Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Belum Berangkat



Belum Berangkat

0"Aku khawatir ayahmu akan sedih, jadi aku mengirimkan Keara ke rumah sakit yang terbaik dan membeli obat termahal dari luar negeri. Aku berusaha untuk menyembuhkannya, tetapi ia malah memfitnahku. Kalau sudah begini, biarkan saja ia sendiri. Saat ayahmu keluar, biar ia sendiri yang mengurus anaknya. Aku sudah tidak peduli," bagi Indah, memiliki Anya saja sudah cukup. Kalau Galih lebih memedulikan Keara dibandingkan dengannya, ia tidak apa-apa. Lebih baik mereka berpisah saja.     

Akhir-akhir ini, Indah banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Maria. Dari Maria, ia belajar untuk hidup mandiri. Seorang wanita tidak selalu membutuhkan pria untuk mendampinginya.     

Selama ini, Indah merasa bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Galih dan begitu bergantung pada suaminya itu. Oleh karena itu, pada saat Galih lebih membela Keara, hati Indah terasa sangat hancur.     

Namun setelah itu, Indah belajar bahwa sebagai seorang wanita, ia juga bisa bahagia tanpa pria di sampingnya.     

Apa gunanya seorang pria kalau pria itu tidak bisa membahagiakannya?     

Keara telah menyakiti hatinya dan Galih masih ingin ia membiayai pengobatan Keara. Ia tidak sebaik itu!     

"Ibu, akhirnya kamu sadar. Apa yang kamu dapatkan setelah menjadi ibu yang baik seumur hidupmu? Keara bahkan tidak menghargai pengorbananmu. Ayah juga menyalahkanmu. Kamu kehilangan aku selama lebih dari 20 tahun. Kalau ayah menyalahkanmu atas masalah Keara, biarkan saja. kita bisa hidup tanpa ayah," kata Anya sambil tersenyum.     

"Iya, ia pantas dipenjara. Semua ini adalah kesalahannya sendiri. Saat ia menyelamatkan Keara, apakah ia pernah memikirkan mengenai kita berdua?" kata Indah.     

Di ruang operasi, Raka sudah selamat dari masa-masa kritis. Kondisinya sudah tabil dan ia bisa segera dipindahkan ke ruang rawat inap.     

Saat Anya dan Aiden masuk ke dalam ruangan, Raka sudah sadarkan diri. melihat Anya baik-baik saja, senyum muncul di wajah Raka.     

"Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah melindungiku," kata Anya.     

Irena berada di samping tempat tidur dengan mata yang memerah. Raka berpura-pura baik-baik saja dan berkata, "Ibu, aku baik-baik saja.     

"Kamu ini, masih bisa bilang kamu baik-baik saja. Kamu sudah membuat ibu ketakutan setelah mati!" Irena menegurnya dengan keras dan memukul pundak Raka dengan lembut.     

"Ah! Sakit, ibu!" Raka langsung berteriak.     

"Kamu pantas mendapatkannya!" kata Irena dengan kesal. Tetapi tangannya membetulkan selimut yang Raka kenakan dengan lembut. "Lain kali kamu juga harus memikirkan Della saat kamu melakukan sesuatu."     

"Ibu jangan begitu, nanti Della sedih mendengarnya," Raka menoleh dan memandang ke arah Della yang berdiri di kejauhan.     

Karena semua orang mengelilingi tempat tidur Raka, Della tidak bisa mendekat.     

Saat memikirkan mengenai Della, Irena langsung menghampirinya dan membantunya untuk mendekat ke arah Raka. "Della kamu mengerti kan? Raka adalah seorang laki-laki dan ia tidak akan bisa membiarkan Anya terluka," kata Irena dengan hati-hati, khawatir Della akan salah paham.     

"Aku mengerti," dengan senyum tipis, Della mendekat ke arah tempat tidur dan menggenggam tangan Raka dengan erat. "Saat kamu melakukan sesuatu lain kali, bisakah kamu memikirkan mengenai aku terlebih dahulu?"     

"Aku selalu memikirkanmu," kata Raka sambil tersenyum.     

Della tertawa mendengarnya. "Apakah lukanya sakit?"     

"Sakit!" jawab Raka.     

"Aku juga terluka," Della mengangkat tangannya yang diperban. "Tadi aku terluka saat bekerja. Aku akan menemanimu merasakan rasa sakitnya."     

"Della …" Raka memandang tangan Della dengan terkejut.     

"Tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil. Aku tiba-tiba saja terluka. Tidak kusangka ini adalah pertanda bahwa ada sesuatu yang terjadi padamu," mata Della memerah.     

"Itu namanya takdir," kata Irena sambil tersenyum. Ia semakin menyukai Della. Baginya, Della adalah sosok menantu yang ia idamkan. Lemah lembut, pengertian, baik hati, memiliki karakter dan latar belakang keluarga yang baik.     

Saat Anya melihat Raka dan Della saling bergandengan tangan dengan erat, ia langsung menggandeng tangan Aiden. "Saat aku dalam bahaya, apakah kamu merasakan sesuatu?"     

"Tanganku terluka karena kopiku terlalu panas. Apakah itu dihitung?" tanya Aiden dengan serius.     

Anya mengangguk sambil tertawa.     

"Raka sudah baik-baik saja sekarang. Terima kasih sudah berkunjung," saat melihat begitu banyak orang di dalam ruangan, Irena bergegas mengusir semua orang agar putranya bisa beristirahat.     

Setelah tahu bahwa Raka baik-baik saja, Bima segera pulang. Aiden ingin mengantar Anya pulang ke rumah, tetapi Anya tidak mau di rumah sendirian. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke Iris Perfume Academy.     

Aiden langsung mengganti semua pengawal dan mengirim lebih banyak orang untuk melindungi Anya.     

Di Iris Perfume Academy, Anya menyadari bahwa satpam yang berada di depan pintu sudah diganti. Dan pengawal yang mengikutinya pun juga berubah.     

"Jangan khawatir. Mereka tidak membahayakan. Mereka akan melindungmu," kata Aiden.     

Anya mengangguk, "Baru saja, Jenny mengirimiku pesan dan mengatakan bahwa ia ingin mengunjungiku, tetapi ayah tidak membiarkannya keluar. Jenny belum pergi ke luar negeri?"     

"Kak Ivan masih mengurus berkas-berkas sekolahnya. Ayah merasa lebih baik mengirim Jenny pergi setelah semua berkas-berkasnya terpenuhi agar ia bisa menemani Kak Maria. Ia belum pergi, tetapi ayah menyuruhnya untuk tinggal di rumah agar tidak membuat keributan setelah keributan di pesta pertunangan itu," kata Aiden.     

Anya berkata, "Kita makan dan berkumpul untuk membahas apa yang harus kita lakukan setelah Jenny pergi, tetapi sebenarnya ia masih belum pergi. Dan kamu menyembunyikannya dariku."     

"Aku sudah pernah mengirimnya pergi dan tiba-tiba saja ia melarikan diri, kembali ke Indonesia. Kali ini biarkan ayah saja yang mengurus semuanya," kata Aiden dengan tenang. "Ia menggagalkan pesta pertunangannya dengan alasan ingin sekolah di luar negeri. Jadi sekarang Jenny sudah tidak bisa kabur lagi dari tanggung jawabnya.     

"Ia mengatakan ingin sekolah ke luar negeri, sesuai dengan keinginan ayahmu. Tetapi sekarang Jenny meminta tolong padaku. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Anya.     

"Kamu sedang ketakutan sekarang, sehingga kamu tidak sempat memeriksa ponselmu," jawab Aiden, menyuruh Anya untuk berpura-pura.     

Anya tertawa mendengarnya. "Kamu benar."     

Bima berharap bahwa Jenny tidak akan membuat keputusan yang gegabah. Ia tidak ingin Jenny menikah dengan Jonathan yang sudah memiliki anak. Hari pertama Jenny menjadi istri Jonathan, ia akan menjadi seorang ibu tiri.     

Bima meminta Ivan untuk mengatur semuanya sesegera mungkin, khawatir Jenny akan melakukan sesuatu di luar bayangannya.     

…     

Hari itu adalah hari kamis, akhir pekan akan tiba. Tetapi Bima menyuruh Jenny untuk segera berkemas dan pergi setelah semua berkas-berkasnya dilengkapi.     

"Ayah, tidak bisakah Jenny pergi setelah akhir pekan? Biarkan ia tinggal di sini beberapa hari," mata Maria memerah saat mengatakannya. Ia tidak bisa menemani Jenny untuk pergi karena sebentar lagi Tara akan melahirkan. Nico masih sibuk syuting dan Maria bertanggung jawab untuk menjaga menantunya dan calon cucunya.     

Tetapi Bima tetap bersikukuh.     

Di perjalanan menuju ke bandara, Bima meminta tolong pada Anya untuk mengantar Jenny secara langsung, bersama dengan Rudi.     

Saat Rudi mendengar beritanya, ia juga terkejut. "Jenny belum pergi?"     

"Aiden sedang sibuk dan tidak bisa mengantarnya pergi untuk kedua kali. Ia membiarkan ayah yang mengurus semuanya," kata Anya.     

Bima setuju dan membiarkan Rudi mengantar Jenny. Sebenarnya, ia ingin menciptakan lebih banyak kesempatan untuk Rudi dan Jenny. Bima berulang kali mengatakan agar Rudi mengantarkan Jenny hingga tiba di tempat tujuannya dengan selamat.     

Selama perjalanan, Jenny dijaga oleh para pengawal, tidak membiarkannya melarikan diri ke mana pun. Dengan marah, Jenny berulang kali sengaja menginjak kaki para pengawal itu dengan keras, membuat Anya merasa kasihan pada mereka.     

Tetapi para pengawal itu bahkan tidak mengerutkan keningnya sedikit pun dan menjalankan tugasnya dengan profesional.     

"Apakah kalian takut aku melarikan diri? Buat apa mengantarku sampai seperti ini? Setidaknya, berdirilah agak jauh dariku!" kata Jenny dengan marah pada seorang pengawal di belakangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.