Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Pertengkaran Hebat



Pertengkaran Hebat

0"Berhentilah. Kami di belakangmu," kata Aiden dengan suara yang berat setelah mengambil alih ponsel Anya. Setelah itu, ia langsung menutup panggilan tersebut.     

Jonathan langsung mencari tempat yang aman untuk menepi.     

Jenny terlihat gugup saat mobil mereka berhenti. "Apa yang pamanku katakan."     

"Ia ada di belakang kita. Lebih baik kita tunggu mereka dulu," kata Jonathan dengan tenang.     

Jenny benar-benar takut mendengarnya. "Paman, biar aku yang turun saja sendirian. Paman pergi saja."     

Jonathan mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Jenny dengan erat. "Kamu mau aku meninggalkanmu? Mana mungkin aku melakukannya."     

"Tetapi kalau pamanku tahu kita bersama, ia tidak akan membiarkanmu pergi," Jenny lebih merasa khawatir pada Jonathan, dibandingkan dirinya sendiri.     

Keluarga Atmajaya cukup ketat dalam memperhatikan pergaulan Jenny. Baik saat di Indonesia mau pun di luar negeri, pasti ada anggota keluarga yang memperhatikan pertemanannya. Mereka tidak mau kalau hubungan Jenny dengan teman-temannya melebihi batas.     

Kali ini, ia membuat semua anggota Keluarga Atmajaya mengira bahwa ia sedang menginap di rumah Diana. Padahal sebenarnya, ia hanya menghindari keluarganya dan menghabiskan malam bersama dengan Jonathan.     

Aiden menepikan mobilnya di depan mobil Jonathan untuk menghalangi jalannya. Sebenarnya Jonathan pun tidak berniat untuk kabur, tetapi Aiden hanya berjaga-jaga. Kalau Jonathan benar-benar ingin pergi, ia akan kesulitan.     

"Turun," dengan wajah yang muram, Aiden menghampiri kursi penumpang dan membukanya.     

Jenny yang duduk di kursi penumpang bisa melihat wajah pamannya yang menyeramkan. Tangannya masih memegang satu kotak berisi ayam goreng yang ia beli tadi. Meski ia merasa takut, ia berusaha untuk mencairkan suasana. "Paman, apakah kamu mau ayam?"     

"Aku harap kamu masih bisa tertawa saat bertemu dengan kakek dan ibumu nanti!" Aiden menarik tangannya dan mengajaknya untuk pergi dari mobil tersebut, tetapi Jenny tidak mau.     

Aiden merasa sangat marah saat melihatnya. Ia mengambil kotak ayam yang dipegang oleh Jenny dan menjatuhkannya ke tanah. "Cepat turun. Kita pulang!"     

"Aiden, jangan kasar begitu. Jangan buat Jenny takut," Anya menghampirinya dan menarik tangan Aiden.     

Jonathan langsung menghampiri dan berdiri di depan Aiden. "Aiden, ini bukan salah Jenny."     

Aiden melangkah mundur dan melepaskan Jenny. Tetapi sedetik kemudian, ia memukul Jonathan di wajahnya.     

"Paman Jonathan!" Jenny berteriak dan hendak keluar dari mobil. Tetapi punggung Jonathan menghalangi pintunya sehingga Jenny tidak bisa keluar dari sana.     

Aiden tidak menunggu reaksi dari Jonathan. Ia kembali memukul Jonathan lagi, kali ini di perutnya. Jonathan langsung terjatuh ke tanah.     

"Kak!" Anya juga merasa cemas, tetapi tidak berani membantunya. Karena semua ini memang salah Jonathan.     

Aiden merasa sangat marah karena Jonathan tidak mengantar Jenny pulang kemarin malam. Oleh karena itu, Anya tidak bisa membantu Jonathan.     

Jenny tidak bisa membuka pintu di sampingnya sehingga ia melompat ke kursi pengemudi dan keluar dari sana. Ia berusaha untuk membantu Jonathan, tetapi Aiden langsung menangkap tangannya.     

"Ayo kita pulang sekarang!" mata Aiden terlihat benar-benar menyeramkan.     

Jenny berusaha untuk berontak. Ia menghadap ke belakang dan memandang Jonathan dengan cemas. "Paman Jonathan … Paman Jonathan …"     

Jonathan berusaha untuk bangkit berdiri. Meski ia kesakitan, namun ia tetap berdiri dengan tegak. Aiden memandang ke arahnya. "Aiden, aku akan bertanggung jawab pada Jenny. Aku akan menikahinya."     

"Apakah kamu pikir keluargaku akan menerimanya setelah kalian melewati batas? Jonathan, aku pikir kamu adalah pria yang bertanggung jawab. Tetapi kamu benar-benar mengecewakanku," Aiden sudah tidak ingin berbicara lagi dengan Jonathan. Ia langsung menyeret Jenny ke mobilnya.     

"Aku tidak mau pergi. Aku tidak akan meninggalkan Paman Jonathan. Lepaskan aku!" Jenny terus berontak.     

Anya menghampirinya dan berusaha untuk membujuknya baik-baik. "Jenny, dengarkan kami. Lebih baik kamu pulang dulu."     

"Jenny, aku akan pergi ke Keluarga Atmajaya nanti sore. Sekarang pulanglah dengan pamanmu dulu," kata Jonathan.     

Mata Jenny memerah saat memandang Jonathan. "Kamu harus datang. Berjanjilah."     

"Aku janji akan datang," kata Jonathan.     

Anya menggenggam tangan Jenny dengan lembut. "Ayo kita pulang dulu."     

Jenny akhirnya mengikuti Anya ke dalam mobil, membiarkan Aiden dan Jonathan berdua di depan mobil. "Aku bilang aku akan menikahi Jenny. Meski kamu membunuhku, aku tetap akan menikahinya."     

"Kemarin malam, Jenny menginap di rumah ibu Anya. Kamu sama sekali tidak melihatnya." Aiden memutuskan untuk menyembunyikan semua ini dari keluarganya, demi kebaikan Jenny dan Jonathan. "Mengenai apakah kamu bisa membujuk kakek dan ibuku atau tidak, itu urusanmu. Jonathan, Jenny menyukaimu dan aku tidak akan menghalangi hubungan kalian. Tetapi kemarin kamu sudah melewati batas," setelah mengatakannya, Aiden berbalik dan pergi.     

Jonathan yang masih berada di belakangnya berteriak. "Dua tahun lalu, aku memaksanya untuk pergi agar ia bisa mendapatkan lebih banyak pengalaman di luar sana. Tetapi sekarang aku ingin bertanggung jawab padanya. Aku ingin melindunginya dan memberikan kebahagiaan untuknya."     

Aiden tidak menjawabnya. Ia membuka pintu mobilnya dan pergi dari sana.     

Di perjalanan pulang, Jenny menceritakan semua yang terjadi kemarin malam.     

"Paman Jonathan tidak melakukan apa pun padaku kemarin malam. Ia tidak memanfaatkan kesempatan di saat aku sedang mabuk. Pagi ini, aku yang mengambil inisiatif untuk mendekatinya. Jangan salahkan dia," kata Jenny sambil menangis.     

"Jenny, kamu adalah seorang wanita. Kamu harus bisa melindungi dirimu sendiri, apakah kamu mengerti? Pamanmu tidak berniat jahat. Ia hanya peduli padamu dan ingin melindungimu. Kamu dan Kak Jonathan masih belum bertunangan atau pun menikah. Bahkan hubungan kalian saat ini masih tidak jelas dan tidak mendapatkan restu dari keluarga. Ini bukan saat yang tepat untuk melangkah lebih jauh. Seharusnya, langkah pertama yang kalian ambil adalah meminta persetujuan dari keluarga," Anya mengambil selembar tisu dan menghapus air mata Jenny dengan lembut.     

"Bibi, butuh dua tahun untuk aku mendekatinya. Aku susah payah membujuknya hingga ia menerimaku. Aku tidak mau melewatkan kesempatan ini dan aku ingin menjadi miliknya. Awalnya, kakek berjanji padaku selama aku menyelesaikan sekolahku, ia tidak akan menghalangi keputusanku. Tetapi apa buktinya?" kata Jenny. "Kalau dengan kembali ke Keluarga Atmajaya aku tidak bisa hidup bebas seperti ini, mungkin lebih baik aku tidak kembali."     

"Apakah kamu pikir kamu yang paling benar? Sebagai seorang wanita, kamu bahkan tidak bisa melindungi dirimu sendiri. Apakah kamu pikir Jonathan benar-benar yang terbaik untukmu?" kata Aiden dengan keras.     

"Aku tidak bisa memilih dengan siapa aku jatuh cinta. Aku adalah seorang wanita dewasa dan aku ingin bersama dengan pria yang aku cintai. Mengapa aku tidak boleh melakukannya?" balas Jenny.     

"Aku rasa Keluarga Atmajaya tidak boleh tahu apa yang terjadi kemarin malam," Anya memandang ke arah suaminya dengan hati-hati. Saat melihat suaminya tidak menjawab, ia melanjutkan. "Kemarin malam, Kak Jonathan memang bersalah. Kamu sudah memukulinya. Selama ia mau bertanggung jawab dan Jenny menyukainya, akan lebih baik kalau kita mendukung hubungan mereka."     

"Terserah saja lah!" kata Aiden dengan nada yang tidak enak. Ia bukan marah pada Anya, tetapi pada Jonathan dan juga Jenny. Namun, karena begitu marah, akhirnya ia tidak sengaja melampiaskan kepada istrinya.     

Aiden merasa Jonathan masih punya kesempatan kalau ia berusaha untuk membujuk Keluarga Atmajaya dengan kegigihannya. Namun, Jonathan dan Jenny malah memutuskan untuk melakukan hal yang salah.     

"Paman Jonathan bilang kalau kalian tidak menyetujui hubungan kami, kami akan kawin lari. Tidak peduli apa pun yang kalian lakukan, kalian tidak bisa menghentikanku," kata Jenny.     

"Kakakmu terlalu naif. Apakah kamu tahu itu?" Aiden mencibir.     

Anya hanya tersenyum dengan sedih. "Ia sedang dimabuk cinta."     

"Bodoh!" Aiden menghela napas panjang. "Setelah pulang, kamu harus berpura-pura. Jangan mengatakan apa pun tentang kemarin malam. Apakah kamu mengerti?"     

"Bagaimana kalau kakek dan ibu bertanya?" tanya Jenny.     

"Bilang bahwa kamu kembali ke rumah ibuku. Ibuku akan membantu untuk menyembunyikan masalah ini. Pengawal yang berada di rumah ibu juga adalah orang-orang pamanmu dan mereka akan menuruti semua kata-kata pamanmu. Jangan khawatir, mereka tidak akan tahu," kata Anya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.