Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Lebih Baik Berpisah



Lebih Baik Berpisah

0"Ibuku sedang dalam bahaya!" kata Anya dengan panik.     

Hana langsung mengambil sepasang sepatu yang lebih cocok untuk digunakan di luar, karena khawatir kaki Anya akan terluka kalau mengenakan sandal yang tipis itu. "Jangan panik, Anya. Gunakan sepatu ini. Kamu bisa berjalan lebih cepat."     

Anya langsung mengganti sandal rumahnya dengan sepatu dengan cepat, tepat saat Aiden turun ke bawah, "Anya, biar aku yang ke sana terlebih dahulu. Kamu pergilah dengan membawa beberapa pengawal."     

Anya mengangguk.     

Aiden bisa berlari lebih kencang darinya dan akan lebih baik kalau mereka bisa lebih awal.     

Anya segera menggunakan sepatunya dan mengejar Aiden bersama dengan beberapa pengawal. Namun, Aiden sudah tidak terlihat lagi.     

Aiden langsung berlari ke rumah tempat Indah tinggal. Pelayan ruamh tersebut langsung membuka pintu dan menyuruhnya untuk masih.     

Galih sedang duduk di sofa sambil merokok, sementara para pengawal Aiden sedang mengawasinya.     

Di lantai dua, tepatnya di kamar Indah, terdengar suara tangis.     

"Aiden, kamu baik sekali. Ternyata kamu mengirimkan orang-orangmu ke rumahku," sindir Galih dengan marah.     

Aiden mengabaikannya dan berlari ke arah lantai dua. Di sana, ada seorang pengawal yang sudah berdiri di depan kamar tidur utama. "Tuan, kami mendobrak pintunya dan masuk ke dalam, tepat saat Tuan Galih sedang mencekik Nyonya Indah."     

Indah menoleh ke arah datangnya suara. Saat melihat Aiden datang, ia berkata sambil menangis, "Apakah Anya juga datang?"     

"Anya menyusul. Jangan khawatir. aku berlari ke sini dulu," Aiden memandang ibu mertuanya dengan cemas. "Apakah ibu baik-baik saja?"     

"Dia membenciku. Dia ingin membunuhku," Indah menangis dengan pahit.     

Aiden berkata dengan suara pelan. "Emosinya sedang tidak stabil. Aku sarankan ibu tinggal terpisah."     

"Aku ingin berbaikan dengannya. Kami sudah menemukan anak kandung kami dan bahkan menjadi kakek nenek. Tetapi demi Keara, ia ingin menghancurkan hubungan kami dan bahkan mau membunuhku."     

Indah begitu sedih hingga ia tidak bisa memahami mengapa Galih mau melakukan semua ini?     

Saat Anya tiba, ia melihat ayahnya duduk di sofa. Tetapi ia tidak melihat batang hidung ibunya.     

Galih tertawa dengan keras. "Apakah kalian tidak mau aku keluar dari penjara? Apakah kalian ingin aku dipenjara seumur hidup seperti Toni?"     

"Ayah, apa maksudmu? Aku dan ibu selalu mengunjungimu. Aku berharap kamu cepat keluar dari penjara dan bisa berkumpul lagi bersama dengan kami," kata Anya.     

"Berkumpul bersama? Bagaimana kita bisa berkumpul bersama lagi. Kakakmu sudah mati. Keluarga kita sudah tidak bisa berkumpul bersama lagi," kata Galih dengan penuh kekecewaan.     

Anya memandang ke arah ayahnya dengan dingin. "Di matamu, hanya ada Keara seorang."     

"Dia adalah bintang keberuntunganku. Setelah ia lahir, perusahaanku mulai berkembang. Sementara kamu adalah bencana. Sejak ibumu hamil kamu, perusahaanku selalu mengalami kesulitan. Aku ditipu dan terlilit hutang. Setelah kamu menghilang, perusahaanku kembali baik-baik saja. Anya, mengapa kamu harus kembali? Kalau kamu tidak muncul, Keara tidak akan cemburu padamu dan melakukan semua ini. Ia tidak akan mati. Kamu lah yang sudah membunuhnya. Kamu yang sudah menghancurkan semuanya! Kamu pelakunya!" teriak Galih.     

Ini adalah pertama kalinya Anya mendengar semua ini. Ternyata, di mata Galih, ia hanyalah bencana.     

Ia merasa pandangan Galih itu sangat konyol, tetapi apa yang bisa Anya lakukan kalau Galih mempercayainya.     

Galih merasa bahwa bintang keberuntungannya dalam hidup ini adalah Keara. Tidak peduli apa pun yang Keara lakukan, Galih akan berusaha sekuat tenaga untuk melindunginya.     

Tetapi Anya adalah becana untuknya. Tidak peduli meski Anya berbakti kepadanya sekali pun, ia tidak akan pernah mengakuinya.     

"Jadi, menurutmu aku tidak perlu kembali dan aku tidak perlu mengakuimu sebagai orang tuaku. Perusahaanmu mengalami kesulitan saat ibuku hamil aku. Kamu ditipu orang dan kamu menyalahkanku karena ada di dalam kandungan ibu. Selama ini, kamu selalu menyalahkanku. Apakah kamu tidak pernah berpikir bahwa kamu lah yang tidak kompeten sehingga kamu ditipu," kata Anya.     

"Sejak ibumu hamil kamu, aku mulai mendapatkan berbagai masalah. Selama aku di penjara, aku terus memikirkan apa yang terjadi pada tahun-tahun itu. Setelah itu, akhirnya aku menyadari bahwa semua masalah itu muncul setelah kamu ada. Kamu telah menghancurkan kakakmu sendiri. Aku sudah berusaha keras untuk membuatnya bisa memulai hidup baru, tetapi kamu membunuhnya lagi. Dia …"     

"Dia yang melakukan semua ini. Dia sendiri lah yang menginginkan nyawaku berulang kali. Saat pembukaan sekolah, kalau bukan dia yang terluka, kita sekeluarga yang akan mati. Keara tidak hanya ingin membunuhku, tetapi ia juga ingin mencelakai ayah dan ibu. Kalau sampai itu terjadi, apakah kamu masih menyalahkanku?" sela Anya sebelum Galih menyelesaikan kalimatnya.     

Galih mematikan rokok yang dipegangnya dan meremukkannya hingga hancur. "Ya, Anya. Mengapa kamu tidak mati saja? Mengapa kamu harus kembali? Mengapa kamu ingin keluargaku seperti ini? Lebih baik aku hanya memiliki satu putri saja. Lebih baik aku hanya memiliki Keara saja."     

Anya merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat sehingga ia merasa kesakitan. "Ya sudah, terserah kamu saja. Mulai hari ini, kamu sudah tidak punya anak."     

"Galih, apakah kamu sudah gila? Anya tidak punya salah apa pun. Kalau kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan saja aku! Aku yang memotong biaya pengeluaran Keara dan memindahkannya ke rumah sakit biasa. Kalau Anya terus meminta untuk naik banding di pengadilan, ia pasti akan dihukum mati untuk perbuatannya," Indah turun ke lantai bawah dengan bantuan Aiden.     

Galih tidak merasa ia bersalah. Ia memandang ke arah Indah dengan marah, "Keara tidak harus mati. Kalau ia masih hidup, dengan kondisinya saat ini, ia tidak akan mengganggu hidupmu. Kamu tahu betapa pentingnya Keara untukku. Tetapi kamu malah memaksanya hingga bunuh diri seperti ini. Kamu tidak mau kehidupanku membaik. Kamu juga selalu menyalahkanku, mengatakan bahwa aku tidak berusaha sekuat tenaga untuk menemukan Anya selama bertahun-tahun."     

"Itu benar. Kakakku dan kakak iparku terus menerus mengatakan bahwa mereka membantuku mencari Anya. Tetapi mereka malah ingin mencari dan membunuh Anya. Dan kamu, hari ini kamu akhirnya mengatakan bahwa selama ini kamu selalu menganggap Anya sebagai bencana. Itu artinya, kamu tidak berusaha untuk mencarinya, kan? Aku benar-benar bodoh. Dengan kemampuan Keluarga Srijaya dan Keluarga Pratama, bagaimana mungkin aku tidak bisa menemukan putri kandungku? Semua itu karena kalian tidak mau mencarinya."     

Indah memeluk putrinya dengan erat, "Anya, jangan sedih. Mungkin mereka tidak mau menemukanmu, tetapi ibu tidak pernah menyerah untuk mencarimu. Ibu benar-benar mencintaimu dan akan selalu mencintaimu."     

Anya menepuk pundak ibunya. "Ibu, kamu tidak bersalah dan aku pun tidak bersalah. Ia yang bersalah, tetapi ia hanya bisa menyalahkan orang lain. Tinggalkan saja ia!" kata Anya sambil mengisyaratkan bahwa orang yang dibicarakannya adalah Galih.     

"Galih, aku sudah menikah denganmu lebih dari 20 tahun dan aku tidak pernah memperlakukanmu dengan buruk. Tetapi mengapa kamu memperlakukanku seperti ini? Lebih baik kita berpisah," setelah itu, Indah meminta tolong seseorang untuk membersihkan semua kekacauan.     

Malam itu, ia pindah ke rumah Diana dan tinggal sementara bersama dengannya.     

Keesokan harinya, Anya tidak menemani Galih untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Tetapi Aiden mengirimkan seseorang untuk menemaninya.     

Setelah tiba di rumah sakit, sekretaris Aiden sudah mengatur seorang psikiater untuk Galih. Tetapi Galih tidak mau menemuinya dan menolak untuk menjalani pemeriksaan.     

Di siang hari, Galih mengadakan rapat pemegang saham secara mendadak dan kemudian memecat manajer profesional yang dipekerjakan untuk mengatur Pratama Group saat Galih sedang dipenjara.     

Indah dan Anya juga merupakan pemegang saham terbesar di Pratama Group, tetapi tidak ada yang memberitahu mereka untuk menghadiri rapat tersebut.     

Indah mengajak Anya dan Jonathan untuk menghadiri rapat pemegang saham secara mendadak dan memutuskan untuk menjual semua saham Pratama Group yang mereka miliki. Galih lah yang membeli semuanya.     

Perwakilan pemegang saham dari Atmajaya Group juga menjual semua saham Pratama Group atas perintah Aiden dan Galih juga yang membeli semuanya.     

Saat berjalan keluar dari perusahaan Pratama Group, Anya berkata. "Ibu, ia tidak merasa bersalah atas semua perbuatannya. Ia menolak untuk menjalani pengobatan dan ia membenci kita. Lebih baik ibu bercerai saja dengannya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.