang sangat sibuk sekarang, ia tidak punya waktu untuk mengajari Raisa.     

Raisa bahkan tidak tahu bagaimana cara mengupas dan memotong buah dengan benar.     

"Raisa, tolong bantu ambilkan piring dan bawakan ke meja tinggi. Di dapur terlalu banyak orang," kata Anya.     

"Raisa? Aku adalah calon kakak iparmu!" kata Raisa dengan marah.     

"Masih calon. Ayo cepatlah," Anya tertawa, menggoda Raisa.     

Raisa hanya bisa menghentakkan kakinya dengan kesal.     

Maria ikut tertawa mendengar Anya yang menggoda Raisa. "Sekarang Anya bukan anggota Keluarga Tedjasukmana lagi. Sekarang namanya sudah berubah jadi Anya Pratama," kata Maria, mengingatkan Raisa.     

"Aku mengerti, Kak. Aku keluar dulu," Raisa keluar sambil membawa piring dan beberapa buah-buahan.     

Anya mulai mengupas dan memotong buah apel, pir dan kemudian mangga. Tangannya yang cepat dan akurat membuat Raisa tercengang.     

"Bagaimana bisa kamu mahir melakukan segalanya?" tanya Raisa dengan iri.     

"Aku tidak lahir dan langsung bisa melakukan semua ini. Aku banyak belajar dan terbiasa melakukannya sejak dulu," jawab Anya dengan santai.     

"Semua orang di internet bilang bahwa kamu adalah wanita yang paling beruntung di dunia. Kamu mendapatkan suami terbaik. Kamu memiliki keluarga yang terbaik. Kamu juga bisa mencapai impianmu dan melakukan pekerjaan idamanmu. Bagaimana bisa hidupmu begitu menyenangkan?" kata Raisa.     

"Apakah kamu juga berpikir aku beruntung? Orang-orang itu tidak tahu bagaimana kehidupanku sebelumnya, tetapi kamu tahu," kata Anya dengan tenang. Ia meletakkan pisaunya dan mencampurkan saus mayonaise ke dalam potongan buah-buah itu. Dan setelah itu ia menyuruh Raisa untuk mencicipinya.     

"Rasanya sudah pas," kata Raisa.     

Anya mencuci tangannya dan bertanya pada Raisa. "Kak Maria sedang sibuk sekarang dan tidak punya waktu untuk mengajarimu. Mengapa kamu tidak mengobrol dengan Nadine saja?"     

"Dulu aku pernah mengejeknya karena ia menyukai kakakku," kata Raisa dengan malu.     

"Nadine tidak peduli. Ia dan Harris sudah bahagia sekarang. Nanti kamu akan menjadi bibinya. Kamu harus memperbaiki hubunganmu dengannya," kata Anya.     

Untuk pertama kalinya, Raisa mendengarkan kata-kata Anya.     

Dulunya, baginya ia adalah orang yang paling benar, apa yang orang lain katakan adalah salah. Ia tidak mau mendengarkan kata-kata orang, apa lagi Anya yang ia anggap tidak sepadan dengannya.     

Tetapi pada saat Raisa pertama kali menjadi bagian Keluarga Atmajaya sebagai tunangan Ivan, Anya lah yang membuatnya merasa lebih tenang. Hanya Anya yang ia kenal di keluarga itu. Keberadaan Anya lah yang membuatnya merasa lebih diterima di keluarga ini.     

Setelah mencuci tangannya, Anya kembali ke mobilnya dan mengambil sebuah parfum untuk Raisa.     

Parfum itu adalah parfum edisi Valentine yang terbatas. Anya sudah menyiapkan sebagai hadiah tahun baru untuk setiap anggota keluarganya.     

"Ini untukmu. Gunakan baik-baik," kata Anya, memberikan parfum itu kepada Raisa.     

Bima memang sedang bermain-main dengan Arka dan Aksa. Tetapi pada saat yang bersamaan, ia juga bisa melihat seluruh situasi di rumah itu, termasuk interaksi antara Anya dan Raisa.     

Ia merasa sangat senang melihat kedua menantunya memiliki hubungan yang sangat baik. Ia juga bisa melihat bahwa Raisa benar-benar mencintai Ivan dan berusaha keras untuk berubah demi pria yang dicintainya itu.     

Saat jam makan siang sudah tiba, Nico, Tara, Nadine dan Harris yang sedang mengobrol di lantai atas akhirnya turun ke bawah.     

Di hari pertama di tahun baru, Keluarga besar Atmajaya berkumpul bersama-sama dan makan bersama.     

Suasana hati Anya tampak jauh lebih baik setelah Aiden memutuskan untuk bertindak terhadap Jessica. Ia terlihat jauh lebih tenang dan menikmati makan siangnya itu dengan gembira.     

Setelah makan, Aiden memberitahu pada semua keluarganya bahwa ia akan mengajak Anya, Arka dan Aksa untuk berlibur di pulau selama beberapa hari.     

"Besok siang, kami akan menemui ayah dan ibuku dulu sebelum pergi," kata Anya.     

"Pergilah. Aiden sudah bekerja dengan sangat keras di tahun kemarin. Ini waktunya kalian untuk beristirahat," Bima tahu bahwa tahun lalu tidak hanya berat untuk Anya saja, tetapi juga untuk putranya.     

Beda dengan Anya yang bisa mengungkapkan semua perasaannya. Aiden adalah seorang pria dan ia hanya bisa mengubur semua tekanan yang ia alami di dalam hatinya. Tidak peduli seberapa besar tekanan itu, ia hanya bisa memendamnya seorang diri.     

Memang Aiden adalah pria yang kuat. Tetapi ia juga manusia. Ia butuh waktu untuk bersantai dan lepas dari segala masalah.     

...     

Di malam harinya, Anya dan Aiden pulang bersama dengan kedua anak mereka.     

Dua pengasuh Arka dan Aksa duduk di kursi belakang. Aiden menyetir dan Anya duduk di kursi penumpang di sampingnya.     

Tetapi tidak lama setelah mobil mereka keluar dari rumah Keluarga Atmajaya, Aiden menepi di pinggir jalan.     

Anya memandang Aiden dengan keheranan dan juga cemas, "Ada apa?"     

Mobil yang mengiring mereka juga langsung berhenti saat Aiden berhenti.     

Salah satu pengawalnya langsung keluar dari mobil dan menghampiri Aiden. Ia berdiri di pinggir pintu dengan penuh hormat, menanti instruksi selanjutnya dari Aiden.     

"Anya, ayo kita pindah mobil. Biar pengawalku yang menyetir mobil ini," Aiden membuka pintu mobilnya.     

Saat ia keluar dari mobil, ia merasakan rasa sakit yang tajam di lututnya, membuatnya meringis karena rasa sakit itu tidak tertahankan.     

Ia berpura-pura menepuk pundak pengawal itu, tetapi ia menumpangkan seluruh beratnya pada pengawalnya. Pengawal itu langsung tahu ada sesuatu yang salah dengan Aiden dan langsung membantu menahan tubuhnya.     

"Jangan sampai Anya tahu," kata Aiden dengan suara pelan. "Menyetirlah dengan hati-hati."     

"Baik, Tuan!"     

Aiden berdiri di pinggir pintu sesaat, menunggu hingga rasa sakit di lututnya berkurang. Setelah beberapa saat, ia berjalan menuju ke arah Anya dengan tenang, menggandengnya dan masuk ke mobil yang lainnya.     

Anya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Ia berusaha untuk membuka pembicaraan dengan Aiden agar ia tidak merasa terlalu tegang.     

"Tadi ayah memberi hadiah tahun baru untuk Arka dan Aksa. Katanya ini adalah tahun baru pertama mereka sehingga ayah berharap hadiah darinya bisa membawa keberuntungan untuk kedua anak kita."     

"Apakah aku juga perlu memberi hadiah pada Arka dan Aksa?" tanya Aiden dengan sengaja.     

"Tentu saja! Berapa yang mau kamu berikan untuk anak-anak?" tanya Anya.     

"100 juta," jawab Aiden.     

Anya langsung menoleh dengan heran. "Kamu tidak bercanda?"     

"Nanti malam aku akan memberikannya kepadamu," kata Aiden sambil tersenyum.     

Tetapi malam itu, Aiden tidak memberikan 100 juta itu secara gratis. Ia meminta 'sesuatu' dari Anya, untuk balasan atas 100 juta itu.     

Dan 'sesuatu' itu membuat Anya merasa sangat menyesalinya.     

Anya melihat tubuh Aiden yang tinggi mendekatinya selangkah demi selangkah. Tanpa sentuhan Aiden pun, tubuhnya sudah terasa sangat panas.     

"Apakah aku boleh menolak? Aku tidak butuh 100 juta itu."     

"Tidak bisa," jawab Aiden sambil tersenyum.     

Ia langsung menggendong Anya ke tempat tidur dan bercinta dengannya sepanjang malam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.