Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berbuat Baik pada Semua Orang



Berbuat Baik pada Semua Orang

0"Baiklah, Paman. Aku akan mendengarkanmu!" katanya sambil memandang Jonathan dengan penuh kekaguman.     

Jonathan tersenyum dan mengelus kepala Jenny dengan salah satu tangannya, "Duduklah!"     

Jenny duduk di kursinya dengan patuh.     

"Astaga, Jonathan. Jenny bukan anakmu," Rudi tidak tahan melihat semua ini.     

Jonathan sedikit tertegun mendengar komentar itu. Sepertinya tindakannya barusan salah di mata Rudi. Tetapi Jenny tampaknya tidak keberatan dengan sikap Jonathan.     

Dalam hati, Jonathan berjanji pada dirinya untuk lebih berhati-hati dalam bersikap. Walaupun Jenny memanggilnya dengan sebutan paman, ia bukan anak kecil lagi.     

Jenny adalah seorang wanita dan Jonathan harus memperhatikan kedekatan mereka.     

Saat tiba di rumah Diana, waktu sudah menunjukkan pukul 7.30. Suara tawa Anya dan Diana bisa terdengar dari ruang keluarga.     

"Bibi, kamu di sini!" Jenny masuk ke dalam rumah dengan senang.     

"Jenny! Aku dengar kamu tinggal di sini sementara. Apakah kamu sudah membayar uang sewanya?" tanya Anya dengan sengaja, menggoda Jenny. Jenny langsung cemberut mendengar hal itu.     

Diana tertawa melihat ekspresi kesal Jenny. Dan ia langsung membelanya. "Jenny membantuku untuk bekerja di taman."     

Jonathan melihat Jenny masuk ke rumah, tetapi ia tidak kunjung keluar dari mobil juga. "Aku akan mengantarmu pulang."     

"Untuk apa? Anya ada di dalam. Aku ingin bertemu dan mengobrol dengannya. Apakah kamu mau ikut?" Rudi membuka pintu mobil dan turun dari sana.     

Jonathan menggelengkan kepala dan mengejarnya.     

Ketika Anya melihat Rudi dengan mata kepalanya sendiri, ia terdiam sesaat. "Ternyata benar kamu. Ayo kita bicara," kata Anya.     

Rudi mengikuti Anya ke dalam ruang tamu. Saat ia tiba di pintu, Rudi menggodanya, "Kita baru saja bertemu, tetapi kamu langsung mengajakku masuk ke dalam kamar. Apakah kamu tidak takut suamimu tahu?"     

Anya mengabaikannya. Ia menyalakan lampu ruangan dan masuk ke dalam.     

"Ruangan teh? Apakah aku boleh minta teh?" ruangan itu adalah ruangan milik Diana yang merupakan pecinta teh. Di sana, ada berbagai macam jenis teh kesukaan Diana.     

"Bibi, aku akan mengikuti mereka," Jonathan merasa sedikit cemas. Anya dan Rudi sedang berduaan. Kalau Aiden sampai tahu, akan ada masalah.     

"Aku juga ikut!" Jenny mengikuti Jonathan. Karena Jenny terlalu terburu-buru, ia hampir saja terjatuh karena tersandung kakinya sendiri.     

Untung saja, Jonathan langsung bergerak dengan cepat dan memeganginya. "Kamu sudah besar, tetapi kamu masih seperti anak-anak. Hati-hati!"     

Jenny merasa sedikit malu dan berkata sambil tersenyum. "Terima kasih, Paman."     

Saat mereka tiba di dalam ruangan, Anya baru saja selesai membuat teh. Melihat kedatangan Jonathan dan Jenny, Anya mengambilkan dua cangkir teh lagi untuk mereka.     

"Aku punya pertanyaan. Apakah kematian sepupuku, Agnes, ada hubungannya denganmu?" tanya Anya.     

Rudi mengangkat kepalanya dan memandang Anya. "Apakah kamu pikir aku adalah orang yang seperti itu?"     

"Aku tidak tahu orang semacam apa kamu," kata Anya.     

"Apakah kamu tidak bisa mempercayaiku padahal kita adalah teman? Agnes adalah temanku. Bagiku, kamu dan Agnes tidak berbeda. Kalian sama-sama temanku," kata Rudi.     

Anya memandang ke arah Rudi sambil mengangkat cangkir tehnya. Saat menyesap teh itu, aroma teh yang menenangkan memasuki seluruh tubuhnya.     

"Apakah karena kamu?" tanya Anya sekali lagi.     

"Apakah aku bilang kalau karena kamu, kamu akan percaya?" Rudi tidak menjawabnya dan malah melemparkan balik pertanyaan tersebut.     

"Aku? Apa hubungannya denganku?" Anya terlihat bingung.     

Rudi dan Jonathan saling berpandangan satu sama lain, terlihat ragu untuk menjawab. Akhirnya, Jenny yang angkat bicara. "Kalau kalian berdua tidak mau menjawab, biar aku yang menjawabnya. Bibi, Agnes pikir Rudi menyukaimu dan ia mengoperasi wajahnya agar terlihat sepertimu. Tidak mudah untuk mendapatkan wajah yang ia inginkan sehingga ia harus berulang kali melakukan operasi. Tetapi saat melihatmu lagi, Agnes menemukan bahwa bibi sangat kurus saat itu sehingga ia berusaha untuk menyamaimu lagi. Akhirnya, operasi yang ia lakukan gagal."     

"Ah?" Anya terlihat sedikit bingung dan tidak percaya saat mendengarnya. "Apakah itu benar?"     

"Benar. Ia mengoperasi wajahnya untuk mirip denganmu. Setelah berat badanmu turun saat kamu pergi ke Perancis, Agnes merasa ia tidak mirip lagi dengannmu. Ia melakukan operasi lagi untuk menurunkan berat badannya, memperbaiki bentuk wajahnya lagi. Tetapi pada akhirnya, operasi itu gagal dan wajahnya rusak," kata Rudi.     

Anya menggelengkan kepalanya saat mendengarnya. Ia tidak menyangka bahwa ia akan terseret dalam masalah ini. "Meski bukan sepenuhnya kesalahanmu, apakah kamu tidak merasa berempati sedikit pun pada Agnes?"     

"Aku tidak mau terlalu berempati karena aku takut jatuh cinta padanya. Anya, kematian Agnes tidak ada hubungannya denganku. Aku sama sekali tidak melakukan apa pun. Selama bertahun-tahun, aku berusaha membantunya karena aku menganggapnya sebagai temanku. Aku tidak ingin melukainya, tetapi aku juga bukan dokter. Aku bukan psikiater yang bisa menyembuhkan penyakit kejiwaannya."     

Rudi menceritakan seluruh ceritanya, termasuk apa yang ia ketahui mengenai penyakit kejiwaan Agnes.     

"Kamu bukan takut jatuh cinta padanya. Apakah kamu tidak merasa bertanggung jawab sedikit pun?" kata Anya dengan dingin.     

"Aku tahu seharusnya aku menemaninya setelah kegagalan operasi itu. Tetapi Agnes tidak mau menemuiku. Mungkin kalau aku menasehatinya, ia tidak akan ketagihan operasi plastik dan malah berakhir dengan nasib yang buruk seperti ini. Saat itu … Jujur aku merasa takut. Aku takut karena wanita dengan penyakit mental sepertinya mencintaiku," kata Rudi. "Aku benar-benar minta maaf."     

Anya menghela napas panjang. "Aku juga sempat mengalami penyakit psikologis. Pada saat-saat tertentu, aku juga pernah merasakan ingin bunuh diri. aku sangat bersyukur Aiden selalu memahami dan mendukungku. Ibuku juga selalu menemaniku. Aku meninggalkan semua kehidupanku dan melakukan yang aku inginkan untuk memulihkan diri, tetapi tidak ada satu orang pun yang keberatan. mereka semua mendukungku sehingga aku bisa keluar dari bayang-bayang penyakit itu."     

Anya melanjutkan dengan suara pelan. "Masalah mengenai Agnes sudah berakhir. Tetapi aku harap, alih-alih menghindari mereka, lain kali kamu bisa sedikit berempati pada orang-orang Agnes. Karena dulu aku juga sempat merasakan hal yang sama."     

Saat Rudi mendengar hal ini, ia menundukkan kepalanya dengan malu. "Aku tahu keadaannya tidak baik. Saat itu aku hanya memikirkan diriku sendiri. Aku merasa takut. Dan aku tidak tahu kalau ia membutuhkan bantuan."     

Jonathan menepuk pundak Rudi. "Aku tahu kamu juga tidak menginginkan hal ini terjadi. Jangan menyalahkan dirimu. Saat kamu bertemu dengan seseorang yang menyukaimu lain kali, meski kamu tidak menyukainya sekali pun, setidaknya kamu harus berbuat baik kepadanya. Berbuat baiklah kepada semua orang."     

Rudi mengangguk. "Jessica menyukaiku dan ia menempati salah satu rumahku. Apakah aku sudah cukup baik padanya?"     

"Sepertinya ada yang salah dengan otakmu," cibir Jenny. "Kamu memperlakukan orang-orang baik dengan cara yang tidak baik. Tetapi kamu malah memperlakukan orang jahat dengan sangat baik."     

"Apakah kamu punya masalah dengan Jessica?" Rudi berpura-pura tidak tahu.     

"Bibiku mengalami depresi dan Jessica lah yang membuatnya semakin parah. Ia juga menyebut bibiku sebagai orang gila. Aku tidak pernah melihat orang sejahat itu, tetapi kamu malah memperlakukannya dengan baik. Cepat usir dia! Atau kalau tidak, saat bertemu denganmu aku akan langsung menghajarmu!" kata Jenny.     

"Apakah kamu lupa apa yang kamu katakan pada polisi tadi? Apakah kamu butuh bantuan untuk mengingatnya?" Rudi mengeluarkan ponselnya dan menyalakan sebuah video.     

Di video tersebut, Jenny terlihat sangat patuh saat mengakui kesalahannya di hadapan polisi. "Pak polisi, aku minta maaf. Tolong jangan hukum pamanku! Aku tidak berani nakal lagi. Lain kali tidak akan aku ulangi lagi!"     

Melihat video tersebut, Anya langsung tertawa dan menutupi mulutnya. "Jenny, apa yang kamu lakukan?"     

"Aku … Rudi, cepat hapus videonya!" Jenny tidak menyangka Rudi akan merekamnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.