Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Saling Mencintai



Saling Mencintai

0"Wanita itu adalah seseorang yang mendukung Nico dari awal hingga akhir secara diam-diam. Ia memang berkembang dan wanita ini jauh lebih berarti dibandingkan Tara. Kamu menyuruh Tara untuk menghukum Nico dengan mengurus anak-anak mereka. Bagaimana kalau sampai membiarkan anak-anaknya menangis dan meninggalkan Tara, pergi ke pelukan wanita lain?" tanya Aiden dengan tenang.     

Anya langsung menoleh ke belakang, berniat untuk kembali ke kamar Tara dan berkata, "Bagaimana kalau kita kembali? Aku tidak bisa membiarkan Tara sendirian sekarang."     

Namun, Aiden langsung menghentikannya.     

"Masuklah ke mobil dulu. Kita bicara," Aiden menarik istrinya kembali ke dalam mobil.     

Anya menuruti Aiden dan masuk ke dalam mobil bersama dengannya, tetapi hatinya masih tidak tenang. "Jadi, kamu sengaja memberitahu mengenai hubungan Nico dengan aktris itu untuk memperingati Tara. Benar begitu?" tanya Anya.     

Aiden mengangguk. "Apakah kamu pikir aku sengaja menghancurkan hubungan mereka?"     

"Aku tidak sepintar kamu. Aku tidak akan pernah bisa berpikir seperti kamu," kata Anya sambil cemberut.     

"Kalau Tara ingin mempertahankan pernikahan mereka, ia harus mengubah sifatnya. Sejak kecil, Nico selalu dimanjakan oleh semua orang. Kalau Tara tidak bisa menunjukkan cinta untuk Nico, bagaimana Keluarga Atmajaya bisa terima? Tara tidak bersyukur. Ia hanya tahu bagaimana cara meminta dan menikmati cinta yang diberikan oleh Nico. Tanpa adanya aktris ini, pernikahan mereka akan mengalami kesulitan nantinya," kata Aiden.     

Anya memandang ke arah Aiden. "Tidak bisakah seorang pria mencintai satu wanita seumur hidupnya?"     

"Bisa, tetapi pria juga butuh dicintai. Cinta itu berlaku untuk dua pihak, tidak hanya satu arah saja. Sama seperti aku mencintaimu dan aku bisa merasakan kamu mencintaiku. Aku bersyukur karena kamu mencintaiku sehingga aku semakin hari semakin mencintaimu. Dengan begitu, hubungan kita akan semakin baik dan kita bisa saling mempercayai satu sama lain," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Suamiku, cium aku!" Anya melingkarkan tangannya di leher Aiden dan mengecup bibirnya sekilas. "Terima kasih sudah mencintaiku."     

"Terima kasih sudah membalas cintaku. Terima kasih sudah mencintai aku," Aiden mengecup kening Anya dengan lembut dan kemudian melanjutkan. "Nico tidak mendapatkan hal yang sama dari Tara. Hamil dan melahirkan anak adalah respon terbaik yang Tara berikan setelah mereka menikah. Namun, sejak hamil, ia selalu mengeluh mengeluh dan mengeluh. Bahkan setelah melahirkan, ia sama sekali tidak menunjukkan kasih sayang pada anak-anaknya."     

Meski tidak mengatakan apa pun selama ini, Aiden selalu memperhatikan.     

Tiga hari setelah anak-anaknya lahir, Tara tidak mau menyusui anaknya secara langsung. Saat payudaranya sakit karena terlalu banyak ASI, ia akan memompa nya dan memberikannya pada suster agar suster bisa memberikannya pada anak-anaknya.     

Sebelumnya, Anya sempat kecewa berat karena tidak bisa menyusui anak-anaknya. Ia benar-benar mencintai Arka dan Aksa dan ingin kedua anaknya bisa mendapatkan ASI eksklusif darinya.     

Tetapi Tara tidak pernah sekali pun melakukannya, meski ia bisa. Ia lebih memilih menyuruh suster untuk melakukannya.     

Ia juga tidak mau anak-anaknya berada di ruangan yang sama dengannya karena suara tangis anak-anak akan mengganggu istirahatnya.     

Saat anak-anak sudah kenyang dan tenang, Maria membawa mereka pada Tara dan bertanya apakah Tara ingin menggendong kedua anaknya. Tetapi Tara bilang ia tidak tahu cara menggendong mereka dan tidak mau melakukannya.     

Selama hamil, satu-satunya yang Tara khawatirkan hanyalah mengenai tubuhnya. Ia takut setelah melahirkan tubuhnya tidak bisa kembali ke bentuk semula. Ia khawatir memiliki anak kembar akan membahayakan nyawanya.     

Ia selalu menempatkan dirinya di nomor satu.     

Maria adalah wanita yang sangat lemah lembut. Demi kedua cucu di dalam kandungan Tara, ia bisa menerima semua perlakuan Tara.     

Tetapi sekarang, muncul seorang wanita lain yang bisa memberikan Nico cinta yang sama besarnya dengan cinta yang Nico berikan.     

Kalau Tara tidak bertindak dan tidak mau berubah, keluarga kecil mereka mungkin akan hancur berantakan.     

"Jenny adalah anak yang dimanja oleh orang tuanya. Nadine juga besar di samping Kak Maria sehingga ada yang mengajarinya untuk menjadi wanita yang lemah lembut, cerdas dan pengertian. Tetapi Tara tidak memiliki orang tua yang bisa mengajarinya. Ia hanya memiliki seorang kakek yang membesarkannya," kata Anya dengan sedih.     

Aiden merangkul Anya dengan lembut. "Aku tahu bahwa Tara hanya mengenal hitam dan putih di dalam hidupnya. Hanya kamu yang Tara percaya. Kamu harus membantunya."     

"Mungkin Tara hanya tidak tahu bagaimana cara menjadi seorang ibu karena ia tidak memiliki ibu. Ia tidak melihat bagaimana orang tuanya saling mencintai satu sama lain sehingga ia tidak tahu cara mencintai orang lain. Serahkan saja padaku, aku akan membantunya!" kata Anya dengan tegas.     

Aiden sangat senang melihat istrinya yang penuh dengan kepercayaan diri. Tanpa sadar, istri kecilnya sudah semakin dewasa dan menjadi bibi yang baik bagi keponakan-keponakannya.     

Ia mengkhawatirkan hubungan Nico dan Tara, serta Nadine dan Harris.     

"Aku yakin kamu bisa membantunya. Aku percayakan mereka padamu," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Aku yakin Nico sangat mencintai Tara dan ia tidak melakukan apa pun untuk mengecewakan Tara," Anya berniat keluar dari mobil dan kembali ke kamar Tara.     

Sebelum Anya keluar, Aiden mengecup keningnya dengan lembut. "Tolong suruh Nico turun ke bawah."     

"Kapan syuting Nico akan selesai?" tanya Anya.     

"Ia bergabung menjadi pemeran dari Oktober. Seharusnya ia bisa menyelesaikan semuanya di bulan Maret," kata Aiden.     

Saat Anya kembali ke kamar, Tara sudah menghancurkan kamarnya dan melemparkan apa pun yang bisa ia raih dari tempat tidurnya.     

Nico berdiri di pinggir jendela, hanya memandang Tara dalam diam sambil berulang kali berusaha untuk menenangkannya.     

Semakin Nico melakukannya, Tara semakin marah.     

Ia sudah merelakan Nico untuk pergi syuting, membiarkan ia merasakan pengalaman baru, membiarkan ia sedikit menderita. Tetapi bagaimana ia bisa …     

"Aku kelupaan barang," Anya muncul di pintu dan melihat situasi di dalam ruangan. Ia tidak menyangka akan seberantakan ini.     

Tara berkata, "Jangan khawatir. Apakah kamu sengaja kembali?"     

"Aku khawatir akan terjadi kekerasan," kata Anya sambil tersenyum     

"Apakah aku memukulmu?" tanya Tara pada Nico.     

"Lebih baik kamu memukulku, dari pada kamu marah," kata Nico dengan manis.     

"Kamu tidak usah berpura-pura," kata Tara sambil melotot. "Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu tidak akan mendekati wanita lain."     

"Itu hanyalah film. Semuanya palsu. Itu hanya akting," Nico merasa semakin ia menjelaskan, situasinya akan semakin memanas.     

Melihat pertengkaran mereka, Anya tahu bahwa Nico tidak akan bisa menjelaskan semuanya pada Tara dan tidak akan bisa membuat situasinya membaik. "Pamanmu memanggilmu. Turunlah. Biar aku mengobrol dengan Tara sebentar."     

"Tara, jangan marah. Aku akan membelikan makanan untukmu saat kembali nanti," kemudian, Nico pergi.     

Hanya ada Anya dan Tara di sana. Tara memencet remote dan menaikkan tempat tidurnya agar bisa duduk dengan lebih tegak.     

"Jangan terlalu tegak. Nanti punggungmu sakit," Anya bergegas menghampiri untuk membantunya. "Apa yang kamu pikirkan saat ini."     

"Bercerai, membawa dua anakku dan pergi. Aku tidak mau bersama dengannya lagi," Tara mendengus dengan dingin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.