Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kembali Bekerja



Kembali Bekerja

0"Ayah, Jenny baru saja pulang. Biarkan ia beristirahat dulu. Jangan memikirkan mengenai perjodohan," Maria berusaha untuk membujuk ayah mertuanya.     

"Kalau begitu, biar Jenny bekerja. Untuk apa tinggal di rumah setiap hari, nanti ia malah mengalami depresi," setelah mengatakannya, Bima memandang ke arah Anya. "Anya, kamu kan seumuran dengan Jenny. Kamu harus lebih memperhatikannya."     

"Baik, ayah," kata Anya.     

"Kalian pulanglah. Aku lelah dan mau beristirahat," setelah makan malam dan membahas masalah Jenny, Bima menyuruh semua orang pulang.     

"Kakek, apakah aku boleh tinggal di rumah nenek Diana selama beberapa hari?" tanya Jenny.     

"Tidak. Kamu tidak diperbolehkan tinggal di luar sebelum kamu menikah," sekarang, Bima menyuruh semua orang-orangnya untuk memperhatikan Jenny dan mengawalnya lebih ketat.     

Maria hanya bisa menghela napas panjang, "Ayah, biar aku membantumu ke kamar."     

Setelah Bima pergi dari meja, Jenny mulai meminta tolong pada Anya. "Bibi, kamu harus membantuku."     

"Membantumu untuk menjadi sepupuku?" canda Anya.     

Wajah Jenny memerah mendengar godaan itu, "Bibi, jangan menggodaku."     

Anya mengelus kepala Jenny. "Aku tidak bisa membantumu. Kalau kamu mau keluar, lebih baik kamu setuju dengan saran kakekmu dan bekerja di perusahaan. Dengan begitu, kamu bisa sedikit terbebas dari rumah," Anya menyarankan Jenny untuk bekerja karena khawatir Jenny akan mengalami depresi kalau berada di rumah terus menerus.     

Jenny menggelengkan kepalanya. "Bibi tidak mengenal kakekku. Ia menyuruhku untuk bekerja, mana mungkin hanya untuk bekerja biasa? Ia pasti akan mempertemukanku dengan rekan-rekan dari perusahaan dan berusaha untuk menjodohkanku lagi. Saat sedang istirahat, ia pasti menyuruh para pengawalnya untuk mengikutiku."     

"Apakah benar begitu?" tanya Anya sambil memandang Aiden. Aiden mengangguk, membuat Anya kembali merasa sedih.     

Ia merasa, sejak menikah dengan Aiden, hidupnya mengalami banyak masalah yang sulit. Ia pikir Jenny tidak akan pernah merasakan hal yang sama, tetapi ternyata ia salah.     

"Jenny, apa baiknya Jonathan? Aku bisa mencarikan pria lain yang lebih baik untukmu," kata Nico.     

"Apakah kamu bisa diam?" Tara memandang ke arah suaminya.     

"Apa salahku? Tidak ada yang menentang apa yang kakek katakan tadi. Tahu mengapa? Karena apa yang kakek katakan benar. Untuk apa menjadi ibu tiri bagi anak orang lain?" balas Nico.     

"Alisa sangat baik. Apa yang kakek khawatirkan tidak akan terjadi," jawab Jenny dengan tenang.     

"Aku bisa menjamin itu. Alisa adalah anak angkatku. Aku tidak punya anak perempuan. Ia bisa tinggal bersama denganku. Ia tidak akan mengganggu Jenny dan Kak Jonathan," kata Anya.     

"Bibi, mengapa kamu tidak mengatakannya tadi?" tanya Nadine.     

"Aku tidak berani mengatakannya di depan ayah. Ayah pasti bilang aku membela Jonathan," kata Anya dengan senyum sedih.     

"Bibi, pasti paman yang mengajarimu. Dengan kemampuanmu, kamu tidak akan mungkin bisa berpikir sejauh itu," keluh Nico.     

Anya merangkul lengan Aiden dan tersenyum. "Benar, pamanmu yang mengajariku dengan baik. Aku menjadi orang yang cerdas sekarang. Tidak seperti kamu. Tara menyuruhmu untuk diam, tetapi kamu malah mengoceh terus menerus. Kamu hanya membuatnya semakin sakit kepala."     

Nico ingin menjawabnya, tetapi saat melihat tatapan Aiden, akhirnya ia menyerah dengan pasrah, "Bibi, kamu menjadi semakin dan semakin hebat. Aku kalah."     

Anya tertawa kecil melihat Nico yang tidak berani membantahnya.     

Sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing, akhirnya diputuskan bahwa Jenny akan kembali bekerja di Atmajaya Group.     

Dari pada membiarkan Jenny tinggal di rumah sendirian tanpa melakukan apa pun, lebih baik pergi ke kantor. Siapa tahu ada kesempatan untuk bertemu dengan Jonathan nantinya.     

Ditambah lagi, Jonathan juga salah satu rekan kerja Atmajaya Group. Selama Aiden dan Nico bersedia membantunya, Jenny dan Jonathan masih punya kesempatan untuk bertemu.     

Semua orang tahu kalau Jonathan dan Jenny tidak bisa bersama sekarang, mungkin Jonathan akan kehilangan Jenny untuk selamatnya.     

Jenny mulai bekerja hari senin dan Bima sendiri yang mengantarnya menuju ke Atmajaya Group, menunjukkan betapa pentingnya Jenny bagi Keluarga Atmajaya.     

"Jenny …" Rudi terkejut saat melihat Jenny sedang berada di Atmajaya Group.     

Jenny menoleh dan memandangnya. "Mengapa kamu di sini?"     

"Apakah kamu sudah diperbolehkan keluar?" saat menoleh, Rudi menemukan bahwa Bima lah yang mengantar Jenny. Bima merasa senang melihat Rudi dan tidak melarang Jenny untuk berbicara dengannya. "Aku akan menunggumu di bawah. Kalian mengobrol lah dulu."     

Beberapa pengawal dan asisten langsung mengikuti Bima ke arah lift. Setelah lift-nya turun, Rudi dan Jenny berdiri di depan pintu lift.     

"Apa yang ingin kamu katakan? Apakah kamu juga menyarankan agar aku melupakan Jonathan?" tanya Jenny tanpa memandang Rudi.     

"Aku mendukungmu untuk mengejar hidup yang kamu inginkan, tetapi aku juga berharap kamu memahami orang tuamu. Semua yang kakekmu lakukan itu untuk kebaikanmu," Rudi memahami pendapat Bima mengenai Jonathan. Tetapi sebagai teman Jenny, ia juga bisa memahami perasaan Jenny. Ia tahu siapa pria yang Jenny cintai dan dengan siapa Jenny ingin menikah."     

"Aku bahkan tidak punya nama Atmajaya di namaku. Kalau saja aku bukan anggota keluarga ini, mungkin aku bisa lebih bahagia," cibir Jenny.     

"Kalau kamu bukan Keluarga Atmajaya, mungkin kamu tidak akan mengenalku dan Jonathan. Semua yang kamu miliki saat ini karena adanya Keluarga Atmajaya. Jangan berniat membuang nama keluargamu hanya karena cintamu yang gagal," Rudi mengatakan yang sejujur-jujurnya.     

Tetapi memang benar apa yang ia katakan. Jenny mengenal Rudi dan Jonathan, karena mereka berdua adalah teman Anya.     

Anya adalah menantu Keluarga Atmajaya.     

Kalau saja Jenny bukan anggota Keluarga Atmajaya, bagaimana takdir mereka bisa bertemu.     

Jenny mengangkat alisnya dan bertanya pada Rudi. "Jadi, kamu mengenalku karena identitasku?"     

"Memang kenyataannya begitu. Selain itu, kalau kamu bukan anggota Keluarga Atmajaya, aku tidak mau repot-repot berurusan denganmu. Jangan sia-siakan identitas yang kamu miliki. Tanpa identitas sebagai Keluarga Atmajaya, bagaimana caramu bisa bersama dengan Jonathan? Aku mengatakan ini, bukan karena ingin menghinamu. Aku juga ingin kamu bahagia bersama dengan Jonathan, tetapi bukan dengan cara berkhianat pada keluargamu. Gunakan identitasmu dengan baik. Apakah kamu mengerti?" kata Rudi, berusaha untuk memberi jalan pada Jenny.     

Jenny terlihat sedang memikirkan kata-kata Rudi dengan serius.     

Memanfaatkan identitasnya dengan baik? Bagaimana caranya?     

Ia tahu bahwa identitasnya sebagai Keluarga Atmajaya sangat mudah digunakan. Tetapi bagaimana caranya, Jenny sama sekali tidak tahu.     

Jonathan memiliki kepercayaan diri yang rendah dan bekerja sangat keras untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.     

Hidupnya sungguh penuh dengan tekanan.     

"Apakah aku bisa menggunakan identitasku untuk membantu karirnya. Aku tahu Nenek Indah tidak menyukaiku dan menganggap aku bukan wanita yang tepat untuk membantu Jonathan. Tetapi meski semua orang menentang hubungan kami, aku tetap mencintainya dan aku tetap ingin bersama dengannya," kata Jenny dengan tegas.     

"Jenny, ayahku sangat menyukaimu. Kalau kamu menikah denganku, aku bisa memberikan kebahagiaan untukmu. Kamu bisa bebas melakukan apa pun tanpa perlu khawatir. tetapi menikah dengan Jonathan hanya akan membuat hidupmu sulit. Apakah kamu pernah memikirkan hal ini?" Rudi tersenyum dan berkata, "Menikahlah denganku. Kamu bisa menggunakan aku dan keluargaku. Aku akan selalu menyayangimu dan memanjakanmu. Tidak sulit bagiku untuk hidup bersama denganmu."     

"Rudi, kamu membuatku bingung. Kamu terlihat seperti sedang membela Jonathan, tetapi sebenarnya kamu sedang menganalisa keuntungan-keuntungan apa saja yang akan aku dapatkan dengan menikahimu," kata Jenny sambil tertawa kecil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.